Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemenkes RI Dukung Visi One Health untuk Dunia Lebih Baik

Perhelatan WOHC 2022 di Singapura. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Belajar dari pandemik yang terjadi dalam sejarah dunia, integrasi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan diperlukan untuk mencegah pandemik yang akan datang. Inilah visi One Health yang menjadi tema World One Health Congress (WOHC) ke-7 yang diadakan di Singapura, pada 7–11 November.

Menghadirkan berbagai pembicara terkemuka, pakar kesehatan, dan ilmuwan, Indonesia turut andil menyumbangkan kontribusinya terhadap stabilitas kesehatan, dari skala regional hingga global.

Indonesia belajar dari COVID-19

Perwakilan Kemenkes RI, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, berbagi di sesi WOHC 2022. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Hadir mewakili Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, M.Pharm., Apt., menjelaskan bagaimana pendekatan Indonesia terhadap konsep One Health.

Menurutnya, Indonesia telah memeluk konsep One Health sejak 2015. Selain itu, dengan pandemik COVID-19, Dr. Lucia mengatakan bahwa Indonesia menyadari bahwa penyakit baru bisa muncul tanpa peringatan.

"Belajar dari situasi pandemik [COVID-19], Indonesia yakin bahwa One Health amat penting dan pendekatannya krusial untuk mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan kemunculan penyakit-penyakit zoonosis," kata Dr. Lucia.

Demi mewujudkan One Health, Dr. Lucia mengatakan bahwa pendekatannya bersifat lintas faktor, sektor, disiplin ilmu, dan komunitas di lintas tingkat. Bukan hanya kesehatan, One Health bisa menjamin energi, air, dan udara bersih, makanan bernutrisi, dan perubahan iklim sesuai Sustainable Development Goal (SDG).

Kolaborasi adalah hal terpenting

Lalu, Dr. Lucia menekankan bahwa kolaborasi adalah hal terpenting dalam mencegah dan mengendalikan pandemik di masa depan. Sebagai pemegang presidensi G20, Indonesia mengutamakan peneguhan arsitektur kesehatan global.

"Indonesia memfasilitasi praktik terbaik One Health dan pembagian ilmu dengan dunia untuk mencapai keamanan dan stabilitas kesehatan serta ekonomi," tutur Dr. Lucia.

Pada acara One Health Side Event pada Juni 2022 di Lombok, Dr. Lucia menceritakan bahwa negara-negara G20 merundingkan rekomendasi untuk memperkuat dan memperluas konsep One Health.

Hasilnya, G20 akan mendukung Joint Plan of Action—dikembangkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Badan Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), dan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP)—sebagai kerangka operasi untuk mewujudkan intervensi One Health.

"Inisiatif ini amat penting bagi Indonesia untuk memperkuat konsep One Health di Indonesia dan negara-negara dunia lainnya," imbuh Dr. Lucia.

AMR di Indonesia

Selain pandemik COVID-19, Dr. Lucia juga membahas pendekatan One Health Indonesia terhadap resistansi anti-mikroba (AMR). Menurutnya, hal ini tertuang dalam rencana nasional 2020–2024 yang melibatkan Kemenkes, Kementan, KLHK, dan BPOM untuk mengatur distribusi agen antimikroba.

Kemenkes mengatur penggunaan anti-mikroba, sementara Kementan mengatur penggunaannya untuk hewan-hewan di daerah dan laut. Penggunaan antibiotik juga tidak kalah banyak di sektor hewan ternak dan perikanan.

"Dari universitas-universitas, kita dapat dukungan melalui riset bagaimana menghadapi AMR. WHO juga mendukung kita dengan pedoman untuk meningkatkan program kolaborasi multisektor melawan AMR di Indonesia," tutur Dr. Lucia.

Koordinasi dan data masih harus ditingkatkan

Terlepas dari rencana-rencana dan pemaparan tersebut, Indonesia masih menghadapi kendala operasional dan teknis dalam koordinasi sektor dan kementerian.

"Memang, kita kurang koordinasi. Tak semua kementerian memprioritaskan One Health. Sekarang, tiap kementerian melakukannya," ujar Dr. Lucia.

Selain itu, kendala digitalisasi dan integrasi data serta pembagiannya antara kementerian dan sektor juga jadi masalah. Padahal, data tersebut penting untuk menetapkan kebijakan di Tanah Air.

"Ini juga adalah tantangan, dan penting untuk meningkatkan kualitas data," katanya lagi.

Peningkatan sekuens genome di Indonesia

Perwakilan Kemenkes RI, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, berbagi di sesi WOHC 2022. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Turut berbicara pada sesi Temasek Foundation, Dr. Lucia menjabarkan bagaimana Indonesia telah belajar banyak dari COVID-19. Mengulangi pesan yang diutarakannya, ia mengatakan bahwa kolaborasi skala regional dan internasional amat penting.

"Di awal pandemik pada 2020, kita hanya punya sekitar 800 data [sekuens]... Sekarang, kami memiliki sekitar 30 laboratorium sekuens dan sekitar 26.000 data. Ini amat penting," tutur Dr. Lucia.

Selain itu, menurutnya akses vaksin, terapi, dan diagnosis yang adil harus jadi prioritas. Sebagai negara berkembang, Indonesia merasakan sendiri keterbatasan akses tersebut.

"Untuk pandemik berikutnya, Indonesia telah bersiap dan belajar. Dan, saya yakin kondisi akan jadi lebih baik di masa depan," tandas Dr. Lucia.

Dicanangkan oleh Duke-NUS Medical School dan Bill & Melinda Gates Foundation pada Juni 2022, Pathogen Genomics Initiative (PGI) Asia bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan sekuens genome di 11 negara Asia Tenggara dan Selatan. Lalu, bagaimana dengan komitmen Indonesia terhadap PGI Asia? 

"Kita sudah punya teknologi genome di Indonesia. Untuk tingkat Asia, waktunya kita komitmen untuk bekerja sama. Kita perlu kolaborasi karena sharing data itu perlu. Namun, ada peraturannya sendiri," kata Dr. Lucia sehabis sesi.

Indonesia terus membagikan data genomenya lewat platform GISAID. Bisa diakses dengan mudah, beberapa patogen umum seperti Influenza, SARS-CoV-2, dan arbovirus bisa ditemukan terkirim dari Indonesia.

“Data Indonesia selalu ada di GISAID. Kalau ada varian baru atau apa, harus konfirmasi menjadi data Indonesia ... tadi terlihat juga kontribusi Indonesia dan aktivitas kita secara regional.”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Alfonsus Adi Putra
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us