Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?

Ada sisi gelap di balik industri yang terlihat glamour ini

Industri fashion merupakan salah satu industri yang selalu menjadi sorotan karena keberadaanya yang sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan kehadiran industri ini sudah ada sejak abad ke-17, hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Semakin lama, industri fashion semakin besar hingga melibatkan banyak profesi di dalamnya, seperti desainer, model, penata gaya/rambut, fotografer, makeup artist, hingga casting director. Lalu, sebagai industri yang selalu bergerak cepat, tentu sedikit banyak akan sangat mempengaruhi kondisi mental para pekerja di dalamnya. Meskipun kesehatan mental dipengaruhi oleh banyak faktor, namun lingkungan pekerjaan dapat memberikan dampak yang besar terhadap kondisi kesehatan mental seseorang, tidak terkecuali bagi para desainer. 

1. Kehidupan asli fashion designer

Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?ilustrasi seorang fashion designer (pexels.com/cottonbro studio)

Industri fesyen dikenal dengan lingkungan kerja yang memiliki tekanan tinggi serta selalu bergerak cepat. Para desainer dan brand dituntut untuk terus menciptakan koleksi-koleksi baru dan menjadi yang terdepan dalam membuat tren. Dalam satu tahun saja, mereka harus mengeluarkan setidaknya empat koleksi sesuai musim, yaitu summer, fall, spring, dan winter season

Dengan industri yang bergerak semakin cepat, jadwal yang semakin padat, ekspektasi terhadap para desainer menjadi semakin tinggi. Apalagi, pada dasarnya fashion menuntut kesempurnaan, yang kemudian dapat menarik orang-orang yang perfeksionis. Mengutip dari majalah Dazed, salah satu desainer ternama Dior, John Galliano bahkan menyebutkan dalam sebuah wawancara bahwa semakin sukses kariernya, Ia justru semakin takut untuk berkata "tidak". Baginya itu akan menunjukkan kelemahan. 

Sehingga Galliano terus berkata "ya" dan mengambil banyak pekerjaan. Ia bahkan pernah merilis 32 koleksi dalam waktu satu tahun, melalui Dior dan labelnya sendiri. Hal ini menjadikannya ketergantungan terhadap alkohol dan obat-obatan terlarang. John Galliano menjadi figur desainer dunia yang secara terbuka mengungkapkan tentang kondisi mentalnya selama menjadi seorang fashion designer

2. Kematian Alexander McQueen dan Kate Spade

Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?ilustrasi pembuatan sketsa pakaian (pexels.com/Anete Lusina)

Alexander McQueen (Lee Alexander McQueen) adalah seorang perancang busana asal Inggris. Ia membuat brand fashion sendiri bernama Alenxander McQueen pada tahun 1992 dan menjadi Chief Designer di Givenchy pada tahun 1996 hingga 2001. Ia ditemukan tidak bernyawa di dalam apartemennya sendiri di London pada tanggal 11 Februari 2010. 

Penyelidikan kemudian menunjukkan bahwa Alexander McQueen mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara menggantung diri setelah mengonsumsi narkoba. Namun, yang menjadi perhatian utama bagi industri mode adalah patologi yang menyebabkannya. Kecemasan akut, depresi berat, dan ketergantungan yang disebabkan oleh stres yang ekstrim, ternyata bukanlah hal yang baru dalam komunitas brand mewah dunia. 

Selain itu, desainer kenamaan asal Amerika, Kate Spade juga ditemukan mengakhiri hidup di dalam apartemennya pada tahun 2018. Mengutip dari New York Times, suaminya mengatakan bahwa Kate Spade telah mengalami gangguan kecemasan selama bertahun tahun. Namun, mulai mengalami depresi serius di usia 49 tahun.

Meskipun tidak ada bukti konkret penyebab dari depresi parah dan kecemasan akut yang dialami oleh Alexander McQueen dan Kate Spade, namun kematian dua figur besar fashion ini seakan menjadi bukti nyata sisi gelap industri fashion, terutama di dalam luxury brand

Baca Juga: 10 Artis Korea Jadi Designer di Drakor, Terbaru Lee Se Young

3. Tekanan tinggi dan persaingan ketat

Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?ilustrasi peragaan busana (pexels.com/cottonbro studio)

Tekanan dalam industri fashion seakan semakin diperkuat dengan adanya glamorisasi kerja keras. Persaingan untuk menciptakan pakaian, tas, atau aksesoris terbaik di dunia menjadikan pemikiran atau ide untuk bekerja keras semakin diglamorisasi hingga melampaui batas yang seharusnya.

Ditambah dengan adanya teknologi dan media sosial yang semakin canggih memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap brand fashion di seluruh dunia. Di satu sisi, para pelaku industri mode dapat memberikan informasi terkait produk dengan lebih mudah kepada pelanggan mereka, namun di sisi lain kompetisi antar merk menjadi semakin besar dan sulit untuk dihindari. Mereka juga akan lebih mudah menerima kritik atau ulasan negatif dari pengguna media sosial di seluruh dunia, meskipun faktanya tidak pernah membeli atau menggunakan produk mereka.

4. Perjalanan karier sangat mempengaruhi

Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?ilustrasi seorang fashion designer (pexels.com/Anete Lusina)

Mengutip dari majalah Vogue, Laporan Pertanggungjawaban Sosial LVMH tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar merk memiliki semacam layanan dukungan psikologis. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi pekerja yang tergabung dalam perusahaan fashion karena kesehatan mental mereka kini lebih diperhatikan.

Akan tetapi, beberapa desainer menyatakan melalui Vogue bahwa perjalanan karier sangat mempengaruhi kehidupan seorang desainer di dalam industri fashion. Dulu, para perancang busana harus menghubungi majalah atau department store untuk bisa sukses. Namun di era modern saat ini mereka memiliki pilihan lain yang lebih baik. Dengan bantuan teknologi dan media sosial, mereka dapat langsung berhubungan atau berkomunikasi dengan calon pelanggan sehingga mereka akan memiliki lebih banyak kebebasan dalam menjalani profesi sebagai seorang desainer.

Apabila mereka lebih memilih cara tradisional, yaitu lulus dari sekolah mode lalu masuk ke perusahaan brand  ternama, maka kemungkinan stres berat terlihat menjadi bagian dari pekerjaan mereka. Apalagi dengan budaya kerja yang serba cepat. 

5. Usaha menjaga kesehatan mental fashion designer

Benarkah Fashion Designer Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental?ilustrasi koleksi pakaian (pexels.com/Skylar Kang)

Banyak organisasi dan individu di industri fashion telah mulai meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kesehatan mental dan berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung. Ini melibatkan langkah-langkah seperti menyediakan sumber daya dukungan kesehatan mental, mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi, serta menghilangkan stigmatisasi terkait dengan mencari bantuan.

Penting untuk diingat bahwa kesejahteraan mental dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Beberapa fashion designer mungkin mengatasi tekanan dengan baik, sementara yang lain mungkin merasa lebih sulit. Penting bagi individu di semua profesi untuk menjaga kesehatan mental mereka dan mencari dukungan jika diperlukan. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami masalah kesehatan mental, disarankan untuk segera mencari bantuan dari tenaga profesional. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: Kisah Inggi Kendran Geluti Passion Jadi Fashion Designer, Bersyukur!

Shera Suprapto Photo Verified Writer Shera Suprapto

Terima kasih sudah membaca artikel saya :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya