ilustrasi perempuan trauma (pexels.com/Alexey Demidov)
Penting untuk dipahami kalau pengalaman hidup setiap orang berbeda-beda, termasuk konotasinya dengan peristiwa traumatis. Dalam kasus rape trauma syndrome, para korban cenderung memproses trauma dalam berbagai fase atau tahapan. Berikut beberapa tahapan RTS yang sebaiknya dipahami untuk memudahkan proses identifikasi dan pemberian perawatan di kemudian hari.
Tahap akut
Tahap akut umumnya dirasakan korban saat kejadian penyerangan seksual terjadi. Bisa juga beberapa hari setelah kejadian tersebut berlalu. Dalam tahap akut, setidaknya ada tiga bentuk respons korban yang mungkin dirasakannya, seperti:
- Terkejut: ditandai dengan keadaan syok yang membuat korban merasa bingung hingga sulit mengulang memori terkait peristiwa traumatis tersebut.
- Terkendali: korban memberi respons dengan pembawaan yang tenang, acap kali mengaku baik-baik saja padahal kenyataannya tidak demikian.
- Ekspresif: korban meluapkan perasaannya dengan cara yang intens seperti menangis atau agitasi.
Tahap outward adjustment
Penelitian yang termuat dalam American Journal of Psychiatry terbitan 1976 menunjukkan, hampir semua penyintas perkosaan mengembangkan mekanisme koping yang kurang sehat setelah penyerangan terjadi. Fakta ilmiah tersebut nampaknya sejalan dengan tahap outward adjustment. Hal ini karena korban RTS cenderung menekan pengalaman trauma mereka dengan berpura-pura bahwa semuanya telah kembali normal.
Tidak jarang pula, para korban menolak berdiskusi tentang kejadian traumatis yang menimpanya. Oleh karena itu, beberapa korban mungkin memutuskan melakukan transformasi secara signifikan dalam hidupnya. Ada yang mengubah gaya penampilan atau pindah ke tempat tinggal yang baru.
Tahap reorganisasi
Tahap reorganisasi ditandai dengan pemrosesan kembali perasaan trauma yang dialami pihak korban. Kendati fase ini sebenarnya bermanfaat untuk kelancaran proses penyembuhan, ini akan memantik kembali rasa tertekan korban.
Beberapa penyintas mengembangkan ketakutan intens dengan manifestasi yang beragam. Mulai dari fobia, paranoid, takut sentuhan fisik, takut keramaian, dan takut ditinggal sendirian.
Tahap renormalisasi
Pada tahap ini, ada korelasi dengan bantuan para profesional kesehatan mental dan sistem pendukung lain yang relevan. Tahap renormalisasi ditandai dengan kemampuan para penyintas pemerkosaan untuk dapat mengatasi trauma mereka.
Dengan kata lain, para korban telah menerima dan belajar mekanisme menghalau trauma dengan cara yang positif. Hal ini dilakukan demi menciptakan kesejahteraan dalam hidup mereka.