Bagaimana Efek Ketamin terhadap Depresi?

Ketamin adalah jenis obat bius

Orang dengan depresi akan mengalami suasana hati tertekan seperti merasa sedih, mudah tersinggung, dan merasa kosong. Selain itu, bisa juga kehilangan kesenangan atau minat dalam menjalankan aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari setidaknya selama dua minggu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Diperkirakan 3,8 persen dari populasi yang terkena di antaranya 5,0 persen orang dewasa dan 5,7 persen usianya lebih dari 60 tahun.

Ketika parah, depresi memiliki efek negatif yang serius bagi kehidupan dan bisa sampai muncul pikiran atau tindakan bunuh diri. Inilah yang membuat depresi membutuhkan pengobatan.

Biasanya depresi diatasi dengan pengobatan obat golongan SSRI. Akan tetapi, peneliti ingin melihat bagaimana efek ketamin pada orang dengan depresi dan bagaimana ketamin memengaruhi depresi. Simak ulasannya berikut ini.

1. Partisipan yang terlibat

Bagaimana Efek Ketamin terhadap Depresi?ilustrasi sekumpulan orang (pexels.com/Leah Kelley)

Studi bertajuk “A Randomized Placebo-controlled PET Study of Ketamine’s Effect on Serotonin 1B Receptor Binding in Patients with SSRI-resistant Depression” yang diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry Juni 2020 melibatkan partisipan dari iklan internet. Didapat 832 orang, tetapi yang terlibat dan relevan dengan penelitian hanya 30 orang. Partisipan yang ikut serta memiliki gangguan depresi mayor dan tidak pernah merespons pengobatan sebelumnya.

Para peneliti membagi partisipan menjadi:

  • Sebanyak 20 orang dengan ketamin.
  • Sebanyak 10 orang dengan plasebo.

Sebagai informasi, ketamin adalah jenis obat bius yang digunakan untuk menyebabkan hilangnya kesadaran dan menghilangkan rasa sakit.

Dilansir Medical News Today, menurut peneliti utama Dr. Mikael Tiger, seorang peneliti di Departemen Ilmu Saraf Klinis di Institut Karolinska Swedia, menyebutkan bahwa peneliti ingin melihat bukan hanya efek, tetapi juga cara ketamin bekerja melalui reseptor serotonin 1B.

Studi dilakukan secara acak. Partisipan diberi dosis ketamin yang cukup rendah agar tidak memiliki efek anestesi dan kemudian mengambil gambar otak partisipan menggunakan kamera positron emission tomography (PET). Selanjutnya, dilakukan pemindaian pada hari-hari tertentu setelah menjalani perawatan.

Pada tahap kedua penelitian, sebanyak 29 partisipan setuju untuk mengonsumsi ketamin dua kali seminggu selama dua minggu.

2. Hasil: Ketamin efektif untuk mengatasi depresi

Bagaimana Efek Ketamin terhadap Depresi?ilustrasi obat obatan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Peneliti menemukan bahwa 70 persen dari peserta dalam tahap kedua penelitian merespons ketamin. Selain itu, peneliti menemukan bahwa ketamin memengaruhi otak partisipan dengan cara yang tidak diketahui, mengurangi output serotonin namun meningkatkan output dopamin, yang juga penting untuk suasana hati.

Menurut Dr. Johan Lundberg, pemimpin penelitian di Departemen Ilmu Saraf Klinis Institut Karolinska menyebutkan bahwa pengobatan dengan ketamin meningkatkan jumlah reseptor serotonin 1B.

3. Penelitian ke depannya

Bagaimana Efek Ketamin terhadap Depresi?ilustrasi penelitian (pexels.com/Edward Jenner)

"Ketamin memiliki keuntungan karena bekerja dengan cepat. Namun, pada saat yang sama merupakan obat yang menyebabkan kecanduan. Jadi akan menarik untuk diteliti dalam studi di masa depan jika reseptor ini dapat menjadi target obat baru yang efektif dan tidak memiliki efek samping ketamin," kata Lundberg seperti dilansir Medical News Today.

Diharapkan ke depannya dilakukan penelitan untuk menemukan obat yang bekerja cepat seperti ketamin dalam mengatasi depresi, akan tetapi tanpa efek samping kecanduan seperti ketamin.

Jadi, ketamin memang terbukti mengobati depresi dengan waktu reaksi yang cepat. Namun, di sisi lain obat ini dapat menyebabkan ketergantungan. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar didapat obat yang efektif dan bekerja cepat untuk penanganan depresi. 

Perlu diketahui bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) tidak menyetujui penggunaan ketamine untuk pengobatan gangguan kejiwaan jenis apa pun. Obat ini sebelumnya telah disetujui dalam beberapa bentuk dan sering digunakan sebagai anestesi suntik di rumah sakit dan klinik.

Beberapa efek ketamine, seperti kualitas halusinogennya, berpotensi sebagai terapi gangguan kesehatan mental, terutama depresi. Namun, FDA belum menyetujui ketamine untuk pengobatan kondisi kejiwaan. Dalam peringatan barunya, organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka sadar makin banyak orang yang mencari senyawa ketamine dalam versi racikan (compounded drug).

Jika kamu mengalami depresi, cari orang tepercaya untuk berbicara mengenai kondisimu, atau cari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut agar tidak makin parah.

Baca Juga: Waspadai Gangguan Depresi pada Masa Pandemi COVID-19

Rifka Naila Photo Verified Writer Rifka Naila

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya