Studi: Vaksin COVID-19 Memengaruhi Menstruasi

Pendarahan saat haid bisa menjadi lebih berat

Vaksin COVID-19 telah terbukti berhasil mencegah kematian dan penyakit berbahaya karena infeksi COVID-19. Namun, ada pula beberapa efek samping yang dilaporkan, salah satunya bahwa vaksin memengaruhi siklus menstruasi.

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances melaporkan bahwa setengah dari partisipan penelitian tersebut mengalami pendarahan menstruasi yang lebih berat setelah menerima vaksin COVID-19.

Tidak hanya itu, orang yang biasanya tidak mengalami menstruasi, seperti transpria, pengguna kontrasepsi jangka panjang, dan perempuan pascamenopause juga mengalami pendarahan yang tidak biasa.

1. Studi melibatkan 39.129 partisipan

Studi: Vaksin COVID-19 Memengaruhi Menstruasiilustrasi partisipasi penelitian (unsplash.com/Clay Banks)

Para peneliti yang melakukan studi ini menyebarkan survei online pada April 2021 kepada ribuan orang di seluruh dunia. Setelah tiga bulan, para peneliti mengumpulkan dan menganalisis 39.129 respons dari individu antara usia 18 hingga 80 tahun tentang siklus menstruasi mereka.

Dari survei tersebut, ditemukan bahwa 42 persen partisipan dengan siklus menstruasi teratur mengalami pendarahan yang lebih berat setelah vaksinasi. Sementara itu, sebanyak 44 persen partisipan dilaporkan tidak mengalami perubahan dan 14 persen dilaporkan mengalami menstruasi yang lebih ringan. 

Selain itu, sebanyak 39 persen responden menjalani perawatan hormon penegasan gender, sebanyak 71 persen menggunakan kontrasepsi jangka panjang, dan 66 persen perempuan pascamenopause mengalami pendarahan hebat setelah menerima vaksinasi.

2. Faktor yang memengaruhi proses menstruasi

Studi: Vaksin COVID-19 Memengaruhi Menstruasiilustrasi menstruasi (pexels.com/cottonbro)

Dari hasil yang didapatkan, peningkatan atau penurunan pendarahan menstruasi karena vaksinasi berkaitan dengan umur usia, efek samping vaksin sistemik (demam dan/atau kelelahan), riwayat kehamilan atau kelahiran, dan etnis. 

Pendarahan menstruasi yang lebih berat terjadi pada orang-orang yang berusia lebih tua. Di samping itu, responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal, pernah hamil, atau pernah didiagnosis dengan kondisi reproduktif akan lebih mungkin mengalami pendarahan yang lebih berat saat menstruasi. 

Untuk faktor etnis, ras Hispanik atau Latin cenderung memiliki pendarahan menstruasi yang lebih berat. 

Selain itu, orang-orang yang mengalami efek samping lain dari vaksinasi, seperti demam atau kelelahan, mengalami menstruasi yang tidak menentu.

Baca Juga: Studi: Reinfeksi COVID-19 Tingkatkan Risiko Kematian

3. Dampak vaksin COVID-19 terhadap menstruasi terkait hormon dan sistem imun tubuh

Studi: Vaksin COVID-19 Memengaruhi Menstruasiilustrasi imun tubuh (unsplash.com/camilo jimenez)

Menurut Alison Edelman, seorang profesor kebidanan dan ginekologi yang juga melakukan studi tentang dampak vaksin COVID-19 terhadap menstruasi, mengatakan kepada New York Times bahwa hormon yang mengatur siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. 

Selain itu, endometrium, bagian yang melapisi rahim, juga berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Karena peran vaksin memberikan perlindungan terhadap patogen dan meningkatkan imun tubuh, ada kemungkinan ini memberikan efek samping terhadap endometrium. Hal ini menyebabkan gangguan dalam siklus menstruasi. 

Terlebih lagi, ada beberapa orang yang lebih sensitif terhadap perubahan kekebalan tubuh dan perubahan hormon di dalam tubuh mereka. 

Walaupun efek samping terhadap menstruasi akibat vaksin COVID-19 hanya bersifat sementara dan tidak berbahaya, siklus menstruasi yang tidak biasa bisa menjadi tanda vital kesehatan tubuh. Temui dokter jika terdapat perubahan siklus menstruasi yang tidak biasa apalagi jika disertai gejala lainnya.

Baca Juga: Studi: Gen MGMT Tingkatkan Risiko Alzheimer pada Perempuan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya