ilustrasi disfungsi ereksi (unsplash.com/Deon Black)
Profesor andrologi University of Sheffield, Inggris, Allan Pacey, MD, memuji hasil penelitian di Italia tersebut. Akan tetapi, Allan mengatakan bahwa hubungan antara disfungsi ereksi dan COVID-19 baru merupakan korelasi, bukan hubungan sebab akibat.
"Mungkin ada beberapa penyakit penyerta yang meningkatkan peluang pasien laki-laki terkena infeksi COVID-19 sekaligus meningkatkan peluang terserang disfungsi ereksi," kata Allan.
Sementara masih banyak yang harus dicari tahu, para peneliti Italia memperlihatkan mekanisme yang masuk akal di mana COVID-19 dapat memengaruhi fungsi ereksi. Oleh karena itu, bertambahlah alasan bagi kaum adam untuk menjaga protokol kesehatan terhadap COVID-19 dan mendapatkan vaksinasi lengkap COVID-19.
ilustrasi disfungsi ereksi (freepik.com/wayhomestudio)
Pakar urologi Memorial Sloan Kettering Cancer Center, Amerika Serikat, John Mulhall, MD, mengatakan bahwa penelitian Italia ini membuka potensi hubungan antara COVID-19 dan disfungsi ereksi. Akan tetapi, John menekankan bahwa studi ini masih terlalu dini untuk dijadikan dalil pasti.
Beberapa kekurangan penelitian tersebut adalah masih bersifat retrospektif, bias ingatan karena penggunaan kuesioner daring, dan diagnosis COVID-19 berdasarkan respons bukan dari tes PCR. Selain itu, data penyakit penyerta tidak lengkap, dan tak ada indikasi durasi pasca COVID-19, serta tingkat keparahan COVID-19 atau disfungsi ereksi.
"Penelitian ini menimbulkan cukup banyak pertanyaan sehingga analisis jangka panjang dan besar lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab," tutup John.