ilustrasi diabetes (pexels.com/Towfiqubarbhuiya)
Tim peneliti yang sama dari Universitas Oxford di Inggris sebelumnya mengidentifikasi jaringan wilayah otak yang rentan terhadap efek penuaan dan kondisi seperti skizofrenia dan penyakit Alzheimer.
Namun, masih belum diketahui apakah faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti pilihan gaya hidup, olahraga, dan pola makan dapat berdampak pada wilayah otak yang rentan dan pada akhirnya menyebabkan demensia.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah perubahan yang bisa kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah atau menunda timbulnya suatu penyakit.
Menghindari atau membatasi faktor-faktor risiko ini sangat penting, terutama bagi orang kulit berwarna dan masyarakat berpenghasilan rendah, yang mempunyai kemungkinan lebih tinggi terkena demensia.
Dalam studi baru ini, tim peneliti mengklasifikasikan faktor risiko yang dapat dimodifikasi ke dalam 15 kategori besar:
- Tekanan darah.
- Kolesterol.
- Diabetes.
- Berat badan.
- Konsumsi alkohol.
- Merokok.
- Suasana hati yang depresi.
- Peradangan.
- Polusi.
- Pendengaran.
- Tidur.
- Sosialisasi.
- Diet.
- Aktivitas fisik.
- Pendidikan.
Menggunakan pemindaian otak dan data UK Biobank peserta, para peneliti menilai faktor risiko mana yang lebih berdampak pada wilayah otak tertentu dibandingkan proses penuaan yang normal.
Setelah menganalisis data, tim peneliti menemukan tiga faktor risiko demensia yang paling merusak area otak yang rentan, yakni:
- Diabetes.
- Nitrogen dioksida dari polusi udara terkait lalu lintas.
- Frekuensi konsumsi alkohol.