ilustrasi operasi dengan teknologi robotik (commons.wikimedia.org/Cmglee)
Operasi jantung dengan teknologi robotik ini dipimpin oleh Dr. dr. Dudy Hanafy, Sp.BTKV, Subsp.JD(K), MARS, bersama seorang proctor dari India yang berpengalaman dalam operasi robotik dan minimal invasif di Amerika Serikat, serta pendiri Alliance Hospital di Texas Barat.
Prosedur ini dilakukan pada Rabu (13/11/2024) terhadap tiga pasien dengan kasus berbeda:
- Pasien pertama menjalani operasi bypass jantung koroner total (TECAB).
- Pasien kedua menjalani perbaikan katup mitral.
- Pasien ketiga menangani lubang atrial septal defect (ASD).
Dalam minggu yang sama, lima pasien lainnya dijadwalkan untuk menerima tindakan bedah robotik ini.
Dipastikan oleh Dr. Dudy bahwa seluruh pasien dalam kondisi stabil, sadar, dan telah dapat kembali beraktivitas normal.
Ia menjelaskan bahwa teknologi robotik mempercepat pemulihan dibandingkan metode konvensional. Biasanya, pasien dengan tindakan konvensional memerlukan 2–3 bulan untuk kembali ke aktivitas berat, tetapi dengan metode robotik, pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa satu minggu setelah tindakan.
“Dengan teknologi robotik, pemulihan pasien lebih cepat karena tidak ada tulang yang dibelah atau sela iga yang dilebarkan. Pasien sudah bisa pulang dalam 2–3 hari, dan dalam satu minggu dapat kembali menjalani aktivitas seperti biasa,” ungkapnya.
Menkes Budi mendukung penuh pengembangan teknologi robotik di Indonesia. Ia mengungkapkan, pemerintah berencana memperluas penggunaan teknologi ini di lebih banyak rumah sakit, terutama rumah sakit vertikal.
Selain itu, Menkes Budi berharap RSJPD Harapan Kita terus memimpin pengembangan layanan jantung nasional dengan memberikan bimbingan kepada 34 rumah sakit provinsi dan 514 rumah sakit kabupaten/kota. Ia juga menekankan pentingnya terus mempelajari teknologi kesehatan terbaru untuk meningkatkan layanan jantung di Indonesia.