Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita kembali mencatatkan sejarah baru dalam dunia medis, dengan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi jantung menggunakan teknologi robotik. (Dok, Kemenkes RI)
RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita kembali mencatatkan sejarah baru dalam dunia medis, dengan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi jantung menggunakan teknologi robotik. (Dok, Kemenkes RI)

Intinya sih...

  • RSJPD Harapan Kita pertama di Indonesia yang sukses lakukan operasi jantung dengan teknologi robotik.
  • Teknologi robotik memungkinkan prosedur minimal invasif, pemulihan lebih cepat, dan biaya lebih terjangkau bagi pasien.
  • Operasi jantung dilakukan pada tiga pasien dengan kasus berbeda: bypass jantung koroner total, perbaikan katup mitral, dan lubang atrial septal defect.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, sebagai pusat rujukan nasional untuk penanganan penyakit jantung, mencetak sejarah baru di dunia medis Indonesia.

RSJPD Harapan Kita berhasil menjadi rumah sakit pertama di Tanah Air yang melaksanakan operasi jantung dengan menggunakan teknologi robotik.

Langkah inovatif ini menjadi tonggak bersejarah dalam pelayanan kesehatan jantung di Indonesia, menghadirkan solusi teknologi mutakhir yang lebih aman, terjangkau, akurat, dan efisien bagi pasien.

Operasi robotik lebih presisi

Operasi jantung dengan teknologi robotik dilakukan menggunakan sistem bedah canggih yang memungkinkan ahli bedah mengoperasikan instrumen dengan tingkat presisi tinggi melalui kontrol detail.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, yang hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini, mengatakan bahwa teknologi robotik menawarkan keunggulan signifikan dibandingkan operasi metode konvensional.

Salah satu keunggulan utama metode ini adalah kemampuan untuk melakukan prosedur minimal invasif, yang menggunakan sayatan lebih kecil dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.

Teknologi ini juga memungkinkan dokter mengakses area jantung yang sulit dijangkau tanpa perlu melakukan bedah terbuka, memberikan manfaat besar bagi pasien dalam hal pemulihan yang lebih cepat dan risiko komplikasi yang lebih rendah.

“Dengan teknologi baru ini, lebih baik untuk pasien karena dadanya tidak perlu dibuka, karena mereka sepenuhnya pakai teknik endoskopi. Dengan begitu, recovery-nya lebih cepat, 2–3 hari sudah bisa pulang ke rumah. Kalau sebelumnya kan, 5 sampai 7 hari. Selain itu, tindakannya juga lebih cepat karena dadanya kan tidak perlu dibuka, sehingga waktu tunggu pasien nanti juga lebih cepat,” kata Menkes, mengutip rilis resmi Kemenkes.

Selain unggul dalam hal prosedur dan efisiensi waktu, teknologi robotik juga menawarkan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan metode konvensional, Menkes menambahkan. Dengan biaya yang lebih rendah, rencananya tindakan berbasis robotik ini akan diajukan agar dapat dimasukkan dalam cakupan layanan BPJS Kesehatan.

Operasi dilakukan terhadap tiga pasien penyakit jantung

ilustrasi operasi dengan teknologi robotik (commons.wikimedia.org/Cmglee)

Operasi jantung dengan teknologi robotik ini dipimpin oleh Dr. dr. Dudy Hanafy, Sp.BTKV, Subsp.JD(K), MARS, bersama seorang proctor dari India yang berpengalaman dalam operasi robotik dan minimal invasif di Amerika Serikat, serta pendiri Alliance Hospital di Texas Barat.

Prosedur ini dilakukan pada Rabu (13/11/2024) terhadap tiga pasien dengan kasus berbeda:

  • Pasien pertama menjalani operasi bypass jantung koroner total (TECAB).
  • Pasien kedua menjalani perbaikan katup mitral.
  • Pasien ketiga menangani lubang atrial septal defect (ASD).

Dalam minggu yang sama, lima pasien lainnya dijadwalkan untuk menerima tindakan bedah robotik ini.

Dipastikan oleh Dr. Dudy bahwa seluruh pasien dalam kondisi stabil, sadar, dan telah dapat kembali beraktivitas normal.

Ia menjelaskan bahwa teknologi robotik mempercepat pemulihan dibandingkan metode konvensional. Biasanya, pasien dengan tindakan konvensional memerlukan 2–3 bulan untuk kembali ke aktivitas berat, tetapi dengan metode robotik, pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa satu minggu setelah tindakan.

“Dengan teknologi robotik, pemulihan pasien lebih cepat karena tidak ada tulang yang dibelah atau sela iga yang dilebarkan. Pasien sudah bisa pulang dalam 2–3 hari, dan dalam satu minggu dapat kembali menjalani aktivitas seperti biasa,” ungkapnya.

Menkes Budi mendukung penuh pengembangan teknologi robotik di Indonesia. Ia mengungkapkan, pemerintah berencana memperluas penggunaan teknologi ini di lebih banyak rumah sakit, terutama rumah sakit vertikal.

Selain itu, Menkes Budi berharap RSJPD Harapan Kita terus memimpin pengembangan layanan jantung nasional dengan memberikan bimbingan kepada 34 rumah sakit provinsi dan 514 rumah sakit kabupaten/kota. Ia juga menekankan pentingnya terus mempelajari teknologi kesehatan terbaru untuk meningkatkan layanan jantung di Indonesia.

Editorial Team