ilustrasi diagnosis sakit kepala dengan MRI (flickr.com/Florida International University)
Seperti yang dijelaskan di laman WebMD, diagnosis sakit kepala dapat dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, dokter akan melakukan wawancara medis dengan menanyakan hal-hal seperti:
- Berapa usia kamu saat mengalami gejala sakit kepala.
- Berapa lama kamu telah mengalami sakit kepala tersebut.
- Apakah kamu memiliki satu jenis sakit kepala atau beberapa jenis.
- Seberapa sering kamu mengalaminya.
- Apa yang menyebabkan sakit kepala (misalnya situasi, makanan, atau obat-obatan tertentu).
- Siapa lagi di keluarga kamu yang mengalami hal serupa.
- Gejala apa yang ditunjukkan, dan lain-lain.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan terhadap beberapa gejala seperti:
- Demam atau kelainan pernapasan, denyut nadi, atau tekanan darah.
- Infeksi.
- Mual dan muntah.
- Perubahan kepribadian, perilaku yang tidak pantas.
- Kebingungan mental.
- Kejang.
- Penurunan kesadaran.
- Kelelahan yang berlebihan, ingin tidur sepanjang waktu.
- Tekanan darah tinggi.
- Kelemahan otot, mati rasa, atau kesemutan.
- Kesulitan berbicara.
- Masalah keseimbangan, jatuh.
- Pusing.
- Perubahan penglihatan (penglihatan kabur, penglihatan ganda, titik buta).
Jika kedua hal ini telah dilakukan, maka tes lain mengenai sakit kepala dapat dilakukan dengan wawancara bersama psikolog (tes psikologi). Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui apakah ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres hingga berakibat pada timbulnya sakit kepala.
Terakhir, jika memang dirasa perlu, maka dokter akan melakukan beberapa tes lebih lanjut untuk mengetahui apakah sakit kepala tersebut serius dan memerlukan penanganan lebih lanjut. Tes tersebut dapat berupa:
- Urinalisis.
- CT scan.
- MRI.
- Rontgen sinus.
- EEG (elektroensefalogram).
- Tes mata.
- Pungsi lumbal.