Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi screen time berlebihan (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi screen time berlebihan (pexels.com/Helena Lopes)

Intinya sih...

  • Anak-anak dan remaja dengan screen time berlebih berisiko tinggi alami gangguan jantung dan metabolik.

  • Setiap tambahan 1 jam screen time per hari meningkatkan risiko metabolik.

  • Studi terbaru ini juga menunjukkan bahwa durasi tidur dan waktu tidur berpengaruh besar terhadap hubungan antara screen time dan risiko metabolik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anak-anak dan remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan layar (screen time), seperti TV, smartphone, tablet, atau komputer, berisiko lebih tinggi mengalami gangguan jantung dan metabolik, termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan resistansi insulin, menurut temuan studi baru.

Sebuah pernyataan ilmiah dari American Heart Association tahun 2023 menyebutkan bahwa risiko penyakit jantung dan metabolik kini mulai muncul pada usia yang makin muda. Berdasarkan data survei kesehatan nasional di Amerika Serikat (AS) antara 2013–2018, hanya 29 persen anak dan remaja usia 2–19 tahun yang memiliki kesehatan jantung dan metabolik yang baik.

Studi terbaru ini menganalisis lebih dari 1.000 partisipan dari dua studi di Denmark. Hasilnya menunjukkan, makin tinggi waktu screen time untuk hiburan, makin tinggi pula risiko masalah jantung dan metabolik di kalangan anak dan remaja.

“Membatasi waktu layar sejak kecil bisa membantu menjaga kesehatan jantung dan metabolik di masa depan. Studi ini menunjukkan bahwa dampaknya sudah mulai terlihat sejak dini,” ujar Dr. David Horner, peneliti utama dari Copenhagen Prospective Studies on Asthma in Childhood (COPSAC), Universitas Kopenhagen, dalam pernyataan tertulis.

Makin lama screen time, makin tinggi risikonya

Tim peneliti menggunakan data dari dua kelompok: anak-anak usia 10 tahun yang diteliti pada 2010, dan remaja usia 18 tahun yang diteliti pada 2000. Mereka mengamati hubungan antara durasi waktu layar dan faktor risiko metabolik seperti:

  • Lingkar pinggang.

  • Tekanan darah.

  • Kolesterol HDL (kolesterol baik).

  • Trigliserida.

  • Kadar gula darah.

Skor risiko metabolik dihitung berdasarkan kombinasi dari faktor-faktor di atas, dan disesuaikan dengan usia serta jenis kelamin. Nilai skor ini menunjukkan seberapa besar risiko seseorang dibandingkan rata-rata kelompok. Skor 0 berarti rata-rata, sementara skor 1 berarti satu standar deviasi di atas rata-rata.

Hasilnya, setiap tambahan 1 jam screen time per hari menaikkan skor risiko metabolik sebesar:

  • 0,08 standar deviasi pada anak usia 10 tahun.

  • 0,13 standar deviasi pada remaja usia 18 tahun.

Artinya, anak yang memiliki screen time 3 jam lebih banyak per hari akan memiliki risiko ¼ hingga ½ standar deviasi lebih tinggi dibanding teman sebayanya.

“Per jam mungkin terlihat kecil. Tapi kalau anak-anak remaja menghabiskan 3–6 jam sehari di depan layar, dampaknya jadi signifikan,” jelas Horner. “Dan kalau ini terjadi secara massal pada satu generasi, risikonya bisa terbawa hingga dewasa."

Kurang tidur memperparah risiko

ilustrasi panduan screen time si kecil untuk orang tua (pexels.com/Kamaji Ogino)

Studi terbaru ini juga menunjukkan bahwa durasi tidur dan waktu tidur berpengaruh besar terhadap hubungan antara screen time dan risiko metabolik. Anak-anak yang tidur lebih sedikit atau tidur terlalu larut mengalami peningkatan risiko yang lebih besar walaupun durasi screen time-nya sama.

Bahkan, sekitar 12 persen dari hubungan antara screen time dan risiko metabolik pada anak ternyata dimediasi oleh kurang tidur. Artinya, tidur yang cukup bisa melindungi anak dari dampak buruk screen time, dan sebaliknya, kurang tidur bisa memperburuk efeknya.

“Kurang tidur tidak hanya memperkuat efek negatif waktu layar, tapi bisa jadi jalur utama yang menghubungkan kebiasaan layar dengan perubahan metabolik sejak dini,” ujar Horner.

Tak hanya itu, analisis dengan teknologi machine learning mendeteksi adanya perubahan metabolit dalam darah—semacam “sidik jari” biologis yang mencerminkan efek dari screen time. Pola metabolit ini juga menunjukkan kecenderungan peningkatan risiko penyakit jantung saat dewasa, terutama bila screen time berlebihan dimulai sejak remaja.

“Penemuan ini membuka peluang untuk menggunakan pola metabolit sebagai indikator awal risiko gaya hidup tidak sehat,” kata Horner. “Kebiasaan layar mungkin suatu hari bisa dimasukkan dalam edukasi gaya hidup sehat sejak konsultasi ke dokter anak, seperti pola makan dan aktivitas fisik.”

Apa yang bisa dilakukan?

Mengubah kebiasaan tidur bisa menjadi awal yang baik untuk mengurangi screen time. Orang tua disarankan untuk:

  • Memajukan waktu screen time ke lebih awal.

  • Tidur lebih cepat dan cukup.

  • Memberi contoh langsung sebagai orang dewasa tentang kapan harus berhenti memakai gadget.

  • Mengajarkan anak untuk bisa menghibur diri tanpa layar dan mampu mengatasi rasa bosan. Kebosanan dapat melahirkan kecerdasan dan kreativitas.

Karena ini adalah studi observasional, temuan ini menunjukkan hubungan (asosiasi), bukan sebab-akibat langsung. Selain itu, data tentang screen time dikumpulkan melalui kuesioner orang tua, yang mungkin tidak sepenuhnya akurat. Ke depannya, perlu diteliti apakah membatasi screen time menjelang tidur—karena cahaya dari layar bisa mengganggu ritme sirkadian—dapat menurunkan risiko metabolik lebih lanjut.

Referensi

David Horner et al., “Screen Time Is Associated With Cardiometabolic and Cardiovascular Disease Risk in Childhood and Adolescence,” Journal of the American Heart Association 14, no. 12 (2025), https://doi.org/10.1161/JAHA.125.041486.

"Excessive screen time among youth may pose heart health risks." American Heart Association. Diakses Agustus 2025.

Michele Mietus-Snyder et al., “Next Generation, Modifiable Cardiometabolic Biomarkers: Mitochondrial Adaptation and Metabolic Resilience: A Scientific Statement From the American Heart Association,” Circulation 148, no. 22 (October 30, 2023): 1827–45, https://doi.org/10.1161/cir.0000000000001185.

Editorial Team