Selulitis Orbita: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Selulitis orbita atau selulitis orbitalis, atau yang juga dikenal sebagai selulitis pascaseptal, adalah infeksi jaringan lunak di dalam rongga mata.
Infeksi berkembang di belakang septum orbita, yaitu selaput tipis yang menutupi bagian depan bola mata. Kondisi ini tidak menular dan siapa pun bisa mengembangkannya. Namun, kondisi ini paling sering menyerang anak kecil.
Selulitis orbita merupakan kondisi serius. Kalau tidak diobati, maka bisa menyebabkan kehilangan penglihatan permanen dan komplikasi yang mengancam nyawa.
1. Apa penyebabnya?
Spesies Streptococcus dan Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang paling umum yang menyebabkan selulitis orbita. Namun, strain bakteri lain dan jamur juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Selulitis orbita pada anak yang berusia 9 tahun ke bawah biasanya disebabkan oleh satu jenis bakteri. Pada anak yang usianya lebih tua dan orang dewasa, infeksi bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri secara bersamaan, membuatnya lebih sulit untuk diobati.
Dilansir Healthline, hingga 98 persen dari seluruh kasus selulitis orbita dimulai sebagai infeksi sinus bakteri yang tidak diobati yang menyebar ke belakang septum orbita. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebar dari infeksi gigi atau infeksi bakteri yang terjadi di bagian tubuh mana pun yang masuk ke aliran darah. Selain itu, luka, gigitan serangga dan gigitan hewan yang terjadi di dalam atau dekat mata juga dapat menjadi penyebabnya.
Selulitis orbita bisa menyerang siapa pun, tetapi paling sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 7 tahun. Meski begitu, lebih umum bagi anak-anak untuk mengembangkan selulitis periorbital.
Selulitis periorbital mengacu pada infeksi yang terjadi di depan septum orbita. Kondisi ini bisa menyebar ke kulit di sekitar mata dan kelopak mata. Meski tidak seserius selulitis orbita, tetapi selulitis periorbital tetap membutuhkan penanganan segera. Kalau tidak ditangani dengan cepat, selulitis periorbital berpotensi menyebabkan selulitis orbita.
Selulitis orbita juga bisa dialami oleh orang dewasa meski kasusnya jarang.
2. Apa saja gejalanya?
Selulitis orbita merupakan infeksi serius yang memengaruhi jaringan lemak dan otot di dalam rongga mata atau orbita. Infeksi mengakibatkan peradangan yang bisa mendorong mata keluar dari soketnya. Nyeri, bengkak, dan proptosis (mata yang cenderung menonjol dari lubang mata) merupakan gejala umum selulitis orbita, mengutip Medical News Today.
Gejala selulitis orbita lainnya meliputi:
- Gerakan mata terbatas atau nyeri ketika mencoba menggerakkan mata.
- Gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan secara tiba-tiba.
- Kelopak mata merah dan bengkak.
- Merasa sulit atau tidak bisa membuka mata.
- Kotoran dari mata yang terinfeksi.
- Demam.
- Kelelahan.
- Kehilangan selera makan.
- Sakit kepala.
3. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkannya?
Kalau tidak segera ditangani, bakteri penyebab selulitis orbita bisa merusak mata secara permanen dan mengakibatkan kebutaan. Selain itu, jika bakteri menyebar dari mata ke bagian tubuh lainnya, maka bisa menyebabkan masalah serius lainnya, seperti:
- Kerusakan saraf optik.
- Oklusi vena retina.
- Kehilangan penglihatan (sebagian atau seluruhnya).
- Gangguan pendengaran.
- Infeksi darah atau sepsis.
- Meningitis, yaitu peradangan pada selaput yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang.
- Abses intrakranial, yang merupakan akumulasi nanah di dalam tengkorak.
- Trombosis sinus kavernosus, yaitu pembentukan bekuan darah di dasar otak.
Anak kecil kemungkinan mengalami gejala yang lebih parah dari orang dewasa, dan mereka memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi karena sistem kekebalan mereka yang masih berkembang.
4. Bagaimana cara dokter mendiagnosisnya?
Sangat penting bagi siapa pun yang memiliki gejala selulitis orbita untuk segera menemui dokter. Diagnosis dini dapat mencegah komplikasi parah.
Untuk proses diagnosis, dokter mata akan memeriksa mata. Saat pemeriksaan, dokter akan memeriksa tanda-tanda fisik infeksi rongga mata, seperti kemerahan, bengkak, nyeri, dan demam.
Setelah itu, dokter bisa memesan tes lain untuk membantu menentukan tingkat infeksi dan pengobatan yang tepat. Dokter bisa mengambil sampel darah pasien atau kotoran dari matanya untuk dianalisis dan menemukan jenis kuman apa yang menyebabkan infeksi.
Selain itu, dokter juga bisa memesan tes pencitraan seperti MRI dan CT scan. Tes ini memungkinkan dokter untuk mengevaluasi seberapa jauh infeksi telah menyebar dan memeriksa komplikasi yang melibatkan otak atau sistem saraf pusat.
5. Bagaimana perawatannya?
Karena selulitis orbita terjadi di belakang mata, maka ada risiko selulitis bisa menyebar ke otak atau sistem saraf pusat jika tidak segera diobati. Perawatan untuk kondisi ini kemungkinan termasuk antibiotik dan pembedahan, tergantung tingkat keparahannya.
- Antibiotik: Antibiotik spektrum luas diberikan dalam dosis berkelanjutan melalui infus atau intravena (IV) sebagai langkah pertama untuk mengobati selulitis orbita, serta infeksi bakteri lain yang kemungkinan ada. Orang dengan selulitis orbita biasanya tetap berada di fasilitas kesehatan selama mereka menerima pengobatan antibiotik. Karena selulitis orbita bisa menyebar dengan cepat, maka tim medis perlu memantau pasien dengan cermat untuk mengetahui tanda-tanda infeksi memburuk atau tidak merespons antibiotik. Nah, jika mata yang terkena tidak merespons atau jika tes diagnostik mengungkapkan infeksi lain, maka jenis antibiotik yang berbeda bisa digunakan. Orang dengan selulitis orbita mungkin akan diberi resep antibiotik oral untuk diminum selama 2 hingga 3 minggu menerima perawatan IV untuk memastikan penyakit telah sembuh sepenuhnya.
- Pembedahan: Jika infeksi tidak merespons antibiotik atau jika kondisi pasien makin parah, maka pembedahan mungkin dibutuhkan. Pembedahan umumnya juga dibutuhkan jika selulitis orbita disebabkan oleh benda asing yang perlu dikeluarkan dari mata. Selain itu, pembedahan juga dibutuhkan jika orang dengan selulitis orbita mengalami gangguan penglihatan ketika minum antibiotik, telah mengembangkan abses di rongga mata atau otak, atau memiliki infeksi jamur atau mikobakteri. Nah, pembedahan, dokter akan mengeluarkan cairan di mata yang terinfeksi serta dari sinus. Perlu diketahui bahwa abses bisa terbentuk dengan infeksi. Kalau ini sampai terjadi, maka abses juga akan dikeluarkan selama operasi. Selain itu, pembedahan juga bisa mencakup mengeluarkan benda asing (jika itu penyebab selulitis orbita) dan mengambil sampel kultur untuk analisis lebih lanjut. Namun, pembedahan cenderung tidak dibutuhkan pasien anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
Apabila perawatan melibatkan pembedahan, maka waktu pemulihan dan rawat inapnya mungkin lebih lama dibandingkan jika pasien hanya dirawat dengan antibiotik. Kalau perawatannya tidak melibatkan pembedahan dan kondisi pasien membaik, maka pasien bisa beralih dari antibiotik IV ke antibiotik oral setelah 1 hingga 2 minggu.
Antibiotik oral akan diperlukan selama 2 hingga 3 minggu lagi atau sampai gejala benar-benar hilang. Namun, jika infeksi berasal dari sinusitis etmoid yang parah, infeksi rongga sinus yang terletak di dekat hidung, maka kemungkinan perlu minum antibiotik untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pernah menderita selulitis orbita tidak berarti bahwa seseorang akan mendapatkannya lagi. Namun, jika ia rentan terhadap infeksi sinus berulang, maka penting untuk memantau dan merawat kondisinya dengan cepat. Ini akan membantu mencegah infeksi menyebar dan menyebabkan kekambuhan. Ini juga sangat penting pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau anak kecil yang sistem kekebalannya belum terbentuk sempurna.
Selulitis orbita bisa dicegah dengan mengobati infeksi sesegera mungkin. Jika kamu mengalami infeksi di mulut atau sinus, maka segera temui dokter. Mengobati infeksi yang kurang serius ini dengan segera bisa menghentikan penyebarannya ke jaringan di sekitar mata.