Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Cytomegalovirus masih satu keluarga dengan virus herpes

Cytomegalovirus (CMV) atau sitomegalovirus adalah anggota dari keluarga virus herpes. Virus yang terkait termasuk Epstein-Barr (penyebab demam kelenjar), varicella-zoster (penyebab cacar air), dan herpes simpleks (penyebab herpes labialis). Infeksi virus ini dapat menyebar melalui batuk, kontak dengan darah, urine atau feses, atau melalui selaput lendir seperti mulut dan alat kelamin.

Berdasarkan laporan dalam jurnal PLoS One tahun 2018, CMV adalah virus herpes manusia yang umum di seluruh dunia, dengan perkiraan seroprevalensi 45 persen hingga 100 persen pada populasi umum.

Pada orang yang sehat, infeksi virus bisa dengan mudah dikendalikan. Namun, infeksi bisa lebih serius pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Sebagai contoh, pada orang dengan HIV tahap lanjut, CMV dapat menyebabkan infeksi mata (retinitis) yang dapat menyebabkan kebutaan. Retinitis CMV adalah apa yang dikenal sebagai kondisi terdefinisi AIDS. Virus ini juga dapat memengaruhi usus, kerongkongan, paru-paru, otak, atau saraf.

Efek lebih serius juga bisa dialami kelompok lainnya seperti pasien penerima transplantasi dan ibu hamil.

1. Jenis

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi infeksi cytomegalovirus atau CMV (commons.wikimedia.org/Yale Rosen)

Terdapat beberapa jenis infeksi CMV, yaitu:

  • Kongenital: Ini terjadi ketika seorang bayi tertular CMV dari ibunya sebelum ia dilahirkan.
  • Primer atau didapat (acquired): Ini adalah kala pertama seseorang terinfeksi CMV. Biasanya ini tidak menyebabkan gejala, tetapi beberapa orang mungkin akan mengalami gejala mirip mononukleosis.
  • Reaktivasi: Infeksi yang telah tidak aktif (dorman) dapat kembali aktif ketika sistem kekebalan tubuh melemah. Ini bisa terjadi pada seseorang yang memiliki HIV tahap lanjut, sedang dalam pengobatan untuk kanker, atau menjalani transplantasi organ.

2. Penyebab

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, PengobatanBayi dapat tertular cytomegalovirus dari ASI ibu yang terinfeksi. (pexels.com/Jonathan Borba)

CMV berhubungan dengan virus yang dapat menyebabkan cacar air, herpes simpleks, dan mononukleosis. CMV mungkin akan menjalani siklus lewat periode saat virus dorman dan reaktivasi. Pada orang sehat, umumnya CMV akan tetap dalam keadaan dorman.

Saat virus aktif di dalam tubuh, seseorang bisa menyebarkan virus ke orang lain. Virus bisa menyebar lewat cairan tubuh, termasuk darah, urine, air liur, ASI, air mata, air mani, dan cairan vagina. Kontak kasual tidak menularkan CMV, seperti dijelaskan pada laman Mayo Clinic.

Beberapa cara penularan virus di antaranya:

  • Menyentuh mata atau bagian dalam hidung atau mulut setelah bersentuhan dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
  • Kontak seksual dengan orang yang terinfeksi.
  • Bayi menyusu ASI dari ibu yang terinfeksi.
  • Transplantasi organ, sumsum tulang atau sel induk atau transfusi darah.
  • Kelahiran. Seorang ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya sebelum atau selama kelahiran. Risiko penularan virus ke bayi lebih tinggi jika perempuan terinfeksi untuk pertama kalinya selama kehamilan.

CMV adalah virus yang tersebar luas dan umum yang dapat menginfeksi hampir semua orang.

3. Gejala

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi CMV kongenital (ausmed.com)

Gejala infeksi CMV akan bergantung pada jenisnya.

CMV primer

Kebanyakan orang dengan CMV primer tidak memiliki gejala yang terlihat. Kalaupun muncul, bisa termasuk:

  • Demam
  • Keringat pada malam hari
  • Kelelahan dan kegelisahan
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar
  • Nyeri sendi dan otot
  • Nafsu makan rendah dan penurunan berat badan

Gejala-gejala tersebut umumnya hilang setelah dua minggu.

CMV reaktivasi

Gejala reaktivasi CMV (recurring) beragam, tergantung organ mana yang terdampak oleh virus. Area tubuh yang mungkin terpengaruh adalah mata, paru-paru, atau sistem pencernaan. Gejalanya dapat meliputi:

  • Demam.
  • Diare, ulkus peptikum, dan pendarahan gastrointestinal.
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas.
  • Pneumonia dengan hipoksemia (kadar oksigen rendah).
  • Luka terbuka di mulut yang bisa berukuran besar.
  • Masalah penglihatan, termasuk floaters, titik buta, dan penglihatan kabur.
  • Hepatitis, atau inflamasi lever, dengan demam berkepanjangan.
  • Ensefalitis, atau inflamasi pada otak, yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kejang, bahkan koma.

Orang dengan sistem kekebalan yang lemah yang mengalami gejala-gejala di atas harus mencari bantuan medis.

CMV kongenital

Menurut National CMV Foundation, sekitar 90 persen bayi yang terlahir dengan CMV tidak bergejala, tetapi10–15 persen dari mereka akan mengembangkan kehilangan pendengaran, khususnya dalam 6 bulan pertama kehidupan. Tingkat keparahannya bervariasi dari gangguan pendengaran ringan hingga total.

Pada setengah dari anak-anak ini, virus hanya akan memengaruhi satu telinga, tetapi sisanya akan mengalami gangguan pendengaran pada kedua telinga. Gangguan pendengaran pada kedua telinga dapat menyebabkan risiko masalah bicara dan komunikasi yang lebih tinggi di kemudian hari.

Jika ada gejala CMV bawaan saat lahir, ini mungkin termasuk:

  • Penyakit kuning atau jaundice.
  • Pneumonia.
  • Bintik-bintik di bawah kulit.
  • Bercak kulit ungu, ruam, atau keduanya.
  • Pembesaran hati.
  • Pembesaran limpa.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Kejang.

Beberapa gejala di atas bisa diobati.

CMV akan memengaruhi otak pada sekitar 75 persen bayi yang terlahir dengan CMV kongenital yang dapat menyulitkannya di kemudian hari. Kondisi yang bisa terjadi antara lain:

  • Autisme.
  • Kehilangan penglihatan sentral, jaringan parut pada retina, dan uveitis, atau pembengkakan dan iritasi mata.
  • Kesulitan dalam belajar dan kognitif.
  • Kehilangan pendengaran total atau sebagian.
  • Epilepsi.
  • Gangguan penglihatan.
  • Masalah dengan koordinasi fisik.
  • Kejang.
  • Ukuran kepala kecil.

Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, mereka mungkin akan mengalami masalah serius yang memengaruhi:

  • Mata
  • Paru-paru
  • Hati
  • Esofagus
  • Perut
  • Usus
  • Otak

Sementara pada orang sehat, kebanyakan orang yang terinfeksi CMV yang dinyatakan sehat mengalami sedikit gejala jika ada. Saat pertama kali terinfeksi, beberapa orang dewasa mungkin mengalami gejala mirip mononukleosis infeksius, yang termasuk:

  • Kelelahan
  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri otot

4. Diagnosis

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, PengobatanIlustrasi sampel darah (unsplash.com/National Cancer Institute)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes, seperti:

  • Tes darah dan urine: Ini termasuk antigen CMV (bagian dari virus), kultur virus, atau PCR (tes molekuler). Tes serologis mencari hal-hal yang dibuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan CMV, yang disebut antibodi IgM dan IgG, meskipun kebanyakan orang sehat juga memilikinya.
  • Biopsi: Dokter akan mengambil sedikit sampel jaringan dari usus, esofagus, atau paru-paru dan memeriksanya di bawah mikroskop.
  • Pemeriksaan mata: Untuk memeriksa peradangan pada retina.
  • Tes pencitraan: Seperti CT scan, untuk melihat apakah ada perubahan pada paru-paru atau otak.

Baca Juga: 7 Infeksi Virus yang Bisa Menyebabkan Kanker, Waspada!

5. Pengobatan

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Perawatan umumnya tidak diperlukan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sehat. Orang dewasa sehat yang mengembangkan mononukleosis CMV umumnya sembuh tanpa pengobatan.

Bayi baru lahir dan orang yang memiliki kekebalan yang lemah memerlukan pengobatan ketika mereka mengalami gejala infeksi CMV. Jenis pengobatan tergantung pada tanda dan gejala serta tingkat keparahannya.

Apabila pasien menderita retinitis karena CMV, dokter akan meresepkan obat secara intravena selama beberapa minggu. Ini dinamakan terapi induksi. Setelah beberapa saat, obat intravena akan diganti dengan pil.

Pasien mungkin akan mendapatkan obat injeksi mata bila penglihatan dalam bahaya.

Dokter mungkin akan diresepkan dokter antara lain:

  • Cidofovir 
  • Foscarnet 
  • Ganciclovir 
  • Maribavir 
  • Valganciclovir

Obat-obatan tersebut secara umum tidak dapat menyembuhkan penyakit pada pasien dengan HIV tahap lanjut, tetapi tetap bisa mengontrolnya saat pasien sedang menjalani terapi antiretroviral (ART) untuk infeksi HIV.

Tergantung obat-obatannya, ada beberapa efek samping yang bisa terjadi yang meliputi:

  • Jumlah sel darah putih yang rendah (neutropenia), yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi lain.
  • Merasa lelah karena jumlah sel darah merah yang rendah (anemia).
  • Sakit perut atau muntah.
  • Ruam.
  • Masalah ginjal.

Yang paling penting, jika menerima terapi ART pada awal infeksi HIV, obat-obatan akan mencegahnya menjadi lebih buruk dan mencegah individu yang bersangkutan terkena CMV sejak awal.

6. Pencegahan

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi cuci tangan (pexels.com/ Ketut Subiyanto)

Kebersihan yang baik adalah pencegahan CMV terbaik. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir selama 15 hingga 20 detik, khususnya setelah berkontak dengan anak kecil atau popoknya, air liur, atau sekresi oral lainnya. Hal ini terutama penting jika anak-anak dititipkan di tempat penitipan anak.
  • Hindari kontak dengan air mata dan saliva saat mencium anak. Daripada bibir, ciumlah anak di keningnya. Ini khususnya penting bila kamu sedang hamil.
  • Hindari berbagi makanan atau minuman dari alat makan yang sama. 
  • Hati-hati dengan benda sekali pakai. Saat membuang popok, tisu, atau benda lain yang telah terkontaminasi cairan tubuh, segera cuci tangan sebelum menyentuh wajah.
  • Bersihkan mainan anak dan permukaan benda. Bersihkan semua permukaan yang berkontak dengan urine atau air liur anak.
  • Praktikkan seks yang aman. Gunakan kondom selama berhubungan seks untuk mencegah penularan CMV lewat air mani dan cairan vagina.
  • Bila kamu punya sistem kekebalan tubuh yang lemah, mungkin akan bermanfaat untuk mengonsumsi obat ART untuk mencegah infeksi CMV. Konsultasikan hal ini dengan dokter.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pneumonia (elcaminohealth.org)

Komplikasi dari infeksi CMV bervariasi, tergantung status kesehatan pasien dan kapan terinfeksi.

Pada orang dewasa sehat, CMV dapat menyebabkan mononukleosis, tetapi ini jarang terjadi. Komplikasi langka lainnya untuk orang dewasa yang sehat termasuk masalah dengan sistem pencernaan, hati, otak dan sistem saraf.

Untuk orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, komplikasi infeksi CMV bisa termasuk:

  • Kehilangan penglihatan akibat retinitis.
  • Masalah sistem pencernaan, termasuk inflamasi usus besar (kolitis), esofagitis, dan hepatitis.
  • Masalah sistem saraf, termasuk ensefalitis.
  • Pneumonia.

Komplikasi pada bayi yang terlahir dengan CMV di antaranya:

  • Masalah dalam belajar.
  • Celebral palsy atau masalah dengan tonus otot dan koordinasi.
  • Kejang.

Itulah informasi seputar infeksi cytomegalovirus, virus yang masih satu keluarga dengan herpes. Pada orang sehat, infeksi CMV menyebabkan gejala mirip flu yang bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Namun, pada kelompok rentan, seperti orang-orang yang tertekan sistem kekebalannya atau bayi baru lahir, CMV bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya.

Baca Juga: 8 Jenis Virus Herpes yang Bisa Menyerang Manusia

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya