Kolera: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Bisa menyebabkan dehidrasi dan kekurangan elektrolit

Intinya Sih...

  • Kolera adalah penyakit bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi.
  • Diperkirakan setiap tahunnya ada sejumlah 1,3 hingga 4 juta kasus kolera, dan 21.000 hingga 143.000 kematian secara global karena penyakit ini.
  • Penyebab infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Efek berbahaya dari penyakit ini adalah akibat toksin yang dihasilkan bakteri tersebut di usus kecil.

Wabah kolera yang parah saat ini melanda masyarakat di Afrika Selatan, menyebar melintasi perbatasan. Menurut para ahli, ini dikatakan sebagai krisis terburuk terkait kolera yang pernah terjadi di kawasan ini dalam satu dekade terakhir.

Kasus kolera telah meningkat dua kali lipat di 10 negara Afrika, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO melaporkan lebih dari 26.000 kasus dan 700 kematian dalam empat minggu pertama tahun 2024. Jumlah tersebut dua kali lipat dari angka yang dilaporkan pada tahun 2023 pada periode yang sama.

''Kasus kolera melonjak secara global, dan terjadi lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Afrika... Afrika bagian timur dan selatan sangat terkena dampaknya,'' kata Dr. Fiona Braka, Ketua Tim Operasi Darurat WHO Wilayah Afrika dalam sebuah pernyataan.

Zambia, Zimbabwe, Mozambik, Tanzania, DRC, Etiopia, dan Nigeria berada dalam cengkeraman “wabah aktif” dengan risiko tinggi untuk penyebaran lebih lanjut, kata WHO.

Kolera adalah penyakit bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi. Kolera menyebabkan diare parah dan dehidrasi. Jika tidak diobati, kolera bisa berakibat fatal dalam beberapa jam, bahkan pada orang yang sebelumnya sehat.

WHO melansir, diperkirakan setiap tahunnya ada sejumlah 1,3 hingga 4 juta kasus kolera, dan 21.000 hingga 143.000 kematian secara global karena penyakit ini (PLOS Neglected Tropical Diseases, 2015).

Pengolahan limbah dan air modern hampir mengeliminasi kolera di negara-negara industri. Akan tetapi, kolera masih ada di Afrika, Asia Tenggara, dan Haiti.

Risiko epidemi kolera paling tinggi ketika kemiskinan, perang, atau bencana alam yang memaksa warga hidup dalam kondisi padat tanpa sanitasi yang memadai.

Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera yang pernah dilaporkan di Indonesia tercatat pada bulan April hingga Agustus 2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Kejadian ini menelan korban 105 jiwa. Setelah itu, belum ada laporan baru mengenai jumlah kasus kolera di Indonesia.

1. Penyebab dan faktor risiko

Penyebab infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Efek berbahaya dari penyakit ini adalah akibat toksin yang dihasilkan bakteri tersebut di usus kecil.

Toksin menyebabkan tubuh mengeluarkan sejumlah besar air, menyebabkan diare dan kehilangan cairan serta garam (elektrolit) dengan cepat, mengutip Mayo Clinic.

Bakteri kolera mungkin tidak menyebabkan penyakit pada semua orang yang terpapar, tetapi mereka tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja, yang kemudian dapat mencemari persediaan makanan dan air.

Persediaan air yang terkontaminasi adalah sumber utama infeksi kolera. Bakteri bisa ditemukan di:

  • Permukaan air atau air sumur: Sumur umum yang terkontaminasi sering menjadi sumber wabah kolera skala besar. Orang yang hidup dalam kondisi padat tanpa sanitasi yang memadai sangat berisiko.
  • Makanan laut: Makan makanan laut mentah atau setengah matang, terutama kerang yang berasal dari tempat tertentu, dapat membuat seseorang terpapar bakteri kolera.
  • Buah dan sayuran mentah: Buah dan sayuran mentah yang tidak dikupas sering menjadi sumber infeksi kolera di daerah di mana ada kolera. Di negara berkembang, pupuk kandang yang tidak dikomposkan atau air irigasi yang mengandung limbah mentah dapat mencemari produk di lapangan.
  • Biji-bijian: Di daerah di mana kolera tersebar luas, biji-bijian seperti beras dan jawawut yang terkontaminasi setelah dimasak dan disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam dapat menumbuhkan bakteri kolera.

Faktor risiko

Setiap orang bisa terkena kolera, kecuali bayi yang telah mendapat kekebalan dari ibu menyusui yang sebelumnya pernah menderita kolera. Namun, faktor-faktor tertentu bisa membuat kamu lebih rentan terhadap kolera atau lebih cenderung memiliki tanda dan gejala yang parah.

Faktor risiko kolera meliputi:

  • Kondisi sanitasi yang buruk: Kolera lebih mungkin berkembang dalam situasi di mana lingkungan sanitasi, termasuk pasokan air, sulit dijaga kebersihannya. Ini biasa terjadi di kamp pengungsian, negara-negara miskin, dan daerah-daerah yang dilanda kelaparan, perang, atau bencana alam.
  • Asam lambung berkurang atau tidak ada: Bakteri kolera tidak dapat bertahan hidup di lingkungan asam, dan asam lambung biasa sering berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Namun, orang-orang dengan kadar asam lambung yang rendah (seperti anak-anak, lansia, dan pengguna obat antasida, penghambat H-2, atau penghambat pompa proton) tidak punya perlindungan ini, sehingga mereka berisiko lebih besar terkena kolera.
  • Paparan rumah tangga: Kamu lebih berisiko terkena kolera bila hidup satu rumah dengan orang yang mengidapnya.
  • Golongan darah O: Untuk alasan yang tidak sepenuhnya jelas, orang dengan golongan darah O dua kali lebih mungkin terkena kolera dibanding orang dengan golongan darah lainnya.
  • Kerang mentah atau setengah matang: Meskipun negara-negara industri tidak lagi memiliki wabah kolera skala besar, tetapi makan kerang dari perairan yang diketahui menyimpan bakteri sangat meningkatkan risiko.
Kolera: Penyebab, Gejala, Komplikasi, PengobatanBakteri Vibrio cholerae. (flickr.com/Vaccines at Sanofi)

2. Gejala

Kolera adalah penyakit virulen yang dapat menyebabkan diare cair akut yang parah. Dibutuhkan antara 12 jam dan 5 hari bagi seseorang untuk menunjukkan gejala setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi.

Kolera memengaruhi anak-anak dan orang dewasa dan dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati.

Kebanyakan orang yang terinfeksi V. cholerae tidak menunjukkan gejala apa pun, meskipun bakteri tersebut ada dalam tinja mereka selama 1–10 hari setelah infeksi dan dilepaskan kembali ke lingkungan, berpotensi menginfeksi orang lain.

Di antara orang yang mengalami gejala, sebagian besar memiliki gejala ringan atau sedang, sementara sebagian kecil mengalami diare cair akut dengan dehidrasi parah. Ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.

Tanda dan gejala dehidrasi yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Detak jantung cepat.
  • Kehilangan elastisitas kulit (kemampuan kulit untuk segera kembali ke posisi awalnya jika dicubit atau ditarik).
  • Selaput lendir kering, termasuk di dalam mulut, tenggorokan, hidung, dan kelopak mata.
  • Tekanan darah rendah.
  • Haus.
  • Kram otot.

Jika tidak ditangani, dehidrasi dapat menyebabkan syok dan kematian dalam beberapa jam.

3. Diagnosis

Untuk menguji kolera, pemeriksaan sampel tinja dibutuhkan. Terkadang, penyedia layanan kesehatan akan melakukan tes usap ke dalam rektum, bukaan tempat tinja keluar. 

Setelahnya, sampel akan dikirim ke laboratorium, di mana para ahli akan memeriksanya di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi bakteri V. cholera.

Beberapa daerah di mana kolera lebih umum memiliki akses ke alat "stik celup" yang dapat dengan cepat menguji sampel tinja, mengutip Cleveland Clinic.

Baca Juga: Kenapa Minum Antibiotik Menyebabkan Diare? Ini Faktanya

Kolera: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

4. Pengobatan

Pengobatan terpenting kolera adalah mencegah atau membalikkan dehidrasi. Siapa pun yang terkena kolera harus segera menggantikan cairan dan garam yang hilang.

Dokter mungkin akan meresepkan:

  • Larutan rehidrasi oral: Pasien mungkin harus minum ini dalam jumlah banyak.
  • Pemberian cairan intravena: Untuk kasus dehidrasi parah, dokter mungkin memberikan cairan secara intravena.

Perawatan lainnya mungkin termasuk:

  • Antibiotik.
  • Zink untuk anak-anak di bawah 5 tahun.

Bakteri V. cholera umumnya akan hilang dari tubuh dalam kurun waktu dua minggu.

5. Pencegahan

Orang yang tidak tinggal di atau tidak mengunjungi daerah dengan sanitasi yang buruk memiliki sedikit kemungkinan terkena kolera. Akan tetapi, jika kamu berada di daerah dengan kasus kolera, beberapa strategi dapat membantu mencegah infeksi:

  • Hindari air keran, air mancur, dan es batu. Ini juga berlaku untuk air yang kamu minum dan air yang digunakan untuk mencuci piring, menyiapkan makanan, dan menyikat gigi.
  • Jangan makan makanan laut mentah atau setengah matang.
  • Minum air hanya jika dalam kemasan, kaleng, direbus, atau diolah dengan bahan kimia tertentu. Jangan minum dari botol atau kaleng yang segelnya rusak.
  • Makan makanan kemasan atau pastikan makanan lain baru dimasak dan disajikan panas.
  • Pertimbangkan untuk mendisinfeksi air dengan merebus setidaknya selama satu menit. Tambahkan setengah tablet yodium atau dua tetes pemutih rumah tangga ke setiap liter air. Atau gunakan tablet klorin.
  • Cuci buah dan sayuran dengan air bersih.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, terutama sebelum memegang dan makan makanan dan setelah menggunakan kamar mandi. Jika air bersih dan sabun tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang terbuat dari alkohol minimal 60 persen.

Vaksin kolera sudah tersedia, yaitu oral cholera vaccine (OCV), sebagai pencegahan penyakit kolera. Vaksin ini mengandung bakteri V. cholerae yang dilemahkan dan bertujuan untuk menciptakan kekebalan pasif individu.

Kolera: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi cuci tangan (pexels.com/ Ketut Subiyanto)

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Kolera bisa dengan cepat menjadi fatal. Dalam kasus paling parah, kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar secara cepat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

Dalam situasi yang tidak terlalu ekstrem, orang yang tidak menerima pengobatan bisa meninggal dunia akibat dehidrasi dan syok beberapa jam hingga beberapa hari setelah gejala kolera pertama kali muncul.

Meskipun syok dan dehidrasi parah adalah komplikasi kolera yang paling buruk, tetapi masalah lain dapat terjadi, seperti:

  • Gula darah rendah (hipoglikemia): Tingkat gula darah (glukosa) yang sangat rendah, yang merupakan sumber energi utama tubuh, dapat terjadi ketika orang menjadi terlalu sakit untuk makan. Anak-anak berada pada risiko terbesar dari komplikasi ini, yang dapat menyebabkan kejang, ketidaksadaran, dan bahkan kematian.
  • Kadar kalium rendah: Orang dengan kolera kehilangan sejumlah besar mineral, termasuk potasium, dalam tinja mereka. Kadar kalium yang sangat rendah mengganggu fungsi jantung dan saraf dan mengancam jiwa.
  • Gagal ginjal: Ketika ginjal kehilangan kemampuan menyaring, kelebihan jumlah cairan, beberapa elektrolit dan limbah menumpuk di dalam tubuh. Ini merupakan kondisi yang berpotensi fatal. Pada penderita kolera, gagal ginjal sering menyertai syok.

Apabila kamu mengalami diare parah akibat kolera atau kondisi lainnya, segera hubungi penyedia layanan kesehatan. Kamu harus segera menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang untuk mencegah dehidrasi dan beragam komplikasinya yang bisa berbahaya.

Baca Juga: Kolesistitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya