Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stenosis Pilorus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

ilustrasi bayi dengan stenosis pilorus (pexels.com/Laura Garcia)

Pilorus merupakan katup berotot yang lokasinya berada di antara lambung dan usus kecil. Ini merupakan titik keluar lambung dan juga pintu gerbang ke duodenum usus kecil. Pilorus juga membantu perut menahan makanan, cairan, asam, dan bahan lainnya hingga mereka siap untuk pindah ke usus kecil dan dicerna lebih lanjut dan kemudian diserap.

Namun, untuk alasan yang tidak sepenuhnya diketahui, pilorus terkadang menebal dan mengakibatkan penyempitan luminal. Kondisi ini disebut stenosis pilorus. Penebalan ini dapat menjadi cukup besar sehingga menghalangi aliran makanan dari lambung ke usus kecil.

Dilansir Healthline, stenosis pilorus paling mungkin memengaruhi bayi usia muda. Kondisi ini ditemukan pada 2 hingga 3 dari setiap 1.000 bayi. Ini paling sering muncul dalam 2 hingga 8 minggu pertama kehidupan, meski juga bisa terjadi pada bayi hingga usia 6 bulan. 

Stenosis bisa mengakibatkan muntah yang kuat, dehidrasi, dan penurunan berat badan pada bayi. Bayi yang menderita stenosis pilorus kemungkinan akan tampak lapar sepanjang hari.

1. Penyebab

ilustrasi stenosis pilorus (medicoapps.org)

Penyebab stenosis pilorus belum diketahui. Namun, faktor genetik dan lingkungan kemungkinan berperan dalam perkembangan kondisi ini. Stenosis pilorus biasanya tidak ada ketika bayi lahir dan kemungkinan berkembang setelahnya.

Dilansir Mayo Clinic, faktor risiko stenosis pilorus meliputi:

  • Jenis kelamin: Stenosis pilorus lebih sering terjadi pada anak laki-laki, terutama anak sulung, dibandingkan anak perempuan.
  • Ras: Stenosis pilorus lebih sering terjadi pada orang kulit putih keturunan Eropa Utara, dan lebih jarang pada orang kulit hitam dan jarang pada orang Asia.
  • Lahir prematur: Stenosis pilorus lebih sering terjadi pada bayi prematur dibanding bayi yang lahir cukup bulan.
  • Sejarah keluarga: Studi menemukan tingkat gangguan ini lebih tinggi di antara keluarga tertentu. Stenosis pilorus berkembang pada sekitar 20 persen keturunan laki-laki dan 10 persen keturunan perempuan dari ibu yang memiliki kondisi ini.
  • Merokok selama hamil: Kebiasaan ini hampir bisa melipatgandakan risiko stenosis pilorus.
  • Penggunaan antibiotik sejak dini: Bayi yang diberi antibiotik tertentu pada minggu-minggu pertama kehidupan, seperti eritromisin untuk mengobati batuk rejan, mempunyai peningkatan risiko stenosis pilorus. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang mengonsumsi antibiotik tertentu pada akhir kehamilan kemungkinan mempunyai peningkatan risiko stenosis pilorus.
  • Pemberian susu botol: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu botol dibandingkan menyusui secara langsung bisa meningkatkan risiko stenosis pilorus. Sebagian besar orang yang berpatisipasi dalam penelitian ini, menggunakan susu formula dibandingkan ASI, sehingga tidak jelas apakah peningkatan risiko ini berhubungan dengan susu formula atau mekanisme pemberian susu botol.

2. Gejala

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Sarah Chai)

Gejala stenosis pilorus dimulai ketika bayi berusia sekitar 2 hingga 8 minggu. Bayi dengan stenosis pilorus bisa makan dengan baik, tetapi mengalami gejala berikut:

  • Muntah proyektil yang sering (muntah kuat), biasanya dalam waktu setengah jam hingga satu jam setelah makan.
  • Dehidrasi.
  • Mudah marah.
  • Sakit perut.
  • Kelaparan sesudah menyusui.
  • Kotoran kecil.
  • Penurunan berat badan.
  • Gerakan perut seperti gelombang tepat sesudah makan, tepat sebelum muntah muncul. Terkadang, massa seperti sosis dapat dirasakan di perut.

Sebagian besar bayi dengan stenosis pilorus tampak sehat. Orang tua kemungkinan tidak menyadari jika ada sesuatu yang salah hingga bayinya mengalami dehidrasi atau kekurangan gizi. Bayi kemungkinan juga mulai mengalami penyakit kuning, yaitu kondisi saat kulit dan bagian putih mata menjadi kuning.

3. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan

ilustrasi bayi dengan penyakit kuning (sitarambhartia.org)

Stenosis pilorus bisa menyebabkan komplikasi seperti:

  • Dehidrasi: Muntah yang sering bisa menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral (elektrolit). Elektrolit membantu mengatur banyak fungsi tubuh yang vital.
  • Iritasi perut: Muntah berulang bisa mengiritasi perut bayi dan bisa mengakibatkan pendarahan ringan.
  • Penyakit kuning: Dalam kasus yang jarang terjadi, zat yang disekresikan oleh hati (bilirubin), bisa menumpuk dan mengakibatkan perubahan warna kekuningan pada kulit dan mata.
  • Gagal tumbuh dan berkembang.

4. Diagnosis

ilustrasi dokter memeriksa bayi (unsplash.com/CDC)

Apabila bayi dicurigai mengidap stenosis pilorus, maka dokter akan meninjau riwayat kesehatan bayi secara menyeluruh dan melakukan pemeriksaan perut. Jika dokter bisa merasakan otot pilorus yang menebal, yang mungkin seperti buah zaitun, maka tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Sebab, itu merupakan tanda nyata stenosis pilorus.

Namun, jika dokter tidak bisa merasakan pilorus, maka kemungkinan dokter akan melakukan USG perut untuk memeriksa jaringan perut untuk melihat pilorus. Selain itu, dokter kemungkinan juga akan melakukan pencitraan sinar-X setelah pasien meminum cairan kontras untuk membantu meningkatkan kejernihan gambar. Sinar-X kontras oral ini bisa menunjukkan bagaimana cairan mengalir dari lambung ke usus kecil serta menunjukkan apabila terdapat penyumbatan.

5. Pengobatan

ilustrasi bayi dirawat di rumah sakit (unsplash.com/Solen Feyissa)

Stenosis pilorus butuh diobati, karena kondisi ini tidak bisa membaik dengan sendirinya. Untuk mengobati kondisi ini, pasien membutuhkan operasi yang disebut pyloromyotomy. Selama operasi ini, yang bisa dilakukan secara laparoskopi, seorang ahli bedah akan memotong bagian dari otot yang menebal untuk memulihkan jalur makanan dan cairan melewatinya.

Namun, jika bayi mengalami dehidrasi karena muntah yang sering dan juga kuat, maka mereka kemungkinan butuh dirawat di rumah sakit dan diberi cairan melalui jarum infus yang dimasukkan ke dalam vena (cairan IV) sebelum operasi. Setelah bayi terhidrasi dengan baik, maka bayi harus menahan untuk tidak menyusu selama beberapa jam untuk mengurangi risiko muntah ketika dibius.

Operasi pyloromyotomy memakan waktu kurang dari satu jam, tetapi bayi harus tinggal di rumah sakit selama 24 hingga 36 jam. Sebagian besar bayi akan baik-baik saja sesudah operasi.

Pemberian makanan secara bertahap dilanjutkan dan rasa sakit umumnya dikelola dengan penghilang rasa sakit yang dijual bebas. Hal yang normal bagi bayi untuk muntah sedikit dalam beberapa jam dan hari pertama setelah operasi ketika perutnya tenang.

Itulah informasi seputar stenosis pilorus. Jika anak memiliki tanda atau gejala yang mengarah pada kondisi ini, sebaiknya segera periksakan ke dokter spesialis anak. Makin cepat anak anda mendapat perawatan, maka makin besar juga peluang kesembuhannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us