Para ilmuwan dari University of Surrey dan lembaga riset lainnya menganalisis data dari 11 uji coba acak yang membandingkan konsumsi vitamin D2 dengan kadar vitamin D3 dalam darah. Hasilnya konsisten, bahwa mereka yang mengonsumsi vitamin D2 mengalami penurunan kadar vitamin D3 hingga 18 nanomol per liter.
Artinya, mengonsumsi vitamin D2 tidak hanya kurang efektif, tetapi juga dapat mengganggu keseimbangan vitamin D3 dalam tubuh.
Walaupun para ahli belum tahu pasti penyebabnya, tetapi temuan ini memperkuat pandangan bahwa vitamin D3 adalah pilihan yang lebih stabil dan efisien untuk menjaga kadar vitamin D dalam tubuh.
Jika kamu mengonsumsi suplemen vitamin D, penelitian ini menunjukkan bahwa memilih jenis yang tepat benar-benar penting. Vitamin D3 tampak lebih unggul dalam menjaga kadar vitamin D tetap stabil dan mendukung kesehatan jangka panjang.
Sumber alami vitamin D memang terbatas. Ikan berlemak seperti salmon, sarden, dan makerel adalah pilihan terbaik, diikuti oleh kuning telur, hati sapi, serta jamur yang terkena sinar ultraviolet (UV). Meski banyak makanan kini difortifikasi dengan vitamin D, tetapi banyak orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan hariannya cuma dari makanan.
Kabar baiknya, bagi yang menjalani pola makan nabati, kini tersedia vitamin D3 vegan yang dibuat dari lichen (lumut kerak), dan bekerja seperti vitamin D3 konvensional.
Namun, sebelum mulai rutin mengonsumsi suplemen vitamin D, atau suplemen apa pun, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan dosis dan jenis yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
Referensi
Emily I G Brown, Andrea L Darling, Tracey M Robertson, Kathryn H Hart, Jie Li, Cathie Martin, Martin J Warren, Colin P Smith, Susan A Lanham-New, Ruan M Elliott, Effect of Vitamin D2 Supplementation on 25-Hydroxyvitamin D3 Status: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials, Nutrition Reviews, 2025;, nuaf166, https://doi.org/10.1093/nutrit/nuaf166.