ilustrasi perempuan mengalami serangan jantung (freepik.com/stefamerpik)
Studi ini mengandalkan data yang dikumpulkan antara tahun 1996 hingga 2021, pada lebih dari dua juta perempuan Denmark, yang semuanya berusia antara 15 hingga 49 tahun.
Data peserta tidak diikutsertakan jika mereka memiliki riwayat pembekuan darah, kanker, hati, penyakit ginjal, sindrom ovarium polikistik (PCOS), endometriosis, atau pengobatan infertilitas, menggunakan obat psikiatri, terapi hormon atau telah menjalani histerektomi.
Selama waktu itu, para peneliti mencatat 4.730 mengalami stroke dan 2.072 serangan jantung di antara para peserta. Mereka juga mengikuti penggunaan kontrasepsi dari para partisipan.
Untuk orang yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, tingkat stroke iskemik adalah 18 dari 100.000 orang per tahun. Ini berarti jika mengamati 100.000 orang yang tidak menggunakan kontrasepsi selama satu tahun, kemungkinan besar hanya terjadi 18 kali stroke.
Sebagai perbandingan, angka kejadiannya adalah 39 stroke per 100.000 orang dalam satu tahun untuk perempuan yang menggunakan pil KB kombinasi oral, 33 untuk mereka yang menggunakan pil progestin saja dan 23 untuk perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD).
Untuk serangan jantung, angka kejadiannya adalah 8 dari 100.000 orang per tahun untuk perempuan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Angka kejadiannya hingga 18 serangan jantung untuk pengguna kontrasepsi oral kombinasi, 13 serangan jantung untuk pengguna pil progestin saja dan 11 serangan jantung untuk pengguna IUD.
Adapun faktor-faktor lain yang berpotensi berpengaruh termasuk usia, tingkat pendidikan, dan kondisi yang sudah ada seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.