Benarkah Pil KB Bisa Memicu Diabetes?

Hingga saat ini, masih banyak pasangan suami istri khususnya wanita yang menggunakan pil KB untuk mencegah kehamilan. Tahukah kamu bahwa pil KB tidak hanya bekerja untuk mencegah kehamilan, beberapa manfaatnya yaitu untuk meredakan nyeri menstruasi, mengatasi nyeri endometriosis, menurunkan risiko kanker ovarium, bahkan dapat mengatasi masalah kulit wajah.
Menggunakan pil KB tentu ada efek samping yang dirasakan seperti haid menjadi tidak teratur, berat badan meningkat, nyeri payudara. Namun, pernahkah kamu mendengar seseorang terkena diabetes akibat dari penggunaan pil kontrasepsi? Salah satu risiko paling besar dari penggunaan pil KB adalah meningkatnya kadar gula darah yang dikhawatirkan bisa memicu diabetes. Benarkah demikian? Berikut penjelasannya!
1. Efek samping penggunaan obat kontrasepsi

Pil kontrasepsi atau biasa disebut pil KB adalah metode kontrasepsi hormonal yang sudah umum digunakan oleh pasangan suami istri khususnya wanita. Pil kontrasepsi tersebut mengandung hormon estrogen atau progestin yang dapat mencegah ovulasi dan mengubah lendir serviks sehingga sperma akan lebih sulit menemui sel telur.
Umumnya wanita menggunakan pil KB untuk mencegah kehamilan, tetapi terdapat sebagian wanita yang menggunkannya untuk alasan non-kontrasepsi. Pil KB tidak hanya berfungsi untuk mencegah kehamilan, beberapa manfaatnya dapat digunakan untuk mengatasi gangguan nyeri menstruasi, menstruasi yang tidak teratur, mengurangi nyeri endometrioris, dan fibroid.
Terdapat dua jenis pil KB dengan efek samping yang tertentu berbeda, yaitu pil KB kombinasi dan pil progesteron atau pil mini. Pil kombinasi merupakan pil yang terdapat kandungan hormon estrogen dan progesteron. Pil tersebut bekerja dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium, mencegah implantasi, serta mengentalkan lendir serviks yang dilalui sperma. Sementara itu, pil progesteron atau pil mini adalah kontrasepsi oral yang hanya berisikan hormon progesterone saja.
Beberapa efek samping dari penggunaan pil kombinasi dan progesteron adalah pola haid tidak teratur (hari haid lebih pendek atau bahkan tidak haid), sakit kepala, pusing, mual, payudara terasa nyeri, kenaikan berat badan yang drastis, meningkatkan tekanan darah, tidak menjamin terlindung dari infeksi menular seksual, dan berisiko mengalami kehamilan ektopik.
2. Hubungan pil dengan diabetes

Diabetes merupakan kondisi gula darah dalam tubuh tinggi atau melebihi 240 mg/dL sehingga dapat menyebabkan komplikasi. Terdapat beberapa jenis diabetes, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasi dan diabetes sekunder.
Diabetes tidak hanya terjadi karena pola hidup yang tidak sehat, faktor lain juga mempengaruhi kadar gula darah seseorang seperti keturunan, obesitas, metabolic syndrome, usia, riwayat diabetes pada kehamilan, infeksi, stress, dan pemakaian obat-obatan tertentu.
Beberapa obat memang dapat meningkatkan kadar gula darah. Jika seseorang memiliki riwayat diabetes ada baiknya untuk konsultasi kepada dokter terkait obat yang dapat dikonsumsi pada penderita diabetes. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kada gula darah adalah obat anti hipertensi, obat menurunkan kolesterol, juga pil kontrasepsi.
Dilansir dari jurnal yang berjudul "Analisis Faktor Risiko Lama Pemakaian dan Umur Penggunaan Kontrasepsi Oral Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di Puskesmas Permunas II Pontianak", dikatakan bahwa penggunaan pil KB menduduki peringkat kedua sebagai alat kontrasepsi terbanyak setelah suntik KB. Namun, penggunaan pil KB tentu terdapat efek samping selain seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu peningkatan kadar gula darah. Hal ini tentu berisiko terutama pad akseptor yang keluarganya memiliki riwayat diabetes melitus, riwayat diabetes gestasional, dan obesitas. Dapat dikatakan bahwa usia dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal mempengaruhi kadar glukosa dalam darah.
Sudah jelas bahwa pil KB mengandung hormon estrogen dan progestin yang dapat mempengaruhi tubuh untuk mengendalikan glukosa, artinya hormon tersebut berisiko meningkatkan resistensi insulin yang mengakibatkan sulitnya tubuh untuk mengontrol kadar gula darah.
3. Pengobatan diabetes

Seseorang yang secara medis dinyatakan mengidap diabetes harus benar-benar mengontrol asupan dan gaya hidupnya agar tidak memburuk. Pengobatan medis biasanya lebih efektif dilakukan, namun tetap ada efek samping yang akan dirasakan bagi penderitanya.
Pada diabetes melitus terdapat obat-obatan yang biasanya akan diberikan, yaitu derivat sulfonilurea dan derivat biguanida. Derivat sulfonilurea merupakan obat yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 yang juga terkena stroke. Kedua obat tersebut harus digunakan di bawah pengawasan dokter.
Selain pemberian obat-obatan, terapi insulin juga biasanya dilakukan pada penderita diabetes melitus tipe 1. Beberapa jenis insulin yang dapat digunakan pada terapi ini adalah hormon insulin manusia, hormon insulin sapi, dan hormon insulin babi. Perlu diketahui bahwa hormon insulin sapi dan hormon insulin babi memiliki struktur yang sama dengan manusia. Manfaat dari terapi insulin seperti memperbaiki status metabolik dengan cepat dan meningkatkan tingkat kehidupan pada penderita diabetes.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi terutama pil KB dapat memicu risiko diabetes. Terlebih lagi, jika seseorang menggunakannya dalam jangka yang lama dan memiliki keluarganya memiliki riwayat diabetes. Kandungan hormon estrogen dan progestin yang dapat mempengaruhi tubuh untuk mengontrol glukosa. Walau begitu, namun untuk menjaga kesehatan tubuh sebaiknya konsultasikan kepada dokter jika ada keluhan lain dan memiliki riwayat diabetes.