Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi morning sickness (freepik.com/Racool_studio)

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 13 Desember 2023 menemukan satu hormon penyebab mual dan muntah alias morning sickness pada kehamilan, yaitu GDF15

Para peneliti menemukan bahwa jumlah hormon ini dalam aliran darah perempuan hamil sebelum dan selama kehamilan menentukan tingkat keparahan mual dan muntah. GDF15 dilepaskan oleh tubuh sebagai respons terhadap stres, dan reseptor hormon ini berakar di bagian otak yang bertanggung jawab memicu muntah.

Morning sickness umum terjadi selama kehamilan, terutama pada trimester pertama. Dilansir Cleveland Clinic, sekitar 70 persen perempuan hamil melaporkan pernah mengalaminya. Namun, dari 70 persen tersebut, sekitar 3 persen mengalami morning sickness yang parah, yang disebut hiperemesis gravidarum.

Dan, untuk pertama kalinya ada harapan hiperemesis gravidarum bisa diatasi hingga akar permasalahannya, bukan cuma meringankan gejalanya.

Diharapkan bisa mencegah dan mengobati hiperemesis gravidarum

ilustrasi hiperemesis gravidarum atau mual muntah parah para ibu hamil (freepik.com/freepik)

Para peneliti sekadang memiliki pandangan yang jelas tentang penyebab hiperemesis gravidarum dan cara untuk mengobati dan mencegahnya. 

Menurut studi ini, perempuan dengan kadar hormon GDF15 yang tinggi sebelum hamil, memiliki reaksi yang minimal saat hamil. Oleh karena itu, memberikan GDF15 kepada perempuan yang berisiko mengalami hiperemesis gravidarum sebelum hamil berarti dapat melindungi mereka dari kondisi tersebut.

Rekan penulis studi Stephen O’Rahilly, seorang peneliti metabolisme di Universitas Cambridge, menjelaskan bahwa GDF15, diproduksi dalam jumlah rendah oleh organ tertentu, dapat memicu mual dengan cara mengikat reseptor khusus di batang otak. Hormon tersebut meningkat setelah mengonsumsi zat beracun selama kehamilan sehingga menyebabkan penyakit.

“Biasanya kondisi terburuk terjadi pada trimester pertama dan kemudian berangsur-angsur memudar,” kata O’Rahilly, mengutip dari USA Today.

O’Rahilly mengemukakan bahwa GDF15 bisa saja berevolusi “untuk melindungi manusia dari keracunan dan untuk melindungi janin yang sedang berkembang dari zat beracun.”

Ia dan peneliti lain membandingkan kadar GDF15 yang diproduksi sel plasenta ibu dan bayi, dan menemukan bahwa sel janin memproduksi sebagian besar hormon tersebut.

Analisis studi

Editorial Team

Tonton lebih seru di