Turun Berat Badan Drastis? Mungkin Itu Pertanda Cachexia

Cachexia juga dikenal sebagai wasting syndrome

Tidak selamanya penurunan berat badan dianggap sebagai sesuatu yang positif. Jika kamu mengalami penurunan berat badan drastis disertai dengan berkurangnya massa otot, mungkin ini pertanda cachexia.

Mari mengenal cachexia lebih lanjut, mulai dari penyebab, gejala, faktor risiko, dan penanganannya. Baca sampai tuntas, ya!

1. Apa itu cachexia?

Merasa kurang familier dengan namanya? Cachexia adalah terjadinya penurunan berat badan secara berlebihan. Ini disebabkan oleh penipisan jaringan adiposa dan massa otot pada tubuh, seperti diterangkan dalam laman News Medical. Seseorang dengan cachexia akan mengalami penurunan berat badan drastis tanpa berusaha diet atau olahraga.

Cachexia juga dikenal sebagai wasting syndrome. Kata "cachexia" sendiri berasal dari istilah Yunani, yang mana "kakos" berarti buruk dan "heksis" yang berarti kondisi.

Cachexia menyebabkan pengecilan otot yang tidak proporsional, kelemahan dan kelelahan, serta menghilangkan nafsu makan pada individu yang terdampak.

2. Berapa banyak orang yang mengalami cachexia?

Turun Berat Badan Drastis? Mungkin Itu Pertanda Cachexiailustrasi pasien kanker (pexels.com/SHVETS production)

Cachexia erat kaitannya dengan kanker. Ini karena pasien kanker umumnya mengalami penurunan berat badan drastis. Setengah dari pasien kanker mengalami penurunan berat badan dan sepertiga di antaranya akan kehilangan 5 persen dari berat badan.

Menurut keterangan dari Cancer Research UK, orang dengan kanker stadium awal biasanya tidak mengalami cachexia. Hingga 8 dari 10 orang dengan kanker stadium lanjut (80 persen) mengembangkan beberapa derajat kaheksia.

Cachexia pada kanker stadium lanjut bisa sangat melemahkan dan membuat seseorang kurang mampu melakukan banyak hal.

Cachexia tidak hanya terkait dengan kanker. Ini umum terjadi pada stadium lanjut penyakit lain seperti penyakit jantung, HIV, dan penyakit ginjal.

Kehilangan otot dan lemak dapat membuat seseorang terlihat seperti kekurangan tenaga. Ini semua dapat diperburuk oleh efek samping dari pengobatan kanker.

Penurunan berat badan paling banyak terjadi pada penderita kanker lambung, kanker pankreas, dan kanker paru-paru.

3. Gejala

Ada beberapa tanda dan gejala cachexia. Secara umum, orang dengan cachexia akan mengalami penurunan berat badan dan kehilangan massa otot secara drastis. Selain itu, kekuatan otot jadi berkurang, merasa kelelahan, kehilangan nafsu makan dan memiliki kadar protein albumin yang rendah, jelas laman Healthline.

Tak hanya, orang dengan cachexia akan mengalami anemia, tingkat peradangan yang tinggi, serta kesulitan menaikkan berat badan.

Diagnosis cachexia tidak mudah. Setidaknya, seseorang harus kehilangan 5 persen dari berat badan selama 12 bulan terakhir untuk menentukan apakah itu disebabkan oleh cachexia atau bukan.

Baca Juga: 70 Persen Pasien Kanker Kolorektal Datang pada Stadium 3 atau 4

4. Penyebab

Turun Berat Badan Drastis? Mungkin Itu Pertanda Cachexiailustrasi cachexia (pexels.com/asap jpeg)

Penyebab pasti cachexia belum diketahui hingga detik ini. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan antara cachexia dengan tumor nekrosis faktor alfa (TNF- α), interleukin 6 (IL-6), dan interferon gamma (IFN-γ), terang laman News Medical. Penelitian menunjukkan bahwa TNF- α bisa menyebabkan penipisan jaringan dan otot.

Selain itu, cachexia terjadi pada tahap akhir dari kanker, penyakit ginjal kronis, radang sendi, gagal jantung kongestif, penyakit paru obstruktif kronis, dan fibrosis kistik, ujar laman Healthline. Orang dengan penyakit tersebut memiliki risiko besar kehilangan berat badan dan mengalami pengurangan massa otot.

5. Tiga kategori cachexia

Cachexia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu precachexia, cachexia, dan cachexia refraktori.

  • Precachexia: Seseorang akan kehilangan 5 persen dari berat badan. Hal ini disertai dengan beberapa gejala seperti kehilangan nafsu makan, mengalami peradangan serta perubahan metabolisme.
  • Cachexia: Seseorang akan mengalami penurunan berat badan hingga 5 persen selama 12 bulan. Penurunan berat badan ini bisa terjadi bahkan tanpa perlu bersusah payah diet atau olahraga.
  • Cachexia refraktori: Terjadi pada individu dengan kanker dan umum terjadi pada kanker stadium akhir.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Turun Berat Badan Drastis? Mungkin Itu Pertanda Cachexiailustrasi cachexia (jaypharma.co)

Jangan menganggap cachexia remeh, sebab kondisi ini bisa menyebabkan kematian. Dilansir Medical News Today, pengurangan massa lemak dan otot akan berpotensi mempercepat kematian. Cachexia adalah faktor pemicu 20 persen kematian akibat kanker, menurut laporan dalam Journal of Cachexia, Sarcopenia and Muscle.

Komplikasi cachexia menyebabkan sistem kekebalan tubuh berkurang, terjadinya gangguan respons terhadap pengobatan, berkurangnya kualitas hidup, hilangnya kemampuan untuk hidup mandiri, serta mengurangi angka harapan hidup. Ternyata, efeknya cukup fatal juga, ya?

7. Pengobatan

Turun Berat Badan Drastis? Mungkin Itu Pertanda Cachexiailustrasi pasien kanker (pexels.com/Ivan Samkov)

Untuk saat ini, tidak ada pengobatan khusus untuk cachexia. Pengobatan hanya bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan untuk menyembuhkan. Caranya adalah dengan mengubah diet dan pola makan, menambahkan suplemen gizi, memberi obat penambah nafsu makan, serta menjaga agar suasana hatinya tetap baik.

Stimulan penambah nafsu makan yang dimaksud adalah megestrol acetate, memberi dronabinol untuk mencegah mual, meningkatkan selera makan, serta menjaga suasana hati. Tak lupa, dukungan emosional dari orang terdekat sangatlah penting.

Cachexia adalah kondisi yang sering kali tidak dapat diubah yang terjadi pada tahap akhir penyakit serius, termasuk kanker dan HIV. Ini menyebabkan penurunan berat badan yang parah dan tidak disengaja serta kehilangan otot.

Pendekatan pengobatan yang menggabungkan berbagai terapi dapat membantu. Namun, cara terbaik untuk mencegah cachexia adalah dengan mengurangi risiko kondisi yang mendasarinya.

Baca Juga: 7 Jenis Benjolan Non Kanker pada Payudara, Perlukah Diobati?

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya