Hubungan seksual antara suami istri merupakan suatu aktivitas yang berdampak positif bagi kesehatan maupun psikologis. Meski begitu, beberapa orang kesulitan mengendalikan aktivitas itu, bahkan sampai mengalami kondisi hiperseksual.
Banyak orang menganggap hiperseksual didasarkan pada frekuensi melakukan aktivitas seksual. Padahal hiperseksual lebih dari itu. Ini merupakan gangguan serius yang dapat berdampak pada kesehatan dan produktivitas sehari-hari.
Menurut penelitian, pria hiperseksual memiliki tingkat hormon oksitosin yang lebih tinggi dalam darahnya dibandingkan dengan pria tanpa kelainan gangguan tersebut (The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 2020). Hormon oksitosin memainkan peran penting dalam perilaku seksual, dan kondisi hormon yang tinggi dapat menyebabkan gangguan hiperseksual.
