Sebuah studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang terlalu berat bisa memengaruhi kadar asam urat dalam tubuh. Saat berolahraga intens, tubuh mengeluarkan banyak cairan melalui keringat, sehingga berisiko mengalami dehidrasi. Kondisi ini dapat menurunkan volume urine dan menghambat pembuangan asam urat dari tubuh.
Selain itu, latihan berat juga memicu peningkatan asam laktat akibat proses metabolisme energi. Beberapa penelitian menduga, akumulasi asam laktat dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam membuang asam urat, sehingga kadar asam urat dalam darah bisa meningkat.
Meski begitu, mekanisme pasti hubungan antara asam laktat dan peningkatan asam urat masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, sejumlah studi menunjukkan bahwa orang yang rutin melakukan aktivitas fisik berat tanpa istirahat dan hidrasi cukup cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dibanding mereka yang berolahraga intensitas sedang.
Nah, sudah paham, kan, kenapa kadar asam urat bisa tetap tinggi padahal sudah mengurangi makan jeroan? Jadi, bukan makanan tinggi purin saja yang jadi penyebab asam urat naik. Oleh karena itulah, mengupayakan hal-hal yang dapat dikendalikan bisa jadi langkah tepat untuk mencegah kadar asam urat yang tinggi dalam tubuh.
Referensi
Seungyoun Jung and Yoon Jung Park, “Associations of Low-carbohydrate Diets Patterns With the Risk of Hyperuricemia: A National Representative Cross-sectional Study in Korea,” Nutrition Journal 24, no. 1 (April 12, 2025): 59, https://doi.org/10.1186/s12937-025-01122-8.
“Gout | Nutrition Guide for Clinicians,” n.d., https://nutritionguide.pcrm.org/nutritionguide/view/Nutrition_Guide_for_Clinicians/1342063/all/Gout.
"7 foods that spike uric acid and why it’s worth avoiding them." Healthshots. Diakses November 2025.
"Tips to Naturally Reduce Uric Acid and How to Fit Them Into Your Routine." Healthline. Diakses November 2025.
Rashika El Ridi and Hatem Tallima, “Physiological Functions and Pathogenic Potential of Uric Acid: A Review,” Journal of Advanced Research 8, no. 5 (March 14, 2017): 487–93, https://doi.org/10.1016/j.jare.2017.03.003.
Xiao-Long Yu et al., “Gender Difference on the Relationship Between Hyperuricemia and Nonalcoholic Fatty Liver Disease Among Chinese,” Medicine 96, no. 39 (September 1, 2017): e8164, https://doi.org/10.1097/md.0000000000008164.
F. Mateos Antón et al., “Sex Differences in Uric Acid Metabolism in Adults: Evidence for a Lack of Influence of Estradiol-17β (E2) on the Renal Handling of Urate,” Metabolism 35, no. 4 (April 1, 1986): 343–48, https://doi.org/10.1016/0026-0495(86)90152-6.
Yanlang Yang et al., “Gender-specific Association Between Uric Acid Level and Chronic Kidney Disease in the Elderly Health Checkup Population in China,” Renal Failure 41, no. 1 (January 1, 2019): 197–203, https://doi.org/10.1080/0886022x.2019.1591994.
Ting Zhang, Wei Liu, and Song Gao, “Exercise and Hyperuricemia: An Opinion Article,” Annals of Medicine 56, no. 1 (August 26, 2024): 2396075, https://doi.org/10.1080/07853890.2024.2396075.
Li-Ling Huang et al., “Effects of Profuse Sweating Induced by Exercise on Urinary Uric Acid Excretion in a Hot Environment,” The Chinese Journal of Physiology 53, no. 4 (August 1, 2010): 254–61, https://doi.org/10.4077/cjp.2010.amk060.