ilustrasi lari (unsplash.com/Andrew Tanglao)
Setidaknya, ada empat penanganan utama PCOS, yaitu modifikasi gaya hidup, terapi obat penyubur pada pasien yang ingin hamil, terapi obat untuk mengatur haid pada pasien yang belum berencana hamil, serta terapi obat untuk memperbaiki resistansi insulin.
Timbunan lemak viseral (lemak berlebihan di rongga perut) bisa meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan resistansi insulin. Inilah kenapa pengidap PCOS harus mengubah pola makan menjadi lebih sehat dan rutin berolahraga.
"Penting untuk menjaga berat badan di BMI (body mass index) normal dan lingkar pinggang kurang dari 80 cm. Kalau di atas 80 cm, ada risiko obesitas," ungkap dr. Gita mewanti-wanti.
Pilih karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, seperti nasi merah dan roti gandum. Perbanyak serat minimal 25-30 gram per hari serta lemak sehat yang mengandung omega-3 dari ikan laut atau alpukat. Tak lupa, melakukan olahraga intensitas sedang minimal 250 menit per minggu.
Dari segi obat-obatan, yang diberikan adalah metformin sekitar 500-2.000 mg per hari. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan sel tubuh mengambil insulin dan membuat haid jadi teratur, jelas dr. Gita.
Obat untuk memicu terjadinya ovulasi juga diberikan, seperti clomiphene citrate, letrozole, hingga obat suntik hormon FSH (gonadotropin). Apabila masih belum berhasil, program in vitro fertilization (bayi tabung) sangat disarankan.
Bagaimana jika memiliki gangguan haid, sering terjadi pendarahan, dan gumpalan darah? Dokter akan menyarankan obat hormonal seperti pil KB untuk membuat haid jadi reguler.
"Pil KB bisa mengurangi risiko penebalan dinding rahim, mengurangi kelebihan hormon androgen, hingga mengurangi jerawat. Tetapi, obat hormonal tidak boleh diberikan pada pasien tertentu, seperti pasien hipertensi," tutupnya.