Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi syok hipovolemik (freepik.com/jcomp)

Syok hipovolemik atau hypovolemic shock adalah kondisi berbahaya yang terjadi ketika seseorang tiba-tiba kehilangan banyak darah atau cairan darah dari tubuh. Kondisi ini menurunkan volume darah, jumlah darah yang beredar dalam tubuh. Ini merupakan kondisi darurat yang mengancam nyawa.

Darah membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil, membentuk gumpalan darah, dan memindahkan oksigen serta nutrisi ke semua sel-sel tubuh. Apabila volume darah terlalu rendah, maka organ tubuh tidak akan bisa bekerja.

Penyebab paling umum dari syok hipovolemik adalah kehilangan darah ketika pembuluh darah utama pecah atau saat terluka parah. Ini disebut syok hemoragik. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat perdarahan hebat yang berhubungan dengan kehamilan, luka bakar, atau bahkan dari muntah dan diare parah.

1. Tanda dan gejala

Dilansir WebMD, terjadinya syok hipovolemik dapat bergantung pada beberapa hal, seperti:

  • Usia.
  • Perawatan medis sebelumnya dan kesehatan secara keseluruhan.
  • Penyebab syok atau sumber cedera.
  • Seberapa cepat seseorang kehilangan darah atau cairan.
  • Berapa banyak penurunan volume darah.

Dengan cedera, tanda dan gejala syok hipovolemik yang paling jelas adalah banyak perdarahan. Akan tetapi, perdarahan tidak akan terlihat ketika ini terjadi di dalam tubuh misalnya karena aneurisme aorta, kerusakan organ, atau kehamilan ektopik.

Tanda-tanda syok hipovolemik lainnya meliputi:

  • Detak jantung cepat.
  • Pernapasan cepat dan dangkal.
  • Merasa lemah.
  • Lelah.
  • Kebingungan atau pusing.
  • Memiliki sedikit atau tidak ada kencing.
  • Tekanan darah rendah.
  • Kulit dingin dan lembap.

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi penyebab syok hipovolemik (pexels.com/Mikhail Nilov)

Penyebab utama syok hipovolemik adalah kehilangan darah akut. Istilah syok hemoragik mengacu secara khusus pada jenis syok hipovolemik ini. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari cedera jaringan akut atau karena kondisi seperti pendarahan internal atau penyakit, mengutip Medical News Today.

Akan tetapi, syok hipovolemik juga bisa merujuk pada kehilangan besar cairan tubuh yang juga mengakibatkan kehilangan darah yang signifikan. Plasma darah adalah bagian cair dari darah yang menampung sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Air membentuk 92 persen plasma. Apabila kamu kehilangan volume cairan yang signifikan, bagian plasma darah juga akan terkuras.

Karena alasan ini, banyak kondisi yang bukan kehilangan darah akut dapat menyebabkan penurunan volume darah yang kritis. Luka bakar parah, diare terus-menerus, muntah, dan bahkan keringat berlebih semuanya bisa menjadi penyebab potensial syok hipovolemik.

Dokter dapat mengidentifikasi syok hipovolemik dengan lebih mudah ketika mereka dapat melihat kehilangan darah yang signifikan dari luka luar. Namun, syok hipovolemik sering berkembang sebagai komplikasi dari kondisi medis yang mendasarinya. Pendarahan internal mungkin tidak terlihat jelas dari pengamatan dan sering kali sulit dikendalikan tanpa pembedahan.

Profesional medis dan penolong pertama (first responder) dilatih untuk mengenali tanda-tanda kehilangan darah. Namun, kita harus mengedukasi diri tentang tanda-tandanya, sehingga bisa mendapatkan bantuan untuk diri sendiri dan orang lain secepat mungkin.

Faktor risiko

Syok hipovolemik biasanya terjadi sebagai akibat dari penyakit, cedera, atau kondisi medis lainnya. Ini dapat membuat dokter kesulitan untuk menentukan faktor risiko tertentu. Faktor risiko yang dapat menyebabkan syok dapat meliputi cedera parah akibat kecelakaan mobil atau pecahnya aneurisme.

Orang yang mengalami dehidrasi kehilangan sejumlah besar volume air. Ini dapat menyebabkan syok hipovolemik jika orang tersebut juga kehilangan garam yang dapat menyebabkan hilangnya volume darah.

Maka dari itu, pada orang yang mengalami dehidrasi atau berisiko mengalaminya harus terus minum cairan, terutama jika penyakitnya menyebabkan muntah atau diare. Jika tidak, ini dapat menyebabkan kehilangan cairan lebih lanjut.

Kamu mungkin tidak dapat mencegah cedera atau penyakit yang menyebabkan syok hipovolemik. Namun, kamu mungkin dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dengan rehidrasi.

3. Tahapan syok hipovolemik

Terdapat empat tahapan syok hipovolemik, yaitu:

  • Kehilangan 750 sentimeter kubik (cc) atau mililiter (ml) darah, hingga 15 persen dari total volume. Pembuluh darah sedikit menyempit untuk menjaga tekanan darah tetap tinggi. Detak jantung normal dan tubuh Anda memproduksi urine sebanyak biasanya.
  • Kehilangan 750 sampai 1.500 cc darah. Detak jantung meningkat, tubuh mulai menarik darah dari anggota tubuh dan usus dan mengirimkannya ke organ vital seperti jantung dan otak. Tekanan darah dan urine teratur, tetapi seseorang mungkin merasa cemas.
  • Kehilangan 1.500 hingga 2.000 cc darah. Tekanan darah turun, tubuh berhenti memproduksi banyak urine. Anggota badan dingin dan lembap dan kulit pucat. Seseorang mungkin tampak resah atau kebingungan.
  • Kehilangan lebih dari 2.000 cc darah, lebih dari 40 persen dari total volume darah. Jantung berdegup kencang namun tubuh terasa lesu. Tekanan darah sangat rendah dan tubuh mengeluarkan sedikit urine atau tidak sama sekali.

4. Diagnosis

ilustrasi penanganan nodul tiroid (unsplash.com/Olga Kononenko)

Seperti dijelaskan dalam laman MedlinePlus, pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda-tanda syok, termasuk:

  • Tekanan darah rendah.
  • Suhu tubuh rendah.
  • Denyut nadi cepat, sering lemah dan hampir tidak terdengar.

Tes yang mungkin dilakukan antara lain:

  • Tes kimia darah, termasuk tes fungsi ginjal dan tes yang mencari bukti kerusakan otot jantung.
  • Tes hitung darah lengkap.
  • CT scan, ultrasonografi, atau sinar-X dari area yang dicurigai.
  • Ekokardiogram, yaitu tes gelombang suara struktur dan fungsi jantung.
  • Elektrokardiogram.
  • Endoskopi, yang mana tabung ditempatkan di mulut ke perut (endoskopi atas) atau kolonoskopi (tabung ditempatkan melalui anus ke usus besar).
  • Kateterisasi jantung kanan (Swan-Ganz).
  • Kateterisasi urine, yaitu tabung ditempatkan ke dalam kandung kemih untuk mengukur pengeluaran urine.

Dalam beberapa kasus, tes lain juga bisa dilakukan.

5. Pengobatan

Mengutip Cleveland Clinic, setelah seseorang yang mengalami syok hipovolemik berada dalam ambulans atau di rumah sakit, dokter akan memberikan cairan seperti saline terlebih dahulu dan kemudian darah melalui infus.

Dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk membantu mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Dokter juga akan menangani masalah yang menyebabkan syok hipovolemik, misalnya menghentikan perdarahan. Jika perdarahan diakibatkan oleh kecelakaan, seseorang mungkin butuh operasi. Selanjutnya, dokter akan terus memantau pasien di ruang perawatan intensif.

Beberapa obat-obatan yang mungkin diberikan oleh dokter untuk syok hipovolemik antara lain:

  • Epinephrine.
  • Norepinephrine.
  • Norepinephrine.
  • Dobutamine.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

ilustrasi komplikasi syok hipovolemik (unsplash.com/Mikhail Nilov)

Dilansir Healthline, kurangnya darah dan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan komplikasi berikut ini:

  • Dehidrasi, yang dapat menjadi penyebab dan komplikasi.
  • Kerusakan pada organ seperti ginjal atau otak.
  • Asidosis metabolik.
  • Hipoksia.
  • Serangan jantung.

Efek syok hipovolemik bergantung pada kecepatan kehilangan darah atau cairan dan jumlah darah atau cairan yang hilang. Tingkat cedera juga dapat menentukan peluang bertahan hidup seseorang.

Kondisi medis kronis tertentu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami lebih banyak komplikasi akibat syok hipovolemik. Ini mungkin termasuk:

  • Diabetes.
  • Riwayat stroke sebelumnya.
  • Penyakit jantung.
  • Riwayat penyakit paru-paru sebelumnya.
  • Penyakit ginjal.
  • Mengonsumsi pengencer darah seperti warfarin atau aspirin.

7. Pencegahan

Karena cedera traumatis adalah penyebab utama syok hipovolemik, kamu tidak dapat memprediksi atau mencegahnya. Namun, tetap ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko syok hipovolemik dari penyebab lainnya, seperti:

  • Apabila sedang menggunakan obat diuretik, pastikan untuk mengambil dosis yang benar dan tetap minum cairan agar tidak mengalami dehidrasi.
  • Jika mengalami diare atau muntah, pastikan untuk tetap minum air atau larutan elektrolit untuk menggantikan cairan yang hilang.
  • Apabila banyak berkeringat, minumlah banyak air untuk menggantikan cairan yang hilang melalui keringat.

Syok hipovolemik adalah keadaan darurat medis saat volume darah turun ke tingkat yang berbahaya. Ini terjadi ketika tubuh kehilangan banyak air dan garam. Kondisi ini memiliki empat tahap, dan pada tahap keempat seseorang bisa mengalami kondisi kritis.

Perawatan untuk syok hipovolemik melibatkan penggantian cairan dalam tubuh, biasanya dengan larutan garam. Namun, pengobatannya sulit dan kondisi ini biasanya membawa risiko kematian yang tinggi. Cara terbaik untuk menstabilkan kondisi ini adalah dengan menemukan gejala secepat mungkin dan segera mencari pertolongan medis.

Editorial Team