ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)
Pengobatan untuk pasien COVID-19 gejala berat/kronis meliputi:
- Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
- Vitamin B1: 1 ampul/24 jam/intravena
- Vitamin D:
- Suplemen: 400 IU-1.000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1.000-5.000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1.000 IU dan tablet kunyah 5.000 IU)
- Azitromisin: 500 mg/24 jam per iv atau secara oral (untuk 5-7 hari)
- Levofloksasin: apabila ada dugaan infeksi bakteri, dosis 750 mg/24 jam secara IV atau secara oral (untuk 5-7 hari)
- Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan
- Salah satu dari obat antivirus berikut:
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg): loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
- Remdesivir: 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
- Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
- Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan HFNC/ventilator
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
ilustrasi petugas medis melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) di instalasi khusus. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun
Apabila terjadi syok, lakukan tata laksana syok sesuai pedoman yang sudah ada, yaitu:
- Inisiasi resusitasi cairan dan pemberian vasopressor untuk mengatasi hipotensi dalam 1 jam pertama
- Resusitasi cairan dengan bolus cepat kristaloid 250-500 mL (15-30 menit) sambil menilai respons klinis
- Respons klinis dan perbaikan target perfusi (MAP >65 mmHg, produksi urine >0,5 ml/kg/jam, perbaikan capillary refill time, laju nadi, kesadaran dan kadar laktat)
- Penilaian tanda overload cairan setiap melakukan bolus cairan
- Hindari penggunaan kristaloid hipotonik, gelatin, dan starches untuk resusitasi inisiasi
- Pertimbangan menggunakan indeks dinamis terkait volume responsiveness dalam memandu resusitasi cairan, seperti passive leg rising, fluid challenges dengan pengukuran stroke volume secara serial atau variasi tekanan sistolik, pulse pressure, ukuran vena cava inferior, dan stroke volume dalam hubungannya dengan perubahan tekanan intratorakal pada penggunaan ventilasi mekanik
- Penggunaan vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi cairan, untuk mencapai target MAP >65 mmHg dan perbaikan perfusi
- Norepinefrin sebagai first-line vasopressor
- Pada hipotensi refrakter tambahkan vasopressin (0,01-0,03 IU/menit) atau epinefrin.
- Penambahan vasopressin (0,01-0,03 IU/menit) dapat mengurangi dosis norepinehrine
- Pada pasien COVID-19 dengan disfungsi jantung dan hipotensi persisten, tambahkan dobutamin
- Penggunaan monitor parameter dinamis hemodinamik jika memungkinkan. Baik invasif (PiCCO2, EV1000, atau Mostcare) maupun non-invasif (ekokardiografi/EKG, iCON, dan NICO2)
Itulah tata laksana untuk pasien COVID-19 sesuai dengan tingkat gejalanya menurut Kemenkes RI. Dengan mengenali gejala dan tata laksananya, diharapkan para tenaga kesehatan dan pasien COVID-19 dapat langsung cepat tanggap, sehingga penanganan pun cepat dan tepat.