Seorang perawat di Bogota, Kolombia, membawa plasma konvalesen COVID-19. (nbcnews.com)
Berbagai penelitian pada tahun 2020 menyatakan manfaat dan potensi perawatan COVID-19 lewat terapi plasma konvalesen. Oleh karenanya, hingga saat ini berbagai institusi kesehatan masih menjadikan terapi ini sebagai salah satu opsi perawatan pasien COVID-19.
Namun, pengujian terbaru pada Mei 2021 berikut dengan analisisnya menyatakan bahwa terapi plasma konvalesen antibodi tinggi sekali pun tak berpengaruh untuk kesembuhan pasien COVID-19. Apakah berarti terapi plasma konvalesen harus ditinggalkan? Tidak juga!
Penelitian dari RECOVERY Collaborative Group tersebut sebenarnya memiliki beberapa kekurangan. Karena penelitian tersebut hanya dilakukan di Inggris, sehingga temuannya tidak serta-merta bisa menjadi tolok ukur di Indonesia.
Selain itu, penelitian tersebut adalah tidak melibatkan pasien khusus, seperti pasien tanpa imunitas humoral dan pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri. Kemudian, tak ada analisis hubungan terapi plasma konvalesen dengan varian SARS-CoV-2 lainnya, serta tak ada analisis dampak terapi plasma konvalesen pada setiap tahap perawatan COVID-19.
Oleh karena itu, para peneliti RECOVERY mengatakan bahwa manfaat terapi plasma konvalesen secara umum masih harus dikaji lebih dalam. Untuk saat ini terapi tersebut masih tergolong aman, dan mengenai akan tetap digunakan atau tidak untuk perawatan COVID-19, masih menunggu keputusan dari Kementerian Kesehatan RI.