ilustrasi vaksin COVID-19 (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
Direktur Laboratorium Serologi Penyakit Menular di Mayo Clinic, Elitza S. Theel, Ph.D., mengatakan kalau belum ada korelasi kekebalan yang benar-benar andal untuk SARS-CoV-2. Tes-tes tersebut tidak menunjukkan kekebalan terhadap reinfeksi COVID-19, melainkan apakah respons imun terbentuk setelah vaksin atau tidak.
“Apakah respons kekebalan itu cukup untuk kekebalan jangka panjang bukanlah sesuatu yang dapat dikatakan secara pasti oleh tes [antibodi] kepada kita pada saat ini,” ujar Dr. Theel.
Umumnya, butuh 2 minggu setelah vaksin dosis kedua bagi tubuh untuk membentuk imunitas terhadap COVID-19. Selama 2 minggu tersebut, infeksi SARS-CoV-2 tetap mungkin terjadi. Oleh karena itu, selain vaksinasi, amat penting untuk menjaga prokes sehingga tak terjangkit SARS-CoV-2 di waktu-waktu krusial tersebut.
“Lonjakan kasus [COVID-19] saat ini, terutama yang terjadi pada individu yang tidak divaksinasi, amat memilukan dan membuat frustrasi karena sebagian besar kasus tersebut seharusnya dapat dicegah jika individu tersebut memilih untuk divaksinasi,” tandas Dr. Theel.