Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi depresi.
ilustrasi depresi (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Tidak semua depresi bekerja dengan cara yang sama, dan setiap tipe depresi dapat memengaruhi tubuh secara berbeda.

  • Gejala “atypical/energy-related” meningkatkan risiko diabetes tipe 2, sementara depresi “melankolik” lebih terkait penyakit jantung dan stroke.

  • Temuan ini mendorong arah menuju psikiatri presisi, yaitu memahami tipe depresi untuk menilai risiko fisik dan perawatan yang lebih tepat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Depresi sering dianggap satu warna, seperti gejala sedih, kehilangan energi, dan sulit menjalani hari. Namun, para ilmuwan kini menemukan bahwa depresi memiliki wajah yang lebih beragam. Dua orang dengan diagnosis yang sama ternyata bisa mengalami dampak fisik yang sangat berbeda, termasuk risiko diabetes atau penyakit jantung.

Selama tujuh tahun, para peneliti mengikuti hampir 6.000 orang dewasa dalam Netherlands Epidemiology of Obesity (NEO) Study. Semua peserta memulai penelitian tanpa diabetes atau penyakit kardiovaskular. Yang diamati bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga detail dari gejala depresi yang mereka alami. Dari situ, para peneliti menemukan pola menarik, bahwa tipe depresi tertentu bisa menjadi petunjuk risiko penyakit tertentu.

Jenis depresi dan risiko penyakit yang berbeda

Peneliti menemukan dua kelompok besar:

  • Depresi dengan gejala “melankolik”, seperti bangun terlalu pagi, kehilangan selera makan, dan suasana hati yang berat.

  • Depresi “atypical/energy-related”, ditandai kelelahan ekstrem, tidur berlebihan, serta peningkatan selera makan.

Hasilnya mengejutkan. Dari seluruh peserta, sebanyak 8 persen mengalami penyakit kardiometabolik selama masa studi, dan jenis depresinya menentukan penyakit apa yang muncul.

Orang dengan gejala atypical/energy-related memiliki risiko 2,7 kali lebih besar terkena diabetes tipe 2 dibanding mereka yang tanpa gejala depresi. Namun, tipe ini tidak menunjukkan peningkatan signifikan pada penyakit jantung.

Sebaliknya, kelompok melankolik memiliki pola berbeda: risiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung atau stroke, tetapi tanpa peningkatan risiko diabetes.

Peneliti utama, Dr. Yuri Milaneschi (Amsterdam UMC) menjelaskan bahwa analisis metabolik mengungkapkan perbedaan biologis yang jelas. Pada tipe atypical, terjadi gangguan pada proses inflamasi dan metabolisme yang berkaitan dengan risiko diabetes, pola yang tidak terlihat pada depresi melankolik.

Temuan ini, kata Milaneschi, membuka pintu ke arah psikiatri presisi, yang mana tipe depresi bukan hanya label psikologis, tetapi juga jendela untuk memahami risiko fisik yang lebih spesifik.

Yang membuat temuan ini penting

ilustrasi stres (IDN Times/Novaya)

Menurut Dr. Chiara Fabbri (University of Bologna), temuan ini sejalan dengan kebutuhan penting dalam kesehatan publik. Ia mengingatkan bahwa pencegahan dan penanganan penyakit fisik pada pasien depresi sama pentingnya dengan mengobati depresinya sendiri.

Fabbri menunjukkan bahwa jumlah orang dengan diabetes di wilayah Eropa diperkirakan meningkat 10 persen pada 2050, mencapai 66 juta orang, menegaskan pentingnya skrining, deteksi dini dan pemantauan bagi masyarakat dengan depresi.

Studi ini dipresentasikan dalam 38th ECNP Congress dan memberi arah baru bagaimana dokter bisa menghubungkan kesehatan mental dan fisik secara lebih presisi.

Referensi

"ECNP Congress Amsterdam: press release - Different types of depression linked to different cardiometabolic diseases." Diakses Desember 2025.

Editorial Team