ilustrasi seorang ibu yang sedang menyusui bayinya (pexels.com/MART PRODUCTION)
Dijelaskan oleh Ketua Satgas ASI IDAI, Dr. dr. Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, SpA(K), dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui.
Meski begitu, proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu. Namun, mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr. Naomi.
Metode ini juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI.
"Dengan demikian, maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi," tambahnya.
Satgas ASI IDAI juga memberikan catatan khusus mengenai apakah produk freeze-dryed ASI merupakan Rada'ah. Permasalahan ini penting bagi mayoritas umat muslim di Indonesia, mengingat Rada'ah adalah hubungan mahram yang diakibatkan oleh persusuan yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada bayi yang bukan anak kandungnya.
Apabila bubuk freeze-dryed ASI dilarutkan kembali dengan air, secara wujud warna serta rasanya kembali menjadi susu, maka berlaku Rada'ah bagi semua pihak terkait.
Metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru, belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC), American Academy of Pediatrics (AAP), atau Food and Drug Administration (FDA).