ilustrasi gen (pixabay.com/Mahmoud-Ahmed)
Dilansir MedicineNet, mutasi pada gen FMO3 menyebabkan trimetilaminuria. Gen FMO3 memberikan instruksi untuk membuat enzim yang memecah senyawa yang mengandung nitrogen dari makanan, termasuk trimetilaminuria. Senyawa ini dihasilkan oleh bakteri di usus karena membantu mencerna protein dari telur, hati, kacang-kacangan (seperti kedelai dan kacang polong), jenis ikan tertentu, dan makanan lainnya.
Dalam kondisi normal, enzim FMO3 mengubah trimetilamina yang berbau amis menjadi molekul lain yang tidak berbau. Namun, jika enzim hilang atau aktivitasnya berkurang karena mutasi pada gen FMO3, maka trimetilamina tidak diproses dengan baik dan bisa terbentuk di dalam tubuh.
Nah, karena kelebihan trimetilamina dilepaskan melalui keringat, urine, dan napas, maka terciptakan bau yang kuat, yang khas dari trimetilaminuria.
Menurut National Human Genome Research Institute (NHGRI), trimetilaminuria biasanya diwariskan secara resesif autosomal, yang berarti bahwa dua gen FMO3 yang tidak berfungsi biasanya dibutuhkan untuk seseorang mengalami gejala.
Kedua orang tua dari seseorang dengan trimetilaminuria adalah pembawa atau carrier dari kondisi ini. Dengan kata lain, mereka berdua masing-masing membawa satu salinan gen yang telah diubah untuk FMO3, karena kondisi ini biasanya memerlukan dua gen yang diubah untuk menyebabkan gejala.
Biasanya tidak ada orang tua dari pasien trimetilaminuria yang memiliki gejala apa pun. Terkadang, pembawa dari satu salinan mutasi FMO3 kemungkinan memiliki gejala ringan trimetilaminuria atau memiliki episode sementara bau seperti ikan.
Karena variabilitas gejala yang dialami individu dengan trimetilaminuria, peneliti berpendapat bahwa mutasi genetik yang berbeda pada FMO3, bisa memengaruhi gejala penyakit, memengaruhi waktu onset, dan seberapa kuat baunya.