Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penyintas kanker payudara yang mengenakan pita pink di dada bagian kanannya.
ilustrasi penyintas kanker payudara (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Sebuah uji klinis berhasil mengidentifikasi sel kanker dorman pada penyintas kanker sekaligus menghancurkannya, dengan menggunakan obat lama yang dialihfungsikan.

  • Dalam uji acak terhadap 51 penyintas kanker payudara, terapi dengan obat membersihkan sel tumor dorman hingga 80 persen peserta. Setelah tiga tahun, angka kelangsungan hidup tanpa kekambuhan mencapai lebih dari 90 persen pada pasien yang mendapat satu obat, bahkan 100 persen pada mereka yang mendapat kombinasi dua obat.

  • Penelitian ini membuka jalan untuk strategi baru mencegah kekambuhan kanker payudara yang selama ini tak bisa disembuhkan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak penyintas kanker payudara, rasa bahagia setelah dinyatakan bebas kanker sering kali disertai rasa cemas akan kanker yang kembali atau kambuh.

Walaupun angka kelangsungan hidup pasien terus membaik berkat kemajuan dalam hal teknologi, deteksi, dan pengobatan, tetapi kenyataannya, jika kanker payudara kambuh, kondisinya masih dianggap tak dapat disembuhkan.

Untuk 30 persen perempuan dan laki-laki yang mengalami kekambuhan (relaps), satu-satunya pilihan adalah pengobatan berkelanjutan yang hanya mampu menahan perkembangan kanker, bukan menghilangkannya. Kanker payudara tertentu, seperti triple negative dan HER2+, biasanya kambuh hanya dalam beberapa tahun. Sementara jenis ER+ bisa muncul kembali bahkan setelah puluhan tahun.

Sampai saat ini, belum ada cara untuk mengidentifikasi siapa penyintas kanker yang menyimpan sel kanker dorman (sel kanker yang "tertidur") yang bisa memicu kekambuhan, apalagi mengintervensinya.

Terobosan uji klinis: menargetkan sel kanker yang tertidur

Ada kabar baik dari sebuah uji klinis fase II yang dipimpin para ilmuwan dari Abramson Cancer Center Universitas Pennsylvania dan Perelman School of Medicine Universitas Pennsylvania. Uji klinis ini berhasil mengidentifikasi sel kanker dorman pada penyintas kanker sekaligus menghancurkannya, dengan menggunakan obat lama yang dialihfungsikan.

Dalam uji acak terhadap 51 penyintas kanker payudara, terapi dengan obat yang sudah ada mampu membersihkan sel tumor dorman hingga 80 persen peserta. Setelah tiga tahun, angka kelangsungan hidup tanpa kekambuhan mencapai lebih dari 90 persen pada pasien yang mendapat satu obat, bahkan 100 persen pada mereka yang mendapat kombinasi dua obat.

“Ketakutan kanker kembali adalah bayangan yang terus menghantui penyintas. Kami ingin memberi mereka lebih dari sekadar menunggu dan berharap,” ungkap Dr. Angela DeMichele, peneliti utama studi ini, dilansir laman resmi Penn Medicine.

Ancaman dari sel kanker dorman

ilustrasi pasien kanker payudara (IDN Times/Novaya Siantita)

Sel kanker dorman, yang juga dikenal sebagai minimal residual disease (MRD), ibarat musuh dalam selimut. Ini merupakan sel kanker yang masih tersisa, bersembunyi di dalam tubuh setelah menjalani pengobatan, tetapi tidak terdeteksi oleh pemeriksaan standar seperti pemindaian atau tes laboratorium. Sel-sel sisa ini bisa tetap hidup dalam jumlah sangat kecil, sering kali kurang dari satu dalam sejuta sel normal, dan berpotensi menyebabkan kekambuhan kanker di kemudian hari. Begitu "bangun", sel-sel ini dapat memicu penyebaran kanker payudara metastasis yang jauh lebih sulit dikendalikan.

Menurut Dr. Lewis Chodosh, penulis senior studi ini, fase tidur sel kanker justru memberi peluang untuk bertindak. Menariknya, obat-obatan yang tidak efektif melawan kanker yang sedang tumbuh ternyata mampu bekerja melawan sel dorman. Temuan ini menunjukkan bahwa biologi sel dorman berbeda jauh dari sel kanker aktif.

Penelitian ini berawal dari eksperimen pada tikus, yang menunjukkan bahwa dua obat yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk kondisi lain dapat membersihkan MRD dan memperpanjang masa bebas kanker. Obat ini menargetkan mekanisme autofagi dan jalur sinyal mTOR—kunci yang memungkinkan sel tumor tetap dorman.

Melanjutkan temuan itu, tim DeMichele merekrut penyintas kanker payudara yang baru saja menyelesaikan terapi dalam lima tahun terakhir dan memiliki hasil pemeriksaan yang bersih. Sampel sumsum tulang mereka diperiksa, dan jika ditemukan sel dorman, pasien ditawari ikut serta dalam uji CLEVER.

Hasilnya, setelah enam siklus terapi (sekitar 6–12 bulan), sebagian besar pasien bebas dari sel dorman. Setelah tindak lanjut 42 bulan, hanya dua pasien yang mengalami kekambuhan.

Penelitian ini memberi bukti awal bahwa menargetkan sel kanker dorman bisa menjadi strategi untuk mencegah kambuhnya kanker payudara. Tim peneliti kini sedang melanjutkan studi lebih besar, yaitu uji fase II ABBY dan PALAVY, di berbagai pusat kanker di Amerika Serikat.

Editorial Team