Menurut penelitian tersebut, paparan mikroorganisme dan penyakit menular bisa meningkatkan risiko Alzheimer, terutama pada lansia. Bukan hanya flu, herpes, infeksi saluran kemih, hingga COVID-19 bisa memperbesar risiko penurunan kognitif.
Oleh karena itu, pencegahan atau vaksinasi bisa menurunkan risiko penyakit neurodegeneratif, termasuk Alzheimer. Berbagai penelitian pun sudah mengonfirmasi manfaat vaksinasi tetanus, difteri, dan pertusis (TDaP), tuberkulosis (TB), H. zoster, dan influenza.
"Karena ada berbagai bukti bahwa berbagai vaksin bisa melindungi dari penyakit Alzheimer, kami menduga bahwa ini bukanlah efek dari vaksinasi flu saja," ujar peneliti dari John P. and Katherine G. McGovern Medical School at UTHealth, Paul E. Schulz.
Menurut Paul, perubahan pada sistem imun yang disebabkan infeksi bisa mengaktifkan respons yang memperburuk risiko Alzheimer. Akan tetapi, aktivasi sistem imun juga bisa melindungi dari risiko Alzheimer. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut bagaimana peran sistem imun dalam mengurangi atau meningkatkan risiko Alzheimer.
ilustrasi vaksinasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Salah satu kekurangan utama dari studi ini adalah hanya mengandalkan data klaim asuransi kesehatan saja dan mencakup partisipan yang mendapatkan keuntungan perawatan medis dan resep obat. Oleh karena itu, hasil penelitian bisa berbeda pada kelompok populasi lainnya.
"Penelitian ke depannya bisa mencari tahu apakah vaksinasi flu berkaitan dengan kecepatan keparahan gejala pada pasien yang sudah memiliki penyakit Alzheimer," kata Avram.
Menjelang akhir 2020, vaksinasi COVID-19 diperkenalkan dan berbagai negara di dunia (termasuk Indonesia) sudah menerima vaksinasi COVID-19 serta booster-nya. Pertanyaannya, apakah vaksinasi COVID-19 bisa memperkecil risiko Alzheimer? Para peneliti mencatat bahwa hal ini perlu dicari tahu.