Untuk melihat keganasan varian Omicron, termasuk BA.3, WHO sempat mengungkit mengenai studi pracetak terhadap hewan yang dilakukan di Jepang. Dimuat dalam bioRxiv pada Februari 2022 lalu, studi di Jepang ini meneliti perbandingan keganasan BA.2 dan BA.1 pada hamster.
Hasilnya, para peneliti Jepang menemukan bahwa BA.2 jauh lebih ganas dan menular dibanding BA.1. Mengulangi berbagai penelitian sebelumnya, para peneliti Jepang meminta agar BA.2 diklasifikasikan sebagai VOC tersendiri saking banyaknya perbedaan dengan BA.1.
"Data kami menunjukkan bahwa BA.2 berbeda secara virologi dari BA.1. Kami meminta bahwa BA.2 diberikan huruf Yunani sendiri dan dibedakan dari BA.1, varian Omicron yang lebih dikenal umum," tulis para peneliti Jepang.
ilustrasi virus corona (unsplash.com/CDC)
Membahas studi tersebut, Dr. Maria mengatakan bahwa studi tersebut meneliti keganasan BA.1 dan BA.2 pada hamster. Oleh karena itu, beliau mengisyaratkan bahwa hasil studi pracetak ini (yang belum melewati ulasan sejawat atau peer review) tidak mencerminkan keadaan di dunia nyata.
"Yang mereka lihat adalah apakah di kondisi tertentu, (BA.2) ini akan menyebabkan gejala parah. Kami juga tengah memantau keganasan (BA.2) di dunia nyata," imbuhnya.
Melihat dari risiko rawat inap, Dr. Maria meyakinkan bahwa tak ada perbedaan antara BA.2 dan BA.1. Menurutnya, hal ini amat penting karena di berbagai negara, penyebaran BA.2 dan BA.1 masih amat masif sehingga dunia tetap harus waspada.
"Di negara-negara tersebut, mereka tak melihat perubahan keganasan pada BA.1 dibanding BA.2. Jadi, selain studi eksperimen, kami juga melihat data nyata," ujar Dr. Maria.