ilustrasi bahaya COVID-19 yang mengintai (pixabay.com/geralt)
Saat ini, vaksin COVID-19 memang tergolong efektif untuk mencegah risiko rawat inap dan mortalitas akibat COVID-19. Akan tetapi, dalam penelitian di Inggris pada 24 Agustus 2021 yang dimuat di medRxiv, viral load pada orang yang sudah divaksinasi namun terinfeksi (breakthrough infection) varian Delta sama seperti kelompok non-vaksin dan berpotensi menular.
Sebagai informasi, menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), breakthrough infection adalah kasus COVID-19 yang terjadi pada seseorang yang divaksinasi lengkap, artinya 14 hari atau lebih setelah menyelesaikan dosis yang direkomendasikan dari vaksin resmi.
Oleh karena itu, temuan varian Delta mengubah pandangan ilmuwan soal keampuhan vaksin terhadap varian Delta. Dengan munculnya beberapa kasus varian Delta yang "mengelak" dari vaksin, dikhawatirkan akan ada peningkatan infeksi breakthrough yang berasal dari varian Delta.
“Varian Delta telah mengembangkan kemampuan dalam beberapa kasus untuk sebagian menghindari kekebalan dari vaksin, yang berarti ada lebih banyak breakthrough infection pada individu yang divaksinasi dari varian Delta daripada versi virus sebelumnya,” ujar Dr. Stefen Ammon dari DispatchHealth.