Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejala

Bagaimana dengan yang sudah divaksinasi?

Sejak muncul pada akhir 2020 lalu, B.1.617.2 atau varian Delta mendominasi dunia. Mutasi virus corona SARS-CoV-2 ini dikatakan lebih menular. Berbagai penelitian pun masih dilakukan untuk memahami varian ini.

Sebetulnya apa yang menyebabkan varian Delta lebih menular? Hal ini masih dipelajari saat ini. Salah satu penelitian terbaru dari Hong Kong menemukan bahwa varian ini "diam-diam" menginfeksi orang lain bahkan sebelum gejala muncul!

1. Riset gabungan membandingkan varian Delta dengan varian primer

Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejalailustrasi SARS-CoV-2 (technologynetworks.com)

Dilansir Nature, sebuah penelitian gabungan membandingkan karakteristik dan dinamika penularan antara varian Delta dengan varian primer COVID-19. Bertajuk "Transmission dynamics and epidemiological characteristics of Delta variant infections in China", penelitian ini dimuat dalam jurnal medRxiv pada 13 Agustus 2021.

Fokus di kota Guangdong, China Selatan, para peneliti China dan Hong Kong mengidentifikasi 167 pasien varian Delta pada periode Mei 2021-Juni 2021. Selain itu, para peneliti juga mencatat kontak erat para pasien.

2. Temuan penelitian: infeksi varian Delta dapat terjadi 2 hari sebelum mulainya gejala

Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejalailustrasi virus corona SARS-CoV-2 (pixabay.com/Pete Linforth)

Para peneliti menemukan bahwa rata-rata pasien mengalami gejala 5,8 hari setelah positif terinfeksi varian Delta atau 1,8 hari setelah dites positif RNA virus. Dengan kata lain, pelepasan RNA virus (viral shedding) dapat terjadi 1,8 atau hampir 2 hari sebelum gejala COVID-19 akibat varian Delta menunjukkan diri!

Selain itu, para peneliti juga melihat bahwa konsentrasi partikel virus atau beban virus (viral load) pada pasien COVID-19 dengan varian Delta lebih tinggi dibandingkan pasien SARS-CoV-2 tipe primer. Para peneliti pun "kebingungan" bagaimana varian Delta bisa muncul lebih cepat dan lebih banyak.

"Lebih susah dihentikan. Entah bagaimana, virus ini muncul lebih cepat dan dalam jumlah lebih banyak," ujar Benjamin J. Cowling, salah satu peneliti dan epidemiolog dari University of Hong Kong kepada Nature.

Baca Juga: Ampuhkah Vaksin Cegah Virus Corona Varian Delta dan Lambda?

3. Divaksinasi belum tentu aman

Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejalailustrasi bahaya COVID-19 yang mengintai (pixabay.com/geralt)

Saat ini, vaksin COVID-19 memang tergolong efektif untuk mencegah risiko rawat inap dan mortalitas akibat COVID-19. Akan tetapi, dalam penelitian di Inggris pada 24 Agustus 2021 yang dimuat di medRxivviral load pada orang yang sudah divaksinasi namun terinfeksi (breakthrough infection) varian Delta sama seperti kelompok non-vaksin dan berpotensi menular.

Sebagai informasi, menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), breakthrough infection adalah kasus COVID-19 yang terjadi pada seseorang yang divaksinasi lengkap, artinya 14 hari atau lebih setelah menyelesaikan dosis yang direkomendasikan dari vaksin resmi.

Oleh karena itu, temuan varian Delta mengubah pandangan ilmuwan soal keampuhan vaksin terhadap varian Delta. Dengan munculnya beberapa kasus varian Delta yang "mengelak" dari vaksin, dikhawatirkan akan ada peningkatan infeksi breakthrough yang berasal dari varian Delta.

“Varian Delta telah mengembangkan kemampuan dalam beberapa kasus untuk sebagian menghindari kekebalan dari vaksin, yang berarti ada lebih banyak breakthrough infection pada individu yang divaksinasi dari varian Delta daripada versi virus sebelumnya,” ujar Dr. Stefen Ammon dari DispatchHealth.

4. Tidak divaksinasi? Lebih tidak aman!

Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejalailustrasi Vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis).

Apakah berarti tidak perlu vaksinasi? Tidak juga! Justru, para peneliti China dan Hong Kong mengingatkan bahwa risiko penularan varian Delta jauh lebih kecil pada mereka yang sudah menyelesaikan dua dosis vaksin COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang baru disuntik satu dosis atau tidak sama sekali. 

Epidemiolog di Temple University Hospital, Dr. Jason Gallagher, mengatakan bahwa kejadian pasien tanpa gejala atau asimtomatik menyebarkan virus tidaklah mengejutkan. Namun, dengan vaksin, RNA virus dapat turun jauh lebih cepat dan penularan pun dapat diminimalkan.

“Berbagai penelitian terkini menunjukkan bahwa RNA virus menurun lebih cepat pada orang yang divaksinasi daripada orang yang tidak divaksinasi, menunjukkan bahwa mereka cenderung tidak menularkan virus ke orang lain," jelas Jason mengutip Healthline.

5. Protokol kesehatan tetap paling penting

Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum GejalaGrafis pencegahan COVID-19 (IDN Times)

Walaupun kamu sudah divaksinasi lengkap, jangan jemawa jangan pula lengah. Protokol kesehatan tetap sangat penting. Bila tidak disiplin, bisa muncul banyak kasus breakthrough infection dari varian Delta. Oleh karena itu, bersama vaksinasi COVID-19, protokol kesehatan harus tetap dijalankan, yaitu:

  • Memakai masker lapis ganda
  • Menjaga jarak di kerumunan 1,8-2 meter
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik atau menggunakan hand sanitizer
  • Tidak bepergian jika tidak penting atau merasa kurang fit
  • Hindari menyentuh hidung, mata, dan mulut
  • Tutupi hidung dan mulut dengan siku atau tisu saat bersin atau batuk

Semua orang, baik yang sudah divaksinasi dan terutama yang belum mendapat vaksinasi lengkap atau belum divaksinasi sama sekali, harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama jika berada di lingkungan yang marak infeksi COVID-19 atau berada di sekitar orang-orang yang belum divaksinasi. Demi melandaikan kurva dan memutus rantai penyebaran, ayo, segera dapatkan vaksinasi lengkap!

Baca Juga: Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali Lipat

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya