Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri India Narendra Modi menerima vaksin penyakit virus corona (COVID-19) dosis keduanya di rumah sakit All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) di New Delhi, India, Kamis (8/4/2021). (ANTARA FOTO/India's Press Information Bureau/Handout via REUTERS)

COVID-19 gelombang kedua yang melanda India mulai dari Februari lalu diketahui disebabkan oleh virus corona atau SARS-CoV-2 strain B1617.2. Badan Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menyebutnya sebagai varian Delta. 

Varian tersebut kini dinyatakan telah bermutasi kembali menjadi "Delta Plus" atau yang dikenal pula sebagai AY.1. Lalu, apa perbedaan antara varian baru ini dengan yang sebelumnya? Simak penjelasan berikut ini!

1. Diduga tidak bisa dilawan dengan pengobatan antibodi monoklonal

ilustrasi pengobatan medis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Walaupun dinyatakan telah ada sejak Maret 2021, belum banyak informasi yang dikumpulkan tentang varian Delta Plus. Satu yang perlu diketahui, para ilmuwan mengatakan bahwa mutasi baru ini menunjukkan tanda-tanda resistansi terhadap pengobatan antibodi monoklonal. 

Dilansir Medical News Today, antibodi monoklonal merupakan salinan identik dari antibodi tubuh yang ditargetkan untuk melawan sebuah antigen. Terapi ini dilakukan dengan cara membuat tiruan antibodi untuk membantu tubuh melawan virus. Jadi, jika varian SARS-CoV-2 baru menunjukkan resistansi terhadapnya, pengobatan ini kemungkinan menjadi tidak efektif dan tak bisa melawannya. 

2. Perilaku Delta Plus masih belum bisa diidentifikasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di