Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'

Apakah lebih cepat menular dibandingkan sebelumnya?

COVID-19 gelombang kedua yang melanda India mulai dari Februari lalu diketahui disebabkan oleh virus corona atau SARS-CoV-2 strain B1617.2. Badan Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menyebutnya sebagai varian Delta. 

Varian tersebut kini dinyatakan telah bermutasi kembali menjadi "Delta Plus" atau yang dikenal pula sebagai AY.1. Lalu, apa perbedaan antara varian baru ini dengan yang sebelumnya? Simak penjelasan berikut ini!

1. Diduga tidak bisa dilawan dengan pengobatan antibodi monoklonal

Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'ilustrasi pengobatan medis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Walaupun dinyatakan telah ada sejak Maret 2021, belum banyak informasi yang dikumpulkan tentang varian Delta Plus. Satu yang perlu diketahui, para ilmuwan mengatakan bahwa mutasi baru ini menunjukkan tanda-tanda resistansi terhadap pengobatan antibodi monoklonal. 

Dilansir Medical News Today, antibodi monoklonal merupakan salinan identik dari antibodi tubuh yang ditargetkan untuk melawan sebuah antigen. Terapi ini dilakukan dengan cara membuat tiruan antibodi untuk membantu tubuh melawan virus. Jadi, jika varian SARS-CoV-2 baru menunjukkan resistansi terhadapnya, pengobatan ini kemungkinan menjadi tidak efektif dan tak bisa melawannya. 

Baca Juga: 7 Penyebab Gatal di Selangkangan untuk Perempuan, Jangan Asal Duga

2. Perilaku Delta Plus masih belum bisa diidentifikasi

Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'ilustrasi virus (pexels.com/CDC)

Dilansir Business Today, Delta Plus terbentuk dari hasil mutasi K417N. Ini merupakan mutasi yang spike protein yang menyebabkan virus menginfeksi sel manusia. Laporan dari Public Health England mengatakan bahwa Delta Plus kini telah teridentifikasi di dalam 63 genom, enam di antaranya berasal dari India. 

Walaupun begitu, perilaku virus mutasi baru ini masih belum dapat dipastikan. Jadi, untuk saat ini, kita tak bisa mengetahui apakah mereka menyebar lebih cepat, menginfeksi secara lebih parah, dan seperti apa responsnya terhadap vaksin. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memastikan hal ini. 

SARS-CoV-2 varian Delta sebelumnya dikenal lebih cepat menular dan menggandakan diri. Walaupun begitu, vaksin dinilai masih efektif untuk melawannya. 

3. Ilmuwan mengimbau agar masyarakat tidak panik akan varian baru ini

Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'ilustrasi memakai masker (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Ditemukannya mutasi baru dari SARS-CoV-2 sering kali membuat masyarakat panik. Akan tetapi, para ilmuwan mengatakan bahwa untuk saat ini, Delta Plus tidak menimbulkan dampak yang signifikan dan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. 

Jumlah mutasi SARS-CoV-2 yang memiliki mutasi K417N di India masih rendah. Akan tetapi, Delta Plus diduga banyak berasal dari Eropa, Amerika, dan Asia. 

Hal terbaik yang bisa dilakukan untuk saat ini adalah terus menerapkan protokol kesehatan dengan tertib. Mulai dari memakai masker secara tepat, selalu mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mematuhi panggilan vaksin jika waktunya tiba. 

Baca Juga: Mengenal Tes Swab Antigen Elecsys yang Baru Dirilis, Lebih Akurat?

Topik:

  • Izza Namira
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya