Udara yang kamu hirup setiap hari tidak selalu bersih. Di balik kemacetan, kebakaran hutan, dan debu yang beterbangan, ada partikel super kecil bernama PM2.5, yaitu polutan berukuran kurang dari 2,5 mikrometer yang mampu menembus jauh ke dalam paru-paru. Paparan jangka panjang terhadap partikel ini telah lama dikaitkan dengan asma, penyakit paru kronis, hingga kanker paru.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin peneliti dari University of Technology Sydney (UTS) menyoroti bagaimana partikel halus ini bekerja merusak tubuh. Melalui eksperimen pada tikus jantan dan jaringan paru manusia yang dikembangkan di laboratorium, para peneliti menemukan bahwa bahkan paparan PM2.5 dalam kadar rendah, setara dengan yang dialami banyak orang di negara maju, sudah cukup untuk memicu kerusakan sel yang signifikan.
Kerusakan yang diakibatkannya tidak main-main. PM2.5 menyebabkan stres oksidatif, yaitu kondisi ketika molekul tidak stabil menyerang sel dan memicu reaksi berantai yang merusak. Mitokondria, yang berfungsi sebagai “pembangkit energi” sel, ikut terdampak. Ketika mitokondria rusak, sel kehilangan kemampuan bertahan dan memperbaiki diri, membuka jalan bagi peradangan kronis dan gangguan pernapasan.
