kotoran telinga (floridaentcare.com)
Umumnya, kotoran telinga berwarna kuning, oranye, hingga cokelat dengan tekstur padat lengket atau basah. Warna kotoran telinga berhubungan dengan lama kotoran tersebut di telinga. Semakin lama kotoran tersebut di dalam telinga, maka semakin gelap warnanya karena telah menyaring partikel asing.
Selain warna, tekstur kotoran telinga juga berubah seiring durasi kotoran telinga di kuping. Selain itu, genetik dan usia juga dapat memengaruhi (kotoran telinga anak lebih lembut dan terang, sedangkan kotoran telinga dewasa lebih keras dan gelap).
Selain itu, kemungkinan besar, demografi pun juga dapat menjadi faktor penentu kotoran telinga. Sebuah studi pada 2006 di Jepang yang dimuat dalam jurnal Nature Genetics mengatakan bahwa masyarakat Asia Timur memiliki kotoran telinga yang bertekstur kering dan pecah-pecah.
Warna, tekstur, dan jumlah kotoran telinga dapat bervariasi. Telinga dapat dengan cepat membersihkan kotorannya sendiri. Akan tetapi, kecepatannya pun berbeda-beda, sehingga tekstur kotoran telinga pun juga berbeda.
iilustrasi telinga sakit (teslong.com)
Telinga beberapa orang dapat menghasilkan kotoran lebih banyak. Bahkan, jika sedang stres, produksi serumen pun meningkat! Saat hal ini terjadi, telinga jadi kewalahan membersihkan kotorannya, sehingga penyumbatan pun terjadi.
Penyumbatan telinga dapat mengubah tekstur dan warna kotoran telinga. Jika tidak segera dibersihkan, kotoran telinga dapat menyumbat saluran telinga sehingga mengganggu pendengaran dan meningkatkan risiko infeksi serta cedera. Alhasil, kotoran telinga keluar berupa cairan dengan ciri:
- Tekstur berair
- Berbau busuk
- Berwarna merah darah atau hijau
Jangan coba-coba bersihkan dengan cotton bud, jepit rambut, atau benda tajam! Selain cedera gendang telinga, kotoran telinga malah terdorong lebih dalam dan susah dibersihkan.
Hindari praktik lilin telinga atau ear candling. Bukan hanya tak terbukti ilmiah, ear candling menyebabkan luka bakar, penyumbatan telinga akibat lilin, hingga cedera telinga serius.