Ada lebih dari 300 rekomendasi yang diterima WHO selama beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemik COVID-19. Dari rekomendasi tersebut dan konsultasi ke rekan dan negara WHO, WHO mencatat 10 rekomendasi untuk dunia yang dipersembahkan dalam World Health Assembly pada Mei 2022 silam.
Inti rekomendasi tersebut adalah memperkuat arsitektur global untuk persiapan, respons, dan penanganan gawat darurat kesehatan (HEPR). Untuk mewujudkannya, ada tiga aspek utama yang harus dibenahi: kepemimpinan, sistem, dan pendanaan.
"Kita harus bisa menciptakan kondisi lebih baik menghadapi wabah di masa depan, dibanding saat ini [dengan pandemik COVID-19]," kata Maria.
Jadi, hal pertama yang ia tunjuk adalah keterlibatan seluruh masyarakat dan menanamkan konsep ini dalam sistem kesehatan masyarakat yang telah diperkuat. Penguatan ini berarti melibatkan kesehatan hewan, arsitektur, ekonomi, pendanaan, kesejahteraan dan jaminan sosial, pengelolaan bencana, keamanan nasional, dan lingkungan.
“Ini semua saling terkait dan seharusnya diterapkan di masa depan dalam sistem One Health yang telah diperkuat,” ia menambahkan.
Ilustrasi laboratorium (pixabay.com/Michal Jarmoluk)
Konsep tersebut didasari oleh resiliensi komunitas dan layanan kesehatan primer. Menurut Maria, jika komunitas diperkuat dan didukung dengan skala nasional, regional, hingga global, dunia bisa lebih siap dalam mencegah pandemik berikutnya. Dalam presentasinya, ia mengingatkan lagi prinsip 5C, yaitu:
- Kolaborasi pengawasan (Collaborative surveillance)
- Perlindungan komunitas (Community protection)
- Kepedulian yang aman dan terukur (Safe and scalable care)
- Akses penanggulangan (Access to countermeasures)
- Koodinasi gawat darurat (Emergency coordination)
“Tidak hanya COVID-19, kami juga berfokus ke penyakit pernapasan, mengakhiri darurat kesehatan di dunia, dan membangun sistem perawatan penyakit pernapasan yang diperkuat,” ucap Maria.