WHO: Hewan dan Lingkungan Penting untuk Kesehatan Manusia

Singapura, IDN Times - Berlangsung selama 5 hari (7–11 November 2022), Singapura menjadi tuan rumah World One Health Congress (WOHC) edisi ke-7. Dengan target untuk menyatukan fokus kesehatan manusia, fauna, dan lingkungan, WOHC 2022 menyediakan pengetahuan, studi, dan berbagai rencana ke depan untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa instansi global, seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) turut hadir. Dalam acara tersebut, WHO menyatakan beberapa rencana aksi yang dilakukan dengan kolaborasi bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
70 persen patogen adalah zoonosis

Memberi sambutan dalam acara tersebut, Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa pandemik COVID-19 telah "memberikan pelajaran menyakitkan tetapi berharga". Sejauh ini, Tedros mengatakan sudah ada lebih dari 300 rekomendasi mengenai respons dunia terhadap pandemik.
"Mempertimbangkan tinjauan-tinjauan tersebut, WHO menciptakan proposal untuk meningkatkan arsitektur kesehatan global dengan kepemimpinan yang lebih baik, sistem dan sarana yang lebih baik, dan pendanaan lebih andal yang memperkuat serta mendukung WHO," ujar Dr. Ghebreyesus via video.
Sebanyak 70 persen total patogen yang naik daun belakangan ini memiliki latar belakang zoonosis. Tedros mengatakan bahwa salah satu langkah yang bisa ditempuh pertama adalah menyadari adanya hubungan antara kesehatan manusia, fauna, dan lingkungan.
Lingkungan dan satwa sama pentingnya menjaga kesehatan dunia
Mendukung pernyataan Tedros, Direktur Jenderal WOAH, Dr. Monique Eloit, menyatakan bahwa manusia, hewan, dan lingkungan saling berkaitan dalam bidang kesehatan global. Hal inilah yang terlihat dari pandemik COVID-19 yang telah berkecamuk selama hampir tiga tahun.
Selain itu, Monique juga menyatakan adanya pemicu lain yang tak boleh luput. Faktor-faktor tersebut adalah pembukaan lahan dan perubahan iklim, menurunnya biodiversifikasi dan degradasi ekosistem, praktik pertanian yang tak berkelanjutan, produksi ternak dan perdagangan satwa liar, serta globalisasi dan mobilitas populasi yang meningkat.
"Jika kita tidak menanggulangi pemicu-pemicu ini, kita akan terus melihat ancaman kesehatan dan pandemik yang meningkat serta makin parah. Hal ini bisa memengaruhi kesehatan, sosial, dan ekonomi," tutur Monique dalam sesi WOHC 2022.
Oleh sebab itu, Monique menyerukan perubahan hubungan antara bagaimana cara manusia menghadapi kemunculan dan penyebaran patogen serta lingkungan. Dalam kasus tersebut, pencegahan adalah yang paling utama dalam menghentikan atau membatasi penularan penyakit zoonosis dari hewan ke manusia.
"Kita baru bisa membuat dunia lebih aman jika kita menanggulangi pemicu epidemik dan pandemik tersebut," tutur ujar Dr. Ghebreyesus.
Enam langkah aksi demi dunia lebih baik
Monique menyambut kerja sama yang diungkit oleh Tedros. Dengan saran ilmiah One Health High-Level Expert Panel (OHHLEP), WOAH, WHO, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) membentuk Joint Plan of Action sehingga visi One Health antara manusia, hewan, dan lingkungan bisa tercapai di segala sektor dan tingkat.
"Ini juga seharusnya memandu ketentuan One Health di instrumen pandemik baru yang tengah dirundingkan oleh negara-negara anggota," tutur Monique.
Dalam rencana tersebut, Monique menyebut satu bagian yang bernama "Theory of Change" mengenai ketentuan prinsip, kepemimpinan, dan pendanaan. Selain itu, bagian tersebut menjabarkan enam langkah aksi dengan tujuan:
- Memperluas kapasitas negara untuk memperkuat sistem kesehatan dengan pendekatan One Health.
- Mengurangi risiko epidemik dan pandemik zoonosis.
- Mengendalikan dan menanggulangi endemik zoonosis.
- Memperkuat penilaian, pengelolaan, dan komunikasi mengenai risiko keamanan makanan.
- Mengendalikan pandemik resistansi antimikroba (AMR) terselubung.
- Memadukan aspek lingkungan ke pendekatan One Health.
Menurut Monique, keenam rencana tersebut amat penting untuk pencegahan, persiapan, dan penanganan pandemik. Hal ini karena keenam langkah tersebut penting untuk menciptakan kondisi kondusif yang menguntungkan One Health dari segi kerangka infrastruktur, sumber daya, dukungan, pendanaan, dan regulasi.
"Agar One Health berfungsi, penting untuk membangun dan memperkuat mekanisme koordinasi multisektor yang mengizinkan kolaborasi dan aksi bersama agar bisa terjadi dan berkembang," tutur Monique.
Butuh dana yang tidak sedikit
Menurut Dr. Eloit, Joint Plan of Action adalah pendorong kolaborasi multisektor yang baik, bukan hanya untuk negara, melainkan untuk semua pihak yang terkait, dari negeri hingga swasta. Untuk itu, pendanaan adalah hal penting untuk menerapkan rencana tersebut secara nasional, regional, dan global.
Bagi Monique, rencana-rencana ini memuat dukungan dan pengidentifikasian investasi One Health yang menguntungkan negara-negara berpendapatan menengah ke bawah. Bukan miliaran dolar, Monique mengatakan bahwa pandemik bisa menghabiskan triliunan!
Selain itu, Monique juga mengkritik keterbatasan fokus strategi dunia untuk One Health. Sebagai contoh, satuan tugas Kesehatan dan Keuangan G20 yang didukung Bank Dunia dan WHO mengambil angka US$30 miliar (Rp470 triliun) untuk mempersiapkan bidang kesehatan masyarakat dunia.
"Namun, ini hanya berfokus pada sektor kesehatan masyarakat dan sedikit pada kesiapan [dunia]," kata Monique.

Mengambil pelajaran dari pandemik pada masa lalu dan pandemik COVID-19 saat ini, Monique berpesan bahwa kita harus memusatkan kembali perhatian ke dukungan dana untuk mengurangi risiko dan mencegah pandemik. Dan, hal inilah yang ingin dicapai oleh One Health.
Menurut Monique, Bank Dunia mencatat bahwa US$10 miliar (Rp157 triliun), termasuk US$7 miliar (Rp110 triliun) untuk kesehatan dan keamanan hewan, diperlukan untuk menerapkan pendekatan One Health. Hal ini menunjukkan bahwa pencegahan lebih murah dibanding dana untuk merespons dan pulih dari darurat kesehatan global.