“Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam sejarah kesehatan masyarakat Kenya. Tidak hanya melindungi warga kami, tetapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” ujar Dr. Aden Duale, Menteri Kesehatan Kenya. Ia menambahkan, ini adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun dan kolaborasi berbagai pihak.
Kasus HAT pertama di Kenya ditemukan pada awal abad ke-20. Sejak itu, pemerintah melakukan berbagai upaya pengendalian penyakit secara konsisten. Tidak ada lagi kasus lokal baru yang dilaporkan selama lebih dari 10 tahun. Kasus terakhir yang berasal dari dalam negeri ditemukan pada 2009, dan dua kasus terakhir yang tertular di Kenya (di Cagar Alam Nasional Masai Mara) terjadi pada tahun 2012.
Belakangan ini, Kenya memperkuat sistem pemantauan HAT di 12 fasilitas kesehatan di 6 wilayah yang pernah terjangkit penyakit ini. Fasilitas ini dilengkapi dengan alat diagnosis dan staf medisnya dilatih menggunakan metode paling akurat dan efisien untuk mendeteksi r-HAT.
Selain itu, pemantauan lalat tsetse dan penyakit trypanosomiasis pada hewan juga dilakukan secara aktif, bahkan di luar area yang sebelumnya endemik. Pemantauan ini didukung oleh otoritas kesehatan hewan nasional dan Dewan Pemberantasan Tsetse dan Trypanosomiasis Kenya (KENTTEC).
“Keberhasilan ini adalah hasil kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, lembaga riset nasional, mitra pembangunan, dan masyarakat setempat,” kata Dr. Patrick Amoth, Direktur Jenderal Kesehatan Kenya. Ia juga menegaskan bahwa Kenya akan terus mempertahankan kualitas pelayanan dan pemantauan sesuai standar WHO.
Dengan dukungan dari WHO dan mitra seperti FIND, program eliminasi HAT di Kenya akan menjalankan pemantauan pasca validasi untuk mendeteksi kemungkinan kemunculan kembali penyakit. WHO juga akan terus membantu pemantauan di wilayah yang pernah terdampak, dan menjaga stok obat donasi dari Bayer AG dan Sanofi, untuk memastikan penanganan cepat jika ada kasus baru.
Secara global, sudah ada 57 negara yang berhasil mengeliminasi setidaknya satu penyakit tropis terabaikan. Dari jumlah itu, 10 negara, termasuk Kenya, telah berhasil menghapus HAT sebagai masalah kesehatan publik. Negara lainnya termasuk Benin, Chad, Pantai Gading, Guinea Khatulistiwa, Ghana, Guinea, Rwanda, Togo, dan Uganda.
Referensi
"Sleeping sickness." MedlinePlus. Diakses Agustus 2025.
"Trypanosomiasis, human African (sleeping sickness)." World Health Organization. Diakses Agustus 2025.
"Kenya achieves elimination of human African trypanosomiasis or sleeping sickness as a public health problem." World Health Organization. Diakses Agustus 2025.