Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sperma dan sel telur (pexels.com/nadezhda moryak)
ilustrasi sperma dan sel telur (pexels.com/nadezhda moryak)

Meski belum legal di Indonesia, barangkali kamu pernah mendengar prosedur donor sperma. Yap, layaknya donor darah, donasi sperma berarti mengumpulkan sperma untuk kemudian disalurkan pada orang lain yang menghendakinya. 

Bagaimana prosedur lengkap donor sperma dan apa tujuannya? Baca terus untuk mengetahui tahapan dan syarat menjadi pendonor atau resipien sperma.

Apa itu donor sperma?

Sebagaimana dijelaskan sekilas sebelumnya, donor sperma merupakan pemberian air mani yang mengandung sperma dari seorang laki-laki. Tujuannya,untuk membantu seorang perempuan atau pasangannya memiliki anak.

Nantinya, sperma ini akan dimasukkan ke dalam organ reproduksi perempuan (inseminasi intrauterin) atau membuahi di laboratorium (fertilisasi in vitro) untuk bertemu dengan sel telur. Harapannya, terjadi proses pembuahan hingga akhirnya terjadi perkembangan janin, lalu lahir sebagai bayi.

Dilansir DocDoc, tidak sembarangan orang bisa mendonorkan sperma. Mereka perlu melewati sejumlah penyaringan dan pemenuhan persyaratan. Hal ini dilakukan guna memastikan sperma pendonor memiliki kualitas yang baik. Elemen penilaian termasuk tingkat pendidikan, atribut fisik, dan riwayat kesehatan. 

Setiap pendonor berhak menampilkan atau merahasiakan identitas mereka kepada klien dan calon keturunannya. Tindakan ini lantas menimbulkan pro kontra karena dapat menimbulkan trauma bagi anak begitu mengetahui bahwa ia lahir dari sperma yang disumbangkan.

Menanggapi hal tersebut, beberapa bank memberikan jaminan dengan membayar premi. Kebijakan ini diberikan pada pendonor yang terbuka untuk berbagi, setidaknya menyampaikan sedikit informasi diri dan foto. 

Syarat pendonor sperma

ilustrasi sperma (pexels.com/Deon Black)

Bisa dibilang, siapa saja bisa mendonorkan sperma asal cocok dan memenuhi screening. Tahapan seleksi pun dilakukan dan bisa membutuhkan waktu lama. Seleksi tersebut dilakukan dengan melewati beberapa tes untuk membuktikan bahwa pendonor layak serta memenuhi syarat berikut:

  • Masih dalam usia produktif (usia 18-39 tahun)
  • Sehat jasmani
  • Memiliki kualitas sperma yang baik
  • Tidak ada riwayat penyakit
  • Tidak memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan
  • Lulus pemeriksaan kesehatan fisik, psikis, dan genetik.

Genetik merupakan salah satu pertimbangan utama dalam memilih pendonor. Bank sperma akan mencatat dengan detail seperti tinggi badan, berat badan, dan ciri fisik; warna mata atau bentuk hidung. Genetik juga mencakup riwayat kesehatan keturunan dari orangtua, kakek, nenek, dan seterusnya.

Selain itu, gaya hidup dan riwayat pendidikan pendonor juga perlu dijelaskan secara detail. Semakin sehat gaya hidup, memungkinkan kondisi sperma yang lebih baik. Satu hal lainnya, walau tak langsung berpengaruh pada sperma, tetapi semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin mahal pula harganya.

Prosedur pendonoran sperma

ilustrasi sperma (unsplash.com/Dainis Graveris)

Calon pendonor sperma harus melewati beberapa tahapan hingga akhirnya memenuhi syarat sebagai pendonor. Prosedur ini bisa memakan waktu hingga mingguan, tergantung masing-masing instansi penyedia layanan donor sperma. Dilansir Morula IVF, tahapannya yakni sebagai berikut.

1. Pemeriksaan latar belakang

Ketika benar-benar ingin mengajukan diri sebagai pendonor, calon pendonor akan diminta mengisi formulir data diri. Meliputi identitas diri, riwayat pendidikan, riwayat kesehatan, tinggi badan, berat badan, ras, dan gaya hidup, hingga riwayat pekerjaan. Ada kalanya skrining tahap ini dilakukan melalui telepon atau secara online melalui formulir digital. 

2. Pemeriksaan fisik dan psikologis

Selanjutnya, calon pendonor harus melewati tahap pemeriksaan fisik. Tahapan ini dilakukan dengan tes darah dan kultur. Tujuannya, untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan dalam darah sehingga berpotensi menurun ke anak cucu. Sebagian besar instansi donor tidak memperbolehkan laki-laki dengan riwayat penyakit tertentu seperti HIV, herpes, dan hepatitis untuk mendonor.

Adapun untuk mengetahui kondisi psikologis dilakukan dengan serangkaian tes dan wawancara. Langkah ini dilakukan untuk memastikan calon pendonor tidak memiliki penyakit mental atau psikologis yang berdampak pada masa depan keturunan.

3. Pemeriksaan genetik

Tahapan ini bisa dilakukan terpisah ataupun bersamaan dengan tahap sebelumnya. Untuk mengecek genetik, ahli medis akan mengambil sampel darah dan urine dari calon donor sperma. Tujuannya, untuk mengetahui adanya kemungkinan kelainan genetik yang memengaruhi pembuahan dan kelahiran di masa depan.

Pemeriksaan genetik dilakukan dalam laboratorium oleh staf khusus. Hasilnya akan memengaruhi apakah calon pendonor diizinkan untuk mendonor atau tidak. 

4. Pemeriksaan sperma

Calon pendonor tentu harus melewati tes pengujian sperma. Calon pendonor akan diberikan waktu dalam ruangan tersendiri untuk mengumpulkan sampel. Bisa selama mungkin hingga jumlah sampel tercukupi. Beberapa instansi juga memperbolehkan pengumpulan sperma di rumah dalam kurun waktu 48-72 jam. 

Sebelum melakukannya, calon pendonor dianjurkan tidak melakukan seks setidaknya selama 3 hari untuk mengetahui kondisi sperma. Hasilnya kemudian akan diuji, termasuk uji ketahanan ketika disimpan dalam kurun waktu tertentu. Jika calon pendonor dinyatakan lolos seluruh rangkaian pemeriksaan, maka boleh menuju step final. 

5. Pengambilan donor sperma

Setelah sperma dinyatakan sehat, calon pendonor diminta menandatangani surat persetujuan pendonor sperma. Selanjutnya, calon pendonor juga diminta untuk mengumpulkan sampel sperma terbaru. Sangat dianjurkan untuk tidak ejakulasi setidaknya selama tiga hari untuk mendapatkan sperma dengan kondisi maksimal.

Selanjutnya, sperma akan ditampung pada wadah khusus dan dibekukan selama sekitar 6 bulan. Sperma donor tersebut akan diperiksa ulang untuk meminimalisir risiko penyakit yang ditularkan. Selain itu, sperma juga akan diuji kualitas, kuantitas, serta pergerakan yang menjadi indikator sperma sehat.

Tahapan tersebut dilakukan guna menghindari kerusakan sel sperma selama proses pembekuan. Dengan demikian, sperma tetap sehat ketika akan digunakan untuk proses pembuahan. 

Efektivitas dan efek samping

ilustrasi sperma dan sel telur (americanpregnancy.org)

Masih dari DocDoc, sperma yang telah melewati seleksi dan dinyatakan sehat dapat disimpan selama dua dekade. Meski demikian, prosedur ini tidak mengurangi kemampuannya untuk membuahi sel telur.

Untuk mendukung ketahanan hidupnya, bank sperma akan menyimpan sel sperma dengan metode lebih baik. Sel-sel ini akan dibekukan hingga -196 derajat Celsius di dalam tangki berisi nitrogen cair. Nantinya, hanya 50 persen sel sperma yang bisa bertahan hidup selama penyimpanan.

Meski melewati serangkaian uji kesehatan, donor sperma dari orang lain masih berpotensi menghadirkan risiko kesehatan. Baik kesehatan fisik maupun psikologis yang terjadi pada anak di masa mendatang. 

Selain itu, setiap pendonor tidak memiliki hak atas anak yang lahir melalui penggunaan spermanya asalkan sperma tersebut disumbangkan melalui klinik. Ketika disumbangkan secara perorangan melalui perantara tidak resmi, urusan keturunan ini bisa menyebabkan masalah serius. 

Health Centre UK juga menyebutkan bahwa salah satu masalah besar donasi sperma adalah kapan harus memberi tahu seorang anak. Tidak semua akan menerima bahwa mereka dikandung menggunakan sperma orang lain. 

Donor sperma di Indonesia

Sebagaimana disebutkan di awal, Indonesia belum melegalkan donor sperma. Oleh karena itu, kamu tidak akan menjumpai bank sperma berizin di negara ini. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 serta PP tentang Kesehatan Reproduksi Nomor 41 Tahun 2014.

Keduanya mengatur bahwa proses inseminasi dan bayi tabung hanya boleh dilakukan menggunakan sperma dari pasangan suami istri yang sah. Selain itu, tidak diperkenankan untuk menyumbangkan sperma kepada orang lain. 

Donor sperma sendiri masih menimbulkan pro kontra. Selain karena faktor kesehatan dan psikologis anak, juga kemungkinan masalah yang muncul apabila memperhitungkan garis keturunan.

Editorial Team