Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasme

Tidak enak badan beberapa saat setelah mencapai 'puncak'

Orgasme memang disebut sebagai puncak kenikmatan atau kepuasan saat berhubungan seksual. Sayangnya, sebagian orang justru mengeluhkan beberapa gangguan atau ketidaknyamanan setelah mengalaminya. Salah satunya, adalah akibat sindrom penyakit pascaorgasme. 

Sindrom penyakit pascaorgasme, atau postorgasmic illness syndrome (POIS), merupakan kondisi langka yang ditandai oleh gejala seperti flu dan alergi setelah orgasme. Kondisi ini bisa terjadi ketika berhubungan seks dengan pasangan, masturbasi, atau ejakulasi spontan saat tidur. Siapa pun bisa mengalaminya, tetapi POIS cenderung lebih sering terjadi pada pria.

Nah, bagaimana sindrom penyakit pascaorgame bisa terjadi? Yuk, simak penjelasan lebih lengkapnya berikut ini!

1. Tanda dan gejala sindrom penyakit pascaorgasme

Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasmeilustrasi gejala demam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penyakit pascaorgasme biasanya berkembang dalam beberapa detik hingga beberapa jam setelah mengalami orgasme. Gejalanya bervariasi pada setiap orang, tetapi yang paling umum adalah:

  • Kelelahan ekstrem
  • Kelemahan otot atau nyeri otot lengan dan kaki yang berat
  • Sakit kepala
  • Demam atau berkeringat
  • Perubahan suasana hati atau mudah marah
  • Masalah memori atau konsentrasi
  • Bicara tidak jelas
  • Hidung tersumbat atau keluar cairan dari hidung
  • Sakit tenggorokan
  • Mata gatal

Gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya selama 2 sampai 7 hari. Namun, semua keluhan ini bisa kembali lagi setiap kali seseorang dengan POIS mengalami ejakulasi atau orgasme.

Lebih lanjut, sindrom penyakit pascaorgasme dibagi menjadi dua tipe, yaitu primer dan sekunder. Tipe primer merupakan POIS yang gejalanya muncul pertama kali pada masa pubertas atau remaja, sedangkan tipe sekunder dimulai pada masa dewasa.

2. Penyebab POIS

Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasmeilustrasi cairan ejakulasi (pexels.com/Ivan Babydov)

Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan POIS. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh sistem imunologis, yaitu terkait reaksi autoimun atau alergi terhadap zat pada cairan mani (semen). 

Marcel D. Waldinger dan Dave H. Schweitzer, orang yang pertama kali mendefinisikan kondisi sindrom penyakit pascaorgasme, mendalilkan bahwa hanya sistem kekebalan tubuh yang mampu menginduksi gejala fisik dan mental dengan sangat cepat dan serius, seperti dilansir jurnal Translational Andrology and Urology tahun 2016. Oleh sebab itu, hipotesis ini dianggap yang lebih mewakili menjelaskan mengapa POIS terjadi. 

Baca Juga: Mengenal Ruined Orgasm, Seks Tanpa Orgasme

3. Prevalensi terjadinya sindrom penyakit pascaorgasme

Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasmeilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/SHVETS production)

Prevalensi atau berapa banyak orang yang menderita sindrom pascaorgasme tidak diketahui secara jelas. Ini disebabkan karena sedikitnya studi dan laporan tentang kasus tersebut. Kemungkinan lain, banyak kasus yang juga tidak dilaporkan atau tidak terdiagnosis.

Namun, mengutip dari Clinical Case Reports tahun 2021, ada sekitar 50 kasus POIS yang telah dilaporkan dalam literatur medis. Jumlah ini dilaporkan mengalami peningkatan berdasarkan pelaporan mandiri di forum internet, seperti dijelaskan artikel dalam Journal of Rare Disease Research and Treatment.

4. Diagnosis sindrom penyakit pascaorgasme

Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasmeilustrasi pasien berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Los Muertos Crew)

Sebelum menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan riwayat medis lengkap, termasuk riwayat alergi, penyakit menular seksual, dan riwayat prostatitis. Selain itu, wawancara mengenai gangguan neurologis, psikiatri, dan fungsi seksual terkait ejakulasi juga harus dicacat secara rinci. 

Untuk mendiagnosis kondisi ini, ada lima kriteria diagnostik yang harus dipenuhi, yaitu:

  • Seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala atau sensasi keadaan seperti yang telah disebutkan di atas.
  • Semua gejala terjadi segera dalam hitungan detik, menit, atau beberapa jam setelah orgasme atau ejakulasi, baik yang terjadi selama berhubungan intim, masturbasi, atau secara spontan saat tidur. 
  • Gejala terjadi selalu atau hampir selalu, misalnya pada lebih dari 90 persen peristiwa ejakulasi atau orgasme.
  • Sebagian besar gejala berlangsung selama sekitar 2 hingga 7 hari.
  • Gejala hilang secara spontan. 

5. Penanganan POIS

Postorgasmic Illness Syndrome, Flu dan Alergi setelah Orgasmeilustrasi pasangan suami istri (pexels.com/cottonbro)

Sindrom penyakit pascaorgasme tidak memerlukan perawatan medis khusus. Untuk meredakan gejala, biasanya individu dengan POIS  menerapkan tindakan adaptif terkait kehidupan seksual mereka. Misalnya, menjadwalkan aktivitas seksual dan mengontrol aktivitas seks yang berlebihan. 

Selain itu, mereka mungkin juga mengambil beberapa pengobatan, seperti:

  • Benzodiazepin dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) untuk memperbaiki mood. Akan tetapi pengobatan ini tidak berdampak pada gejala somatik (keluhan fisik) seperti sakit kepala atau sakit tenggorokan.
  • Flutamide untuk mengurangi libido dan frekuensi ejakulasi. Pengobatan ini tidak berdampak pada gejala somatik maupun psikologis. 
  • Terapi hiposensitisasi atau imunoterapi alergi, yaitu terapi untuk menangani alergi.Tindakan ini dilaporkan lebih berhasil meredakan keluhan sindrom penyakit pascaorgasme. 

Pada beberapa kasus, sindrom penyakit pascaorgasme mungkin bisa menurunkan kualitas hidup, terutama terkait kehidupan seksual dengan pasangan. Oleh karena itu, jika kamu mengalami gejala seperti yang telah disebutkan, sebaiknya temui penyedia layanan kesehatan untuk mengonsultasikan kondisi tersebut.

Baca Juga: Apa Itu Orgasme Anal dan Apa Saja Risikonya?

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya