Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Banyak dialami perempuan menopause

Atrofi vagina atau vaginitis atrofi ialah penipisan, pengeringan, dan peradangan pada dinding vagina yang dapat terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen tubuh. Kondisi ini paling sering terjadi pada perempuan yang telah memasuki masa menopause.

Atrofi vagina sering kali menyebabkan hubungan seksual menjadi menyakitkan dan gejala kencing yang mengganggu. Untungnya, ada banyak perawatan sederhana dan efektif untuk mengatasi gejala.

1. Gejala

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi peegasm (freepik.com/gpointstudio)

Dilansir Cleveland Clinic, gejala atrofi vagina meliputi:

  • Vagina menjadi kering.
  • Sensasi terbakar dan gatal pada vagina.
  • Nyeri saat berhubungan seks.
  • Keluarnya cairan berwarna kuning dari vagina.
  • Pendarahan atau flek.
  • Vulva terasa gatal.

Ini juga dapat memengaruhi sistem kandung kemih dan menyebabkan gejala, seperti:

  • Sering ke kamar mandi.
  • Mengalami nyeri saat buang air.
  • Infeksi saluran kemih (ISK).
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
  • Inkontinensia stres.
  • Sakit saat buang air kecil (disuria).
  • Adanya darah dalam urine.
  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.

2. Penyebab

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pil KB kombinasi (pexels.com/Karolina Grabowska)

Penyebab utama atrofi vagina adalah penurunan kadar estrogen, dilansir WebMD. Berkurangnya kadar estrogen tubuh membuat jaringan genital menjadi lebih rapuh.

Saat memasuki masa menopause, kadar estrogen bisa turun sekitar 85 persen. Menopause menjadi alasan paling umum untuk atrofi vagina. Namun, kadar estrogen juga dapat turun karena:

  • Menyusui.
  • Mengonsumsi obat anti-estrogen.
  • Mengonsumsi beberapa jenis pil KB.
  • Pengangkatan kedua indung telur.
  • Kemoterapi.
  • Terapi radiasi panggul.
  • Terapi hormonal.

Baca Juga: 5 Perubahan pada Vagina selama Masa Kehamilan, Apakah Normal?

3. Diagnosis

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi urine (freepik.com/drobotdean)

Diterangkan lama Mayo Clinic, diagnosis atrofi vagina mungkin melibatkan:

  • Pemeriksaan panggul. Dokter merasakan organ panggul dan secara visual memeriksa alat kelamin luar, vagina, dan leher rahim.
  • Tes urine. Melibatkan pengambilan dan pengujian urine.
  • Tes keseimbangan asam. Melibatkan pengambilan sampel cairan vagina atau menempatkan strip indikator kertas di vagina untuk menguji keseimbangan asamnya.

4. Pengobatan

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan, salah satu penyebab keguguran (pexels.com/Pixabay)

Rencana perawatan untuk atrofi vagina melibatkan kerja sama dari penyedia layanan kesehatan dan pasien. Tim medis akan membantu memutuskan rencana mana yang paling efektif berdasarkan gejala dan tingkat keparahannya. 

Beberapa perawatan ditujukan untuk mengobati gejala atrofi. Lainnya dilakukan untuk mengatasi hilangnya estrogen dan meredakan gejala. Berikut beberapa pilihan pengobatan untuk atrofi vagina:

  • Pelumas. Ini berguna untuk meningkatkan kelembapan vagina dan kenyamanan saat berhubungan seks.
  • Dilator. Ini adalah alat yang digunakan untuk memperlebar vagina agar dapat kembali berhubungan seks dengan nyaman. Untuk hasil terbaik, dilator sebaiknya digunakan bersama dengan terapi hormon lokal.
  • Terapi hormonal. Untuk memperbaiki gejala atrofi vagina dan mengembalikan kesehatan kulit dengan mengembalikan keseimbangan asam vagina, menebalkan kulit, menjaga kelembapan alami, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri baik.
  • Terapi estrogen. Terapi ini tersedia dalam bentuk krim, pil, atau cincin yang diletakkan di vagina selama tiga bulan. Terapi ini dimaksudkan untuk mengobati gejala.
  • Terapi hormon sistemik. Banyak perempuan yang menjalani terapi hormon sistemik mendapat manfaat dari peningkatan kesehatan tulang, kesehatan vagina, tidur yang lebih baik, lebih sedikit hot flash, dan peningkatan suasana hati.

5. Pencegahan

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi berhubungan seks (unsplash.com/We-Vibe Toys)

Berikut beberapa pencegahan atrofi vagina diterangkan laman Medical News Today:

  • Menggunakan estrogen vagina sebelum kondisi semakin parah.
  • Melakukan aktivitas seksual secara teratur.
  • Menggunakan pelumas vagina yang larut dalam air sebelum berhubungan seksual.

Perempuan yang aktif secara seksual melaporkan lebih sedikit gejala atrofi vagina bila dibandingkan dengan perempuan yang tidak melakukan hubungan seksual secara teratur. Aktivitas seksual juga dapat memberikan manfaat untuk elastisitas maupun kelenturan vagina.

Atrofi vagina adalah kondisi serius yang memengaruhi kualitas hidup. Jadi, bagi perempuan yang akan memasuki masa menopause atau telah menopause, sebaiknya mengantisipasi kondisi ini. Lalu, untuk siapa pun yang sedang mengalami atrofi vagina, segera kunjungi dokter untuk membicarakan rencana perawatan yang paling baik.

Baca Juga: Mengenal Spa Vagina, Penguapan pada Organ Intim Wanita

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya