6 Alasan Vagina Mengalami Reaksi Alergi, Hindari Pemicunya

Gatal, kemerahan, dan iritasi adalah tanda-tandanya

Intinya Sih...

  • Reaksi alergi bisa terjadi di vagina atau vulva karena air mani, lateks, spermisida, wewangian, pewarna kimia, atau bahan tertentu.
  • Lateks, air mani, pewarna kimia, dan spermisida bisa jadi pemicu reaksi alergi pada vagina.
  • Kalau kamu mengalami iritasi, ruam, kemerahan, sensasi terbakar, bengkak, atau gejala reaksi lainnya, sebaiknya temui dokter. 

Vagina dan vulva memiliki kulit yang lembut dan sensitif. Kalau berkontak dengan zat tertentu, sistem kekebalan bisa bereaksi secara berlebihan dan menyebabkan reaksi alergi.

Mukosa di dalam vagina sangat berpori, yang artinya menyerap banyak material. Kamu mungkin perlu berhati-hati terhadap alergen dalam jumlah kecil sekalipun.

Tanda dan gejala alergi pada vagina atau vulva dapat meliputi gatal, kemerahan, bengkak, sensasi terbakar, rasa sakit, dan iritasi.

Beberapa gejala (seperti sensasi terbakar, bengkak, dan kemerahan) mirip dengan infeksi jamur. Namun, tidak seperti infeksi, pada kasus alergi, gejala akan muncul segera setelah paparan.

Untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab reaksi alergi, berikut beberapa alergen yang dapat memengaruhi vagina dan vulva.

1. Kondom lateks

Lateks alami terbuat dari karet pohon dan dapat mengandung protein spesifik yang dapat memicu sistem imun, menyebabkan reaksi alergi. Gejala alergi lateks antara lain:

  • Urtikaria atau biduran.
  • Gatal-gatal.
  • Hidung meler atau tersumbat.
  • Mengi.
  • Dada terasa sesak.
  • Sulit bernapas.
  • Anafilaksis.

Sebuah analisis tahun 2016 menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi alergi lateks di antara populasi umum di seluruh dunia adalah 4,3 persen.

Alergi ini bisa lebih sering terjadi pada orang-orang yang terpapar lateks, seperti profesional medis atau gigi, orang yang telah menjalani beberapa operasi, dan orang dengan alergi lainnya.

Kalau kamu punya reaksi terhadap lateks, ada beberapa pilihan kondom bebas lateks. Misalnya kondom yang terbuat dari poliisoprena, poliuretan, dan AT-10 (resin polietilen sintetik). Ada juga kondom kulit domba, tetapi ini tidak terlalu melindungi dari infeksi menular seksual (IMS).

2. Air mani

6 Alasan Vagina Mengalami Reaksi Alergi, Hindari Pemicunyailustrasi air mani (unsplash.com/Scott Sanker)

Pernah dengar hipersensitivitas plasma seminal? Juga dijuluki alergi air mani, ini merupakan reaksi alergi langka terhadap protein yang ditemukan dalam air mani. Reaksi bisa muncul di area yang berkontak dengan air mani, walaupun memang paling sering terjadi di sekitar alat kelamin.

Biasanya saat dokter memeriksa pasien dengan alergi air mani, pasien mengalami apa yang disebut reaksi tipe 1—setelah terpapar ejakulasi, pasien mengalami gatal dan bengkak parah di titik kontak.

Jarang, reaksi bisa berupa anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi serius yang dapat menyebabkan kematian. Gejala biasanya terjadi di beberapa bagian tubuh sekaligus. Contoh gejalanya antara lain ruam, bengkak, dan sulit bernapas.

Kalau mencurigai air mani memicu reaksi alergi, temui dokter. Dokter dapat melakukan tes tusuk kulit. Jika tes menunjukkan kamu memiliki alergi air mani, kamu perlu menghindarinya atau mendapatkan suntikan imunoterapi untuk mengurangi gejala alergi.

Baca Juga: Studi: Kebiasaan Menggunakan HP Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma

3. Pewarna kimia

Banyak produk yang digunakan di area genital mengandung pewarna. Dari sabun, bath bomb, pembalut atau tampon, hingga tisu toilet.

Mungkin ada banyak bahan kimia dalam produk-produk tersebut yang tidak baik sama sekali. Kalau kamu mengalami reaksi alergi setelah menggunakan salah satu produk tersebut, segera hentikan penggunaannya.

4. Produk deodoran atau pewangi area intim

6 Alasan Vagina Mengalami Reaksi Alergi, Hindari Pemicunyailustrasi produk feminin (pexels.com/Sora Shimazaki)

Vagina tidak butuh douche, semprotan pewangi, pembersih feminin, atau tisu vagina untuk membersihkan maupun menyehatkannya. Produk-produk tersebut dan produk kebersihan feminin lainnya bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dan jahat di dalam vagina dan berpotensi memicu infeksi.

Douching juga berhubungan dengan:

  • Masalah selama kehamilan.
  • Peningkatan risiko IMS.
  • Iritasi vagina umum.
  • Infeksi jamur.

Wewangian yang ditambahkan ke banyak dari produk-produk tersebut juga dapat membuat kamu mengalami reaksi alergi. Ada banyak bahan yang bisa memengaruhi vagina seperti halnya bagian lain dari kulit.

Kamu bisa menemui ahli alergi untuk mengetahui senyawa apa saja yang memicu reaksi alergi. Jika ditemukan, kamu harus berhenti menggunakan produk yang mengandung senyawa tersebut.

5. Spermisida

Banyak kondom dilapisi dengan spermisida, bahan kimia yang dirancang untuk membunuh sperma. Jika reaksi alergi tidak dipicu oleh air mani atau lateks di dalam kondom, kamu mungkin alergi terhadap lapisan spermisida ini.

Alergi juga bisa disebabkan oleh busa atau spermisida film yang dapat larut yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks.

Ada banyak senyawa aktif dalam spermisida, mulai dari benzocaine, anestesi lokal, hingga nonoxynol-9, senyawa organik. Salah satu dari senyawa itu dapat menyebabkan nyeri dan iritasi pada alat kelamin.

Jika spermisida menyebabkan vagina gatal dan perih, gunakan kondom tanpa spermisida atau coba jenis kontrasepsi lain.

6. Pakaian atau seprai

6 Alasan Vagina Mengalami Reaksi Alergi, Hindari Pemicunyailustrasi tidur (freepik.com/drobotdean)

Penyebab reaksi alergi pada vulva atau vagina lainnya adalah pakaian dalam atau seprai atau sarung guling atau bantal. Bahan-bahan tertentu bisa menyulitkan bagi pemilik kulit sensitif, atau kamu bisa saja bereaksi terhadap detergen yang kamu gunakan.

Alergi terhadap detergen atau bahan tertentu lebih mungkin muncul di kulit sensitif di sekitar vulva.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan membeli detergen lembut tanpa pewangi, memilih bahan alami seperti katun, atau bisa juga tidur tanpa celana dalam.

Reaksi alergi bisa terjadi di vagina atau vulva karena air mani, lateks, spermisida, wewangian, pewarna kimia, atau bahan tertentu.

Kalau kamu mengalami iritasi, ruam, kemerahan, sensasi terbakar, bengkak, atau gejala reaksi lainnya, sebaiknya temui dokter. Dokter akan membantu kamu mencari tahu pemicunya dan membuat rencana perawatan terbaik.

Baca Juga: 9 Jenis Infeksi Vagina Paling Umum, Bukan Cuma Infeksi Ragi

Referensi

Marfatia, Y. S., Patel, D., et al. (2016). Genital contact allergy: A diagnosis missed. Indian Journal of Sexually Transmitted Diseases, 37(1), 1. https://doi.org/10.4103/0253-7184.180286
American College of Allergy, Asthma & Immunology. Diakses pada Mei 2024. Latex Allergy.
Wu, M., McIntosh, J., & Liu, J. (2016). Current prevalence rate of latex allergy: Why it remains a problem? Journal of Occupational Health, 58(2), 138-144. https://doi.org/10.1539/joh.15-0275-ra
Cleveland Clinic. Diakses pada Mei 2024. Semen Allergy.
Health. Diakses pada Mei 2024. 5 Reasons Your Vagina Is Having an Allergic Reaction.
Office on Women's Health. Diakses pada Mei 2024. Douching.
Intimina. Diakses pada Mei 2024. Itchy, Itchy, Ow! Common Vaginal Allergies.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya