Mengulas KB IUD, Manfaat hingga Risiko yang Harus Diketahui

Salah satu alat kontrasepsi yang punya efektivitas tinggi

Ada berbagai jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB). Salah satu yang populer dan ampuh adalah intrauterine device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau KB IUD.

Apakah kamu sudah tahu keunggulan, potensi efek samping dari penggunaan, cara kerja, manfaat, hingga risiko KB IUD? Kalau belum, yuk, ketahui dulu lewat artikel ini sebelum memutuskan untuk memasangnya.

1. Apa itu KB IUD?

IUD merupakan alat kecil berbentuk huruf T dengan material plastik elastis yang ditempatkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. 

Alat pencegah kehamilan ini memberikan perlindungan tahan lama yang hadir dalam dua jenis yaitu, yaitu KB IUD hormonal dan non-hormonal. Perbedaan keduanya terletak pada bahan baku penyusun alat, sehingga memiliki cara kerja yang berbeda pula. KB IUD juga dikenal sebagai KB spiral.

2. Cara kerja KB IUD

Mengulas KB IUD, Manfaat hingga Risiko yang Harus Diketahuiilustrasi kontrasepsi spiral, KB IUD, intrauterine device (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Setiap jenis KB IUD bekerja dengan cara berbeda, tetapi bertujuan untuk hasil yang sama, yakni mempersulit sperma mencapai sel telur. Perbedaan cara kerja keduanya seperti dilansir Healthline adalah:

  • KB IUD hormonal: Jenis ini mengandung hormon progestin, yang mirip hormon progesteron, untuk mencegah kehamilan dalam beberapa cara. Hormon tersebut bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks untuk menghalangi sperma memasuki rahim, dan menghambat pergerakan sperma agar lebih sulit menjangkau sel telur. Kandungan hormon juga bisa menipiskan lapisan rahim yang berakibat telur tidak bisa menempel ke rahim saat terjadi ovulasi. Tidak ada sel telur yang dibuahi, maka tidak terjadi kehamilan.
  • KB IUD non-hormonal: KB IUD jenis ini dibungkus oleh lapisan tembaga. Ion tembaga yang dilepaskan ke dalam rahim akan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi sperma. Hal itu akan membuat sperma tidak berdaya, dan pada dasarnya sperma tidak menyukai tembaga. Jadi, sperma tidak bisa membuahi sel telur dan mencegah kehamilan. 

3. Seperti apa pemasangan KB IUD?

Dilansir WebMD, sebelum pemasangan KB IUD, dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi obat pereda nyeri untuk mengantisipasi rasa kram. Tahapan pemasangan IUD adalah:

  • Meletakkan kaki di penahan keseimbangan kaki (sanggurdi).
  • Vagina ditahan dengan menempatkan spekulum agar tetap terbuka.
  • Dokter akan memasukkan KB IUD ke dalam tabung kecil yang dimasukkan dalam vagina melalui leher rahim menuju ke rahim. 
  • Kemudian KB IUD didorong keluar dari tabung dan tabungnya ditarik.
  • Tali yang terpasang pada IUD akan menggantung 1–2 inci di dalam vagina.

Prosedur pemasangan akan terasa tidak nyaman dan mungkin beberapa perempuan akan mengalami kram serta perdarahan yang hilang setelah beberapa hari. Pemasangan IUD saat sedang haid bisa terasa lebih nyaman karena serviks paling terbuka pada saat itu. Proses pemasangan umumnya berlangsung singkat, seharusnya tidak lebih dari 30 menit.

4. Manfaat KB IUD

Mengulas KB IUD, Manfaat hingga Risiko yang Harus Diketahuiilustrasi pemasangan KB IUD, spiral, atau intrauterine device (flickr.com/MIT OpenCourseWare)

Manfaat dari KB IUD merujuk Better Health Channel dan National Health Service secara umum meliputi:

  • Memiliki efektivitas 99 persen dalam mencegah kehamilan. 
  • Bertahan untuk waktu yang lama, IUD hormonal dapat bertahan selama 5 tahun sementara IUD tembaga bisa sampai 10 tahun. 
  • Aman digunakan oleh ibu menyusui.
  • Tidak ada obat-obatan yang menjadi pantangan KB IUD.
  • Tidak perlu melakukan apa-apa selain memeriksa benang setiap bulan untuk memastikan benang tidak keluar dari posisi yang benar, karena akan langsung bekerja dengan sendirinya.
  • Perangkat dapat dikeluarkan kapan saja. 
  • Peluang kehamilan akan kembali normal setelah KB IUD dilepas.
  • Tidak ada efek hormonal seperti jerawat, sakit kepala, atau nyeri payudara. 
  • Tidak mengganggu seks. 
  • Tidak terbukti memengaruhi berat badan ataupun meningkatkan risiko kanker serviks, kanker rahim, dan kanker ovarium.

Baca Juga: 7 Macam-Macam Alat Kontrasepsi dan Efek Sampingnya

5. Risiko KB IUD

Beberapa risiko penggunaan KB IUD adalah munculnya: 

  • Infeksi panggul: Ada kemungkinan sangat kecil terkena infeksi panggul dalam 20 hari pertama setelah IUD dipasang. Gejala yang harus diwaspadai adalah rasa sakit atau nyeri di perut bagian bawah, demam, dan keputihan tidak normal (berbau). 
  • Seriawan: Terdapat bukti terbatas yang menunjukkan bahwa pemasangan IUD dapat meningkatkan peluang untuk mengalami seriawan berulang. 
  • Penolakan: Kecil kemungkinannya terjadi penolakan dari rahim yang mengeluarkan IUD atau mengubah posisinya karena bergerak. Bila hal ini terjadi, biasanya berlangsung segera setelah dipasang.
  • Kerusakan rahim: Dalam kasus yang jarang, KB IUD bisa membuat lubang di rahim yang dipasang. Itu mungkin menyakitkan, meski terkadang tidak disertai gejala apa pun.
  • Kehamilan ektopik: Jika penggunaan IUD gagal dan mengakibatkan kehamilan, ada juga peningkatan risiko kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik).

6. Kekurangan KB IUD

Mengulas KB IUD, Manfaat hingga Risiko yang Harus Diketahuiilustrasi darah haid (pexels.com/Cliff Booth)

Beberapa kekurangan dari penggunaan KB IUD antara lain:

  • Menstruasi mungkin menjadi lebih berat, lebih lama, atau lebih menyakitkan, meskipun itu akan membaik setelah 3–6 bulan.
  • Tidak melindungi dari potensi penularan penyakit menular seksual, jadi mungkin masih memerlukan penggunaan kondom. 
  • Kebanyakan orang yang berhenti menggunakan IUD adalah karena mengalami pendarahan dan nyeri pada vagina, meski efek samping tersebut jarang terjadi.

7. Kapan KB IUD sebaiknya tidak dipilih?

Meski hampir semua perempuan bisa menggunakan KB IUD, tetapi mungkin tidak direkomendasikan saat: 

  • Ada kemungkinan atau curiga sedang hamil.
  • Mempunyai penyakit menular seksual atau infeksi panggul yang tidak diobati. 
  • Memiliki riwayat kanker serviks, kanker rahim, kanker payudara, dan penyakit lever.
  • Mengalami pendarahan yang tidak dapat dijelaskan, yang terjadi antara periode menstruasi atau setelah berhubungan seks.
  • Memiliki alergi terhadap tembaga atau menderita penyakit Wilson, tidak bisa menggunakan KB IUD non-hormonal. 

8. Hal-hal yang harus diperhatikan

Mengulas KB IUD, Manfaat hingga Risiko yang Harus Diketahuiilustrasi intrauterine device (IUD), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau spiral (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Guna menghindari risiko masalah dalam penggunaan KB IUD, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti yang telah dirangkum dari laman Planned Parenthood, seperti:

  • KB IUD kadang bisa keluar dari rahim, baik itu sebagian atau sepenuhnya. Bila keluar sebagian, maka tindakan medis diperlukan untuk melepasnya. Oleh karenanya harus diperiksa sesekali untuk memastikan posisinya. 
  • Sebaiknya jangan menggunakan menstrual cup ketika memakai IUD. Hal itu bisa menyebabkan IUD keluar dari tempatnya.
  • Infeksi dapat terjadi jika bakteri masuk ke dalam rahim saat pemasangan IUD.

Bila menemukan tanda-tanda ini, sebaiknya segera mendatangi fasilitas kesehatan:

  • Tali KB IUD terasa lebih pendek atau lebih panjang dari sebelumnya.
  • Dapat merasakan bagian bawah plastik keras IUD yang keluar melalui leher rahim.
  • Mengalami kram parah, nyeri di perut, atau di bagian bawah perut. 
  • Ada rasa sakit atau pendarahan saat berhubungan seks. 
  • Mengalami demam yang tidak jelas penyebabnya, kedinginan, atau kesulitan bernapas.

9. Bagaimana jika KB IUD lepas?

Dilansir WebMD, dokter akan memeriksa perangkat IUD selama kunjungan rutin. Serviks seharusnya dapat menahan IUD di tempatnya. Namun, dalam kasus yang jarang, IUD bisa jatuh seluruhnya atau sebagian keluar.

Ini lebih mungkin terjadi jika:

  • Kamu tidak memiliki anak.
  • Berusia di bawah 20 tahun.
  • Memasang IUD tepat setelah melahirkan atau setelah melakukan aborsi pada trimester kedua.
  • Memiliki fibroid di rahim.
  • Rahim memiliki ukuran atau bentuk yang tidak biasa.

IUD lebih mungkin keluar selama menstruasi. Kamu mungkin melihat perangkat di pembalut atau tampon. Periksa secara berkala untuk memastikan dapat dapat merasakan senarnya. Jika mereka merasa lebih pendek atau lebih panjang, atau jika kamu dapat merasakan IUD sendiri mendorong leher rahim, perangkat tersebut mungkin telah bergerak. Jika ini terjadi, segera temui dokter.

Ada banyak metode kontrasepsi. Untuk memilih yang tepat, sebaiknya bicarakan dengan dokter. Metode yang berbeda mungkin cocok pada waktu yang berbeda dalam hidup.

Dokter dapat memberi kamu informasi tentang:

  • Manfaat dan risiko menggunakan berbagai metode kontrasepsi.
  • Seberapa baik setiap metode bekerja.
  • Kemungkinan risiko dan efek samping.
  • Cara pemakaiannya.
  • Harga.

Perlu diingat, KB IUD tidak memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual. Jadi, penting untuk mempraktikkan seks yang lebih aman, serta untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Cara terbaik untuk mengurangi risiko penyakit menular seksual adalah dengan menggunakan metode penghalang seperti kondom untuk seks oral, vagina, dan anal dengan semua pasangan seksual baru. Kondom dapat digunakan dengan KB IUD.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 5 Kesalahan Umum Penggunaan Alat Kontrasepsi, Hindari!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya