Baik laki-laki maupun perempuan melewati siklus respons seksual yang sama. Peneliti seks, William Masters, MD. dan Virginia Johnson menemukan istilah tersebut pada 1966. Dilansir Medical News Today, mereka mendefinisikan seks terjadi dalam empat tahap.
Pada fase ini tubuh akan merasa bersemangat. Jantung berdetak lebih cepat dan napas terasa lebih berat. Kulit mungkin akan memerah sebab aliran darah meningkat. Alasan yang sama juga menjadi penyebab klitoris membengkak, puting mengeras, dan vagina basah.
Oleh karena rangsangan seksual yang terus berlanjut, ketegangan otot makin meningkat. Pada fase ini, vagina tidak hanya membengkak, tetapi juga terjadi perubahan warna, menjadi lebih gelap dan sensitif terhadap sentuhan.
Ketika gairah seksual mencapai puncaknya, tubuh akan mengalami kontraksi otot yang intens. Disusul proses melepaskan ketegangan yang mana otot vagina dan rahim akan berkontraksi.
Tubuh secara bertahap kembali ke situasi sebelum seks berlangsung. Napas menjadi lebih tenang dan otot pun rileks. Vagina, puting, dan klitoris juga kembali ke keadaan semula dengan perasaan tenang, puas, bahkan lelah.
Aktivitas fisik yang juga melibatkan saraf ini menimbulkan berbagai sensasi seksual. Seperti halnya memproduksi hormon dopamin, oksitoksin, serotonin, hingga norepinefrin. Seluruhnya berkaitan dengan perasaan bahagia, keintiman, cinta, dan kesenangan.