Stres dan kecemasan bisa menjadi salah satu penyebab vagina kering. (womenshealth.gov)
Mengutip Medical News Today, vagina kering biasanya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, umumnya mulai menurun saat mendekati menopause.
Ovarium menghasilkan estrogen, dan estrogen mengontrol perkembangan karakteristik tubuh perempuan, seperti payudara dan bentuk tubuh. Ini juga memainkan peran penting dalam siklus menstruasi dan kehamilan.
Estrogen membantu menjaga jaringan yang melapisi vagina tetap tebal, lembap, dan sehat. Saat kadarnya menurun, lapisan menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Perubahan ini dikenal sebagai atrofi vagina.
Tingkat estrogen dapat turun karena berbagai alasan termasuk:
- Menopause.
- Operasi pengangkatan ovarium (yang dapat memicu menopause).
- Melahirkan dan menyusui.
- Terapi kanker seperti kemoterapi dan radiasi.
- Obat antiestrogen untuk mengobati kanker payudara atau endometriosis.
Penyebab lain kekeringan pada vagina dapat meliputi:
- Sindrom Sjögren, yaitu gangguan autoimun yang melibatkan peradangan kelenjar ludah dan air mata.
- Penggunaan antihistamin, yang mana ini membantu mengelola gejala pilek dan alergi dengan mengeringkan sekresi. Efek sampingnya bisa berupa kekeringan pada vagina dan kesulitan buang air kecil.
- Antidepresan, yang kadang memiliki efek samping seksual seperti vagina kering, penurunan libido, dan kesulitan mencapai orgasme.
- Stres dan kecemasan dapat memengaruhi libido dan pelumasan vagina, menurut laporan dalam EPMA Journal tahun 2019.
- Berkurangnya suplai darah ke vagina.
- Sindrom Flammer, yaitu kondisi saat pembuluh darah bereaksi dengan cara yang tidak biasa terhadap rangsangan, seperti dingin dan stres.
Perempuan yang merokok mungkin mengalami menopause lebih cepat, sehingga kekeringan pada vagina dapat terjadi pada usia lebih dini dalam kelompok ini.