10 Cerita Unik Perayaan Guanlin & Jihoon Wanna One dari Fans Indonesia

Walau mendukung kesebelas member Wanna One, namun acara ini diprakarsai oleh para fans yang menjadikan Lai Guanlin dan Park Jihoon sebagai bias mereka. Bias sendiri adalah istilah untuk member yang paling kamu sukai dalam suatu grup. 

PANWINKINA adalah komunitas online yang mencetuskan event ini. Berpusat di Jakarta, namun pengikutnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Semua terhubung lewat sosial media Twitter.

Siapa pun boleh mengikuti event ini. Konsepnya sederhana, kamu tinggal datang ke kafe yang sudah ditentukan dan diumumkan lewat akun Twitter @PANWINKINA lalu belanja makanan atau minuman di sana. Kafe itu sendiri telah disulap sedemikian rupa agar menjadi kafe yang bertema Park Jihoon dan Lai Guanlin selama satu hari. Unik ya? 

Cafe event seperti ini sebenarnya sudah tak asing lagi di dunia fandom KPop. Namun, untuk Indonesia, boleh dibilang event ini baru dari fans Wanna One. 

Walau awalnya hanya akan diselenggarakan di Jakarta, namun banyak Wannable (julukan untuk fans Wanna One) yang tertarik menyelenggarakannya juga. Akhirnya dengan koordinasi yang apik, event ini berhasil digelar di empat kota besar. Surabaya salah satunya.

Selama satu hari kafe akan dihias dengan berbagai pernak-pernik Wanna One. Terutama yang bertema Park Jihoon dan Lai Guanlin. Para fans yang sudah membeli makanan atau minuman akan mendapat sejumlah freebies atau merchandise gratis yang lucu. 

Tentu rasanya menyenangkan ngobrol di sebuah kafe yang isinya adalah teman-teman dengan hobi serupa. Aura ini terasa ketika saya memasuki kafe yang ramai dipadati pengunjung. Meski didominasi cewek, tapi ada juga beberapa fans cowok yang turut hadir. Para pengunjung biasanya sibuk berselfie dengan dekorasi bertema Wanna One, atau sekadar asik membicarakan sang idola sambil diiringi musik karya mereka. 

Selain itu event ini juga bisa menjadi ajang untuk bertemu teman-teman baru dengan minat serupa. Ada juga beberapa yang sudah kenal via sosial media namun baru ketemu sekarang. Antusiasme mereka menular ke seluruh ruangan, di sana sini terdengar tawa gembira. 

Saya berbincang dengan Celine, Amel, dan Ony yang sedang asik mengobrol saat saya bergabung dengan mereka. Celine sudah kuliah sementara Amel dan Ony masih kelas dua SMA. Perbedaan latar belakang ini gak jadi penghalang bagi mereka untuk akrab banget. 

Dengan penuh semangat, mereka berbagi soal harapannya bagi Wanna One yang desember besok akan disband alias bubar. Masing-masing juga punya bias (member terfavorit yang berbeda). Tapi mereka tetap mendukung Wanna One sebagai satu grup yang solid.

Membuat event seperti ini tentu bukan hal yang mudah. Komitmen dan kerja tim yang baik dibutuhkan. Ajaibnya event Miracle in October Surabaya dikoordinasi oleh empat orang panitia yang baru berkenalan demi menyelenggarakan event ini. 

Irish, Irin, Audrey, dan Jo baru dipertemukan sejak sama-sama menyanggupi menjadi panitia untuk event ini di Surabaya. Tak disangka, tim yang terbentuk dadakan ini punya team work yang bagus lho. 

Mereka butuh waktu sebulan saja untuk mengorganisir event ini. "Dekorasi dan pernak-perniknya dari kita, tapi buat makanan dan minumnya kerja sama dengan Papercup Coffee," jelas Jo. Untuk event ini mereka mengeluarkan modal sekitar Rp1 juta. 

Sebagian besar tamu yang hadir berusia 16 sampai 20 tahun. Begitu pula dengan para panitianya. Walau masih muda mereka sudah mandiri lho dalam memfasilitasi hobi. 

"Tiap Imlek 'kan dapat angpau. Biasanya aku bertekad fokus ke tabungan aja, gak usah beli yang lain-lain dulu. Makan juga yang irit-irit," kisah Celine. Ia telah menonton semua penampilan Wanna One di Indonesia.

Sementara Irish, walau masih mahasiwa dia juga menyambi bekerja. "Kalau misalnya gajian nanti dihitung, (disisihkan) buat Wanna One ada dana sendiri," ungkapnya malu-malu. 

Demi mencapai tujuan mereka menonton langsung Park Jihoon dan Lai Guanlin di Jakarta. Irish, dan kawan-kawan rela gak nongkrong di kafe atau memangkas dana skincare dan make up mereka. Yang pasti gak boleh sampai membebani orang tua. 

Irish mengaku bisa menabung hingga Rp1 juta per bulan jika sedang menginginkan sesuatu misalnya menonton konser. Tiket yang dibelinya pun kelas terbaik. Ia tak mau setengah-setengah dalam menikmati aksi idolanya.

Sementara Celine punya koleksi lengkap album keluaran boyband ini. Ia juga rajin membeli berbagai merchandise dari para fansite seperti slogan dan photobook. Rata-rata satu merchandise dihargai mulai dari Rp300 ribu ke atas. Jadi bisa dibayangkan berapa yang bisa mereka habiskan untuk mendukung idolanya.

"Pasti itu, Kak! Selalu ada yang komen nyinyir," curhat Irin. "Kakakku suka ngomel 'apa sih kok Koreaan melulu'. Tapi lama-lama dia kalau di mobil suka minta 'tolong setelin lagu Korea yang itu dong, Twice.' Jadi tahu kalau sebenarnya musiknya juga enak." 

Teman-temannya pun menyuarakan hal serupa. Namun, mereka mengaku sudah biasa dan santai saja dalam menanggapi hal tersebut. "Apalagi temen-temen cowok, suka mengolok 'Korea plastik, ngapain sih lu suka plastik'. Tapi ya cuma kita ketawain aja. Padahal logikanya sama aja dengan mereka, misalnya yang suka bola sampai ngikutin ke Semarang ke Jogja. Namanya orang suka ya..."  terang Irish.

Ternyata para fans KPop juga menyalurkan hobi mereka lewat kegiatan konkrit yang berguna. Dari gathering seperti ini bisa membuka relasi dan koneksi sekaligus mengapresiasi idola dengan cara yang sehat. Tak jarang para komunitas fans semacam ini menggelar aksi solidaritas dan penggalangan dana untuk tujuan sosial lho. 

Event ini juga jadi ajang unjuk kreativitas para koordinatornya. Di usia muda mereka sudah belajar soal team work dan event organizing, ilmu praktis yang bakal berguna di kehidupan. Semoga semakin banyak event positif yang digelar para fans KPop untuk membuktikan bahwa hobi mereka juga bisa bermanfaat.