Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Come and See (dok. Criterion/Come and See)
Come and See (dok. Criterion/Come and See)

Sebagai penonton, kamu mungkin punya beberapa judul film yang sudah berkali-kali ditonton dan gak bikin bosan. Namun, harus diakui, ada juga film berkesan yang rasanya tak sudi kamu tonton lagi.

Seperti sepuluh film berikut yang walau berjudul ikonik dan dapat skor tinggi di berbagai situs pengulas berbasis pengguna, akhir dan konten yang kelewat tragis meninggalkan trauma tersendiri buat penonton. Rasanya cukup sekali saja nontonnya, tak sanggup buat mengulang luka yang sama.  

1. Come and See (1985)

Come and See (dok. Criterion/Come and See)

Come and See disebut sebagai film antiperang terbaik yang pernah dibuat umat manusia. Rilis pada 1985, film garapan sutradara Elem Klimov ini mengambil latar Belarusia di bawah pendudukan Nazi. Lakonnya bocah polos bernama Flyora (Aleksey Kravchenko) yang tergoda oleh propaganda tentara gerilya Soviet untuk melawan pasukan Nazi.

Tak menggubris nasihat orangtuanya, Florya yang masih di bawah umur nekat bergabung dan harus merasakan sendiri kengerian perang. Ada banyak adegan mengganggu dan traumatis di film ini. Penonton dibuat seolah menyaksikan semua kekejian itu dengan mata kepala sendiri. 

2. The Pianist (2002)

The Pianist (dok. StudioCanal/The Pianist)

Mengambil latar Perang Dunia II, The Pianist adalah biografi pianis Yahudi-Polandia Władysław Szpilman yang harus mengalami serangkaian kejadian pahit selama negaranya berada di bawah pendudukan Nazi. Mulai dari kelaparan sampai menderita di kamp konsentrasi, semua kesengsaraan Szpilman bikin siapapun ikut terenyuh. Filmnya ikonik, tapi rasanya tak tega kalau harus mengulang nasib getir sang lakon. 

3. Grave of the Fireflies (1988)

Grave of the Fireflies (dok. Studio Ghibli/Grave of the Fireflies)

Siapapun pasti setuju kalau film Ghibli satu ini cukup ditonton sekali saja. Grave of the Fireflies juga berlatar Perang Dunia II, tetapi diambil dari sudut pandang anak-anak yang meski tak terlibat langsung harus ikut membayar dampak dari perang mengerikan itu. Mereka adalah Seita dan Setsuko, kakak beradik yang harus bertahan hidup sendiri di tengah perang dan krisis pangan yang melanda Jepang serta membunuh kedua orangtua mereka. 

4. Old Boy (2003)

Oldboy (dok. NEON/Oldboy)

Disebut sebagai salah satu film ikonik asal Korea Selatan yang wajib ditonton barang sekali seumur hidup, Old Boy juga mengandung banyak konten mengganggu. Bukan hanya adegan kekerasannya yang cukup frontal, tetapi juga plot twist yang bikin penonton kepikiran sampai berhari-hari. Premisnya seorang laki-laki yang baru dibebaskan penculiknya setelah belasan tahun disekap bertekat membalas dendam. 

5. Requiem for a Dream (2000)

Requiem for A Dream (dok. Momentum Pictures/Requiem for A Dream)

Tak kalah traumatis, Requiem for a Dream berpusat pada dampak buruk narkoba terhadap kondisi mental dan fisik seseorang. Semua dideskripsikan lewat beberapa karakter yang saling berkaitan.

Dimulai dari seorang ibu paruh baya, anak laki-lakinya, sahabat sang anak, dan kekasih sang anak. Keempatnya sebenarnya punya potensi untuk hidup layaknya manusia biasa, tetapi justru terjerumus dalam berbagai kengerian gara-gara efek narkoba yang mereka konsumsi. 

6. La Haine (1995)

La Haine (dok. Criterion/La Haine)

La Haine mungkin lebih mild dibanding film-film sebelumnya bila bicara adegan mengganggu. Namun, tetap saja akhir dari film ini benar-benar tragis. Ceritanya berkutat pada tiga sekawan dengan latar belakang minoritas di Prancis. Sering jadi sasaran polisi saat mencari biang kerok sebuah masalah atau kerusuhan, sentimen terhadap aparat pun menguar di benak mereka sampai sebuah insiden tak terduga terjadi di akhir film. 

7. Mysterious Skin (2004)

film Mysterious Skin (dok. Antidote Films/Mysterious Skin)

Mysterious Skin dibuka dengan adegan yang menampilkan dua remaja beda karakter. Brian (Brady Corbet) adalah sosok pendiam yang kesulitan menjalin koneksi dengan orang lain, sementara Neil (Joseph Gordon-Levitt) kebalikannya. Ia jadi sosok "bandel" yang justru menjajakan jasanya sebagai pekerja seks komersial. Seiring berjalannya film, barulah rahasia masa kecil yang mendasari karakter mereka terbongkar perlahan. Jangan harap ini film yang mudah buat ditonton. 

8. Funny Games (1997)

Funny Games (dok. Criterion/Funny Games)

Datang dari Austria, Funny Games juga salah satu film yang bikin kapok banyak orang. Ceritanya tentang sebuah liburan keluarga yang berakhir tak sesuai rencana. Semua terjadi tanpa aba-aba. Dimulai dengan kedatangan dua pemuda yang mengaku sebagai kerabat tetangga vila mereka, perlahan mereka menginvasi dan memanipulasi penghuni rumah itu untuk melakukan apa yang mereka mau. Tentunya yang mereka mau bukan hal yang bisa kamu terima dengan akal sehat. 

9. Dancer in the Dark (2000)

Dancer in the Dark (dok. Zentropa Entertainments/Dancer in the Dark)

Bertema tragedi, Dancer in the Dark karya Lars Von Trier juga tipe film yang menyiksa batin penontonnya. Film ini mengikuti ibu tunggal bernama Selma (Bjork) yang mengalami penurunan daya penglihatan.

Sekuat tenaga ia berusaha mengumpulkan uang agar bisa membiayai operasi putranya dengan harapan bisa mencegah buah hatinya itu dari penyakit yang sama dengannya, mengingat kondisi klinis itu diturunkan secara genetik. Dari sini, kepedihan hidup mereka sudah bisa kamu bayangkan. 

10. Irreversible (2002)

Irreversible (dok. BAC Films/Irreversible)

Bicara film dengan ending paling tragis, tak adil bila tak menyebut Irreversible karya Gaspar Noe. Sama seperti Lars Von Trier, Noe adalah empunya film-film provokatif. Irreversible pun salah satu tipe yang memantik diskusi, tetapi jangan harap ia membuatnya dengan kemasan ringan. Film ini mengikuti perspektif tiga orang sekaligus, yakni Alex (Monica Belucci) dengan pacar dan mantannya sekaligus. 

Hubungan mereka kompleks dan mungkin bikin penonton susah bersimpati, tetapi saat sebuah tragedi mengerikan menimpa Alex, penonton benar-benar dibuat tercengang. Rasa kesalmu pada ketiga karakter itu bakal beralih ke satu sosok baru. Dirilis dengan rating R (Restricted) alias tidak layak ditonton anak-anak karena adegan kekerasan, seksual, dan aktivitas sensitif lainnya, film ini punya satu sekuens yang amat mengganggu dan perlu kebijakan dari penonton. 

Skor film-film di atas boleh tinggi, bahkan dapat gelar ikonik dari banyak penikmat dan kritikus, tetapi rasanya susah buat menontonnya ulang. Cukup sekali saja, deh. Damage-nya gak main-main. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team